PROSES
PEMBUATAN MONOSODIUM GLUTAMAT METODE FERMENTASI
Makalah Ilmiah
Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Proses Industri Kimia (PIK)
Disusun oleh:
Dedi Haryanto 101411008
Desi Asri Yani 101411010
Halimah Tulsa’diah 101411013
Kelas : 2A
DIPLOMA
III JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK
NEGERI BANDUNG
BANDUNG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
bioproses, fermentasi memegang peranan penting karena merupakan kunci (proses
utama) bagi produksi bahan-bahan yang berbasis biologis. Bahan-bahan yang
dihasilkan melalui fermentasi merupakan hasil-hasil metabolit sel mikroba,
misalnya antibiotik, asam-asam organik, aldehid, alkohol, fussel oil, dan
sebagainya. Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi metabolisme mikroba untuk
mengubah bahan baku menjadi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti
asam-asam organik, protein sel tunggal, antibiotika dan biopolimer.
Fermentasi
merupakan proses yang relatif murah yang pada hakekatnya telah lama dilakukan
oleh nenek moyang kita secara tradisional dengan produk-produknya yang sudah
biasa dimakan orang sampai sekarang, seperti tempe, oncom, tape, dan lain-lain.
Proses fermentasi dengan teknologi yang sesuai dapat menghasilkan produk
protein.
Fermentasi
dapat dilakukan dengan metode kultur permukaan dan kultur terendam sub merged.
Kultur permukaan yang menggunakan substrat padat atau semi padat banyak
digunakan untuk memproduksi berbagai jenis asam organik dan enzim. Fermentasi
media padat ini sering disebut proses ‘koji’, misalnya proses koji untuk memproduksi
enzim yang dibutuhkan dalam pembuatan shoyu (kecap kedelai), miso, sake,
asam-asam organik dan sebagainya. Fermentasi padat dengan substrat kulit umbi
ubi kayu dilakukan untuk meningkatkan kandungan protein dan mengurangi masalah
limbah pertanian. Produk fermentasi selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan
atau suplemen produk pangan atau pakan.
Di
samping hasil-hasil metabolit tersebut, fermentasi juga dapat diterapkan untuk
menghasilkan biomassa sel mikroba seperti ragi roti (baker yeast) yang digunakan
dalam pembuatan roti. Untuk menghasilkan tiap-tiap produk fermentasi di atas
dibutuhkan kondisi fermentasi yang berbeda-beda dan jenis mikroba yang
bervariasi juga karakteristiknya. Oleh karena itu, diperlukan keadaan
lingkungan, substrat (media), serta perlakuan (treatment) yang sesuai sehingga
produk yang dihasilkan optimal.
Asam
glutamat merupakan asam amino yang dikenal memiliki kekhasan yaitu sebagai
penguat citarasa. Di pasaran asam glutamat dapat kita jumpai dalam bentuk
monosodium glutamat yang banyak digunakan sebagai bahan penyedap makanan.
Hampir
disetiap bahan makanan mengandung zat aditif khususnya monosodium glutamat atau
mononatrium glutamat yang merupakan senyawa sintetik yang dapat menimbulkan
rasa enak (flavour potentiator) atau menekan rasa yang tidak diingankan dari
suatu bahan makanan. MSG juga merupakan zat penyedap rasa yang banyak digunakan
oleh produsen makanan untuk membuat produknya menjadi lebih enak. Zat tersebut
merupakan pembentuk protein, sehingga apabila zat makanan ditambahkan vetsin
(MSG) akan berasa seperti ditambah kaldu daging (protein).
BAB II
MONOSODIUM GLUTAMAT
2.1
Sejarah
Monosodium Glutamat
Manfaat asam amino glutamat
sebagai penyedap rasa baru diketahui pada tahun 1908 oleh seorang ilmuwan
Jepang bernama Dr. Kikunae Ikeda. Penemuan
MSG oleh Dr. Ikeda diawali oleh keprihatinannya terhadap kondisi fisik rakyat
Jepang di kala itu. Sewaktu belajar ilmu Kimia modern di Jerman, dia membandingkan
tubuh orang Jerman yang lebih tinggi dari pada orang Jepang. Dia juga mengamati
makanan Jerman dan merasakan kesamaan cita rasa unik pada makanan Jerman yang
juga ada pada makanan Jepang.
Setelah kembali ke Jepang, Dr. Ikeda memusatkan penelitiannya
pada bumbu tradisional Jepang, yaitu kaldu yang terbuat dari rumput laut
(Kombu). Dia berhasil mengisolasi sumber rasa unik tersebut, yaitu asam
Glutamat. Rasa ini kemudian diperkenalkannya dalam bahasa Jepang sebagai rasa
“Umami”.
Penemuan Glutamat sebagai sumber rasa “Umami” mengukuhkan
ambisi Ikeda untuk memperbaiki kondisi fisik bangsanya, yaitu melalui bumbu
masak yang menambah citarasa dan kelezatan makanan Jepang. Dr. Ikeda
mendapatkan paten atas metode produksi MSG. Namun, asam Glutamat murni yang
dihasilkannya tidak menarik secara komersial karena sifat fisik dan kimianya.
Hingga akhirnya Dr. Ikeda berhasil mensenyawakan glutamate dengan sodium
menjadi Monosodium Glutamat (MSG). Dengan membagi hak patennya dengan seorang
pemilik pabrik Iodine, Saburousuke Suzuki, Dr. Ikeda kemudian berhasil
mewujudkan hasratnya memproduksi dan memasarkan MSG secara massal.
AJI-NO-MOTO (MSG) mulai dipasarkan di Jepang pada tahun
1909. Pada waktu itu MSG diproduksi melalui proses ekstraksi gluten hingga tahun 1960-an. Proses produksi ini tidak dapat
memenuhi permintaan yang meningkat dengan cepat dari pasar Jepang dan dunia.
Inovasi teknologi fermentasi pada tahun
1956 kemudian membantu usaha meningkatkan produksi MSG yang terus diterapkan
hingga sekarang. MSG sekarang umumnya diproduksi dengan menggunakan bahan baku
yang kaya glukosa seperti tetes tebu, singkong, jagung, gandum, sagu dan beras.
Proses fermentasi merupakan proses pengolahan makanan
traditional yang juga digunakan untuk membuat tape, tempe, kecap dan lain lain.
2.2
Karakteristik
/ sifat monosodium glutamat
Karakteristik
|
Keterangan
|
Alternatif
nama
|
Glu (singkatan IUPAC)
Asam glutamat
Asam
2-Aminopentanedioic
Asam 2-Aminoglutarat
Asam
1-Aminopropana-1,3-dikarboksil
|
Bentuk
|
Kristal
|
Bentuk
Molekul
|
C5H9NO4
|
Berat
Molekul
|
187
|
Titik
Lebur
|
Terurai
pada pemanasan
|
kelarutan
|
Mudah
larut dalam air
|
Rasa
|
Tidak
ada
|
Kemurnian
|
Lebih
dari 90%
|
Kadar
air
|
Tidak
lebih dari 0,5%
|
Pengotor
|
Harus
tidak ada senyawa arsen, besi, dan kalsium
|
Total
Gula
|
48.3
%
|
pH
|
1.01 %
|
Kadar
Nitrogen
|
1.01 %
|
Kadar
Protein Kasar
|
6.30
|
Kadar
Biotin
|
3
ppm
|
Kadar
Asam Folat
|
0.04 ppm
|
Bahan
Kering
|
76.5
%
|
Kelembaban
|
23.5
%
|
Bahan
Organik
|
62.5 %
|
Dextrosa
|
11.5 %
|
Sukrosa
|
35.9
%
|
Fruktosa
|
5.6
%
|
Glukosa
|
2.6
%
|
Inositol
|
6000
ppm
|
Riboflavin
|
2.5
ppm
|
2.3
Proses
Pembuatan Monosodium Glutamat
Proses pembuatan MSG dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu dengan proses klasik, proses biosintesis dan
sintesis kimia. Proses klasik, dilakukan dengan ekstraksi bahan baku (gluten
gandum), kemudian di hidrolisa, dipekatkan dan kristalisasi. Finishingnya
dilakukan dekolorisasi dan rekristalisasi. Proses biosintesis, yaitu
menggunakan teknik fermentasi. Bahan baku (molase) difermentasi dengan mikroba
membentuk produk asam glutamat, kemudian diregenerisasi dengan NaOH menjadi
MSG. Proses sintesis kimia, yaitu dengan mengunakan Akrilonitril, ditambah
dengan H2 dan CO kemudian ditambah ammonium cyanide, dan
dihidrolisis dengan menggunakan NaOH dan asam sulfat menghasilkan resismik asam
glutamat (DL-GA) dan ditambahkan Na2SO4 dan diperoleh
L-GA yang selanjutnya ditambah NaOH menghasilkan MSG. Dari ketiga proses
diatas, cara biosintesis adalah cara yang sering dipakai karena mudah dan murah.
2.4
Bahan
Baku Pembuatan Monosodium Glutamat
1. Bahan
baku berupa tetes tebu atau molase, pati, glukosa, fruktosa, monosakarida,
disakarida.
2. Bahan
pendukung :
·
H2SO4
·
NH3
·
HCL
·
NaOH
·
Defoamer
·
H3PO4
·
Urea
·
MgSO4
·
Penicilin
·
Dextrose
·
Aronvis
·
Karbon aktif
Sifat
dan karakteristik bahan baku dan produk
a.
MSG
Wujud : Cairan coklat
Warna : Coklat kehitam-hitaman
Densitas : 1,47 gr/mL
Viskositas : 4,323 Cp
Panas Spesifik : 0,5 Kkal/ Kg oC
b.
Molase
Komponen dalam molase :
Gula : 62%
Air : 20%
Non gula : 18%
c.
NaOH
Sodium hidroksida
digunakan pada proses netralisai dan pembentukan MSG dimana bahan ini bereaksi
dengan Glutamic Acid.
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 40
Wujud : Putih
Melting point : 318 oC
Boiling point : 139 oC (padatan); 140 oC
(larutan 50%)
SG (bj air :1) : 2,12 g/mL (padatan); 1,52 (larutan
50%)
Kelarutan : Mudah larut dalam air
d.
Air
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Diameter molekul : 2,52 Angstrom
Titik didih (760 mmHg) : 212 oF
Titik leleh (760 mmHg) : 32,00001 oF
Panas penguapan : 17479,21 Btu/lbmol
Specific gravity (60 oF) : 1
Kapasitas panas : 1,0 kkal
e.
Urea
Rumus molekul : (NH2)2CO
Berat molekul : 60,06
Wujud : serbuk berwarna
putih
Kelarutan : mudah larut dalam
air
2.4
Proses Fermentasi Monosodium Glutamat
Proses
fermentasi ini merupakan tahap awal dan merupakan tahapan yang penting dalam
pembentukan monosodium glutamat. Hal ini disebabkan Brevibacterium flavum, yang
merupakan bakteri penghasil asam glutamat memerlukan kondisi tertentu untuk
tumbuh optimum dan mengubah substrat menjadi produk yang diharapkan. Adapun
bakteri lain, yaitu:
Genus Bakteri
|
Spesies
|
Corynebacterium
|
C. glutamicum
C. lilium
C. calinuae
C. herculis
|
Brevibacterium
|
B. divaricatum
B. ammoniagenus
B. flavum
B. roseum
B. lactofermentum
B. saccharolyticum
B. immariophilum
B. alanicum
B. thiogenitalis
|
Microbacterium
|
M. saliconovolum
M. amnophoaphilum
M. flavum
varghetamicum
|
Arthobacter
|
A. globifermis
A. amonifaceus
|
Diagram
Sederhana Proses Fermentasi Monosodium Glutamat
2.4.1
Tahap
persiapan bahan baku
Bahan
baku yang digunakan untuk pembuatan MSG adalah tetes tebu, dextrose, dan
raw sugar. Gula-gula yang dimanfaatkan bakteri sebagai substrat adalah fermentable
sugar. Fermentable sugar merupakan total gula yang dapat difermentasi oleh
bakteri, yaitu sukrosa, fruktosa dan glukosa.
- Sukrosa, sukrosa
memiliki peran penting dalam fermentasi karena merupakan sumber karbon
utama yang digunakan sebagai substrat oleh bakteri. Kandungannya 38% dan
batas minimalnya 30%. Jika kurang dari 30% akan menyebabkan sumber
substrat yang akan digunakan tidak sesuai sehingga pertumbuhan bakteri
tidak maksimal.
- Fruktosa
dan Glukosa, fruktosa dan glukosa juga digunakan oleh
bakteri sebagai substrat dalam proses fermentasi. Kadar glukosa 6% dan
fruktosa 7%.
Bahan baku
untuk media tumbuh bakteri harus dipersiapkan terlebih dahulu. Bakteri tidak
dapat langsung memecah makromolekul seperti polisakarida, tetapi harus diubah
dahulu menjadi bentuk yang lebih sederhana dan akhirnya menjadi monosakarida.
Sebelum
masuk ke proses fermentasi, tetes tebu masuk terlebih dahulu ke proses
pengolahan Pretreated Cane Molases (PCM) yang bertujuan untuk
menghilangkan garam-garam anorganik dan bahan koloid dalam molasses,
menghilangkan kotoran yang dapat menyebabkan timbulnya kerak pada peralatan, dan
menghilangkan ion Ca2+ yang dapat merapuhkan kristal MSG.
Kandungan Ca
pada tetes tebu berasal dari proses pengolahan gula pada pabrik gula yaitu pada
tahap pemurnian gula. Pada tahap ini dilakukan penambahan susu kapur (Ca(OH)2)
dan gas CO2 pada nira sehingga akan terbentuk endapan CaCO3.
Penurunan kadar Ca2+ disini dengan cara direaksikan dengan H2SO4
menghasilkan Ca2SO4 sampai pH 3, dengan penambahan LS
(Low Steam) untuk meningkatkan suhu cane molasses menjadi 600C
sebagai katalis reaksi pengikatan Ca2+ oleh H2SO4.
Ca2+ + H2SO4
à CaSO4 +
2 H+
Reaksi pengikatan Ca2+ oleh
H2SO4 (Fenemma, 1996)
Selain cane
molasses untuk bahan baku fermentasi MSG, digunakan juga tepung tapioca
yang merupakan pati dan raw sugar. Dextrouse (glukosa) ini dibuat
dari tepung tapioca (polisakarida). Polisakarida harus dihidrolisis oleh
enzim-enzim yang spesifik sehingga akan terbentuk monosakarida. Proses
pemecahan tersebut dilakukan pada proses SOD (Solution of dextrouse).
Secara umum SOD terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1.
Tahap Preparasi
Pada tahap
ini dilakukan persiapan bahan baku yaitu tepung tapioca ditambah dengan air,
serta melakukan perlakuan pendahuluan dengan mengatur komposisi larutan antara
tepung tapioca, hot water (HW) dan Process Water (PW) sehingga
didapat suhu sekitar 48 oC.
2.
Tahap Liquifikasi
Tahap ini
digunakan enzim amylase (liquozyme) untuk memecah ikatan α-1,4
glikosidik. Enzim ini memecah pati menjadi maltosa, maltotriosa, dekstrin dan
sebagian kecil menjadi glukosa.
3.
Tahap Sakarifikasi
Pada tahap
ini digunakan enzim glukoamilase (dextrozyme) dengan merk dagang enzim
AMG. Enzim ini mampu memecah disakarida menjadi monosakarida. Untuk raw
sugar sendiri atau yang lebih dikenal dengan gula setengah jadi juga
merupakan bahan baku dalam pembuatan MSG dan merupakan hasil antara dari pabrik
gula.
2.4.2
Tahap
persiapan bakteri dan media
a.
Laboratory
seed culture
Merupakan
tahap pembuatan media dan pengembangan mikroba dalam skala laboratorium. Tahapan
ini dalam dunia industri biasanya dilakukan oleh bagian Research and
Development (R&D). Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1.
Liophilisasi, yaitu penentuan
atau identifikasi bakteri yang dapat mem-produksi asam glutamat. Research dilakukan
oleh bagian R&D dengan hasil bakteri yang superior dalam menghasilkan asam
glutamat adalah Brevibacterium flavum. Bakteri ini dibeli dari Korea
Selatan yang dapat diaktifkan dengan penambahan larutan gula.
2.
Stock Slant, yaitu
menentukan jumlah bakteri yan aktif memproduksi asam glutamat (GA).
3.
Active Slant, yaitu
pengembangan dari Stock Slant untuk dijadikan volume sebesar 5 liter,
yang disebut sebagai jar 5 liter. Dari jar 5 liter bakteri dikembangkan lagi
dalam media seed yang lebih besar.
b.
Seed
culture
Merupakan
tempat pengembangan dari jar 5 liter ke tangki seed, dengan kapasitas 12 kL
yang telah berisi media seed sebanyak 5 kL.
Pada tangki
ini suhu dijaga konstan 31,5 oC menggunakan jacket yang
dialiri PW atau HCHW (Hot Chilled Water). Pengadukan dilakukan selama holding
time yaitu 16 jam. Tangki seed dilengkapi dengan pipa untuk aerasi
karena bakteri bersifat aerob (membutuhkan oksigen). Oksigen yang digunakan disini
diperoleh dari udara yang diambil melalui kompresor yang kemudian disaring di air
filter, sehingga udara yang masuk ke tangki seed sudah bebas dari
kontaminan. Tekanan operasi dalam tangki adalah 0,5 kg/cm2. pH
larutan dijaga antara 7,3-7,5 dengan penambahan NH3 juga dilakukan
sebagai sumber nitrogen.
Pada tangki seed
dilakukan penambahan media karena media yang ditambahkan tersebut mempunyai
komposisi nutrisi tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan bakteri. Jika
komposisi nutrisinya melebihi yang dibutuhkan maka akan terjadi lisis pada
membrane sel bakteri dan akhirnya mati. Pemberian nutrisi pada bakteri ini
bersifat pre-enrichment. Maksudnya bakteri yang awalnya hanya
ditumbuhkan pada skala kecil (laboratorium) kemudian sikembangkan pada skala
industri akan mengalami shock sehingga perlu nutrisi yang tepat untuk
mengembalikan kondisinya pada keadaan normal, sehingga diharapkan dapat
menghasilkan asam glutamate dengan optimal.
Setiap 2 jam
dilakukan pengukuran OD (optical density) dan PVC (packet cell
volume) untuk mengukur konsentrasi dan jumlah sel dalam media serta GA dan
TS (total sugar). Dari data pengukuran jika telah mencapai kondisi
optimum pertumbuhan dimana kadar TS belum sampai habis, maka seed siap
ditransfer ke main fermentor yang telah sudah terdapat media pertumbuhan
dan perkembangan bakteri seperti TCM, SOD dan RAS dengan PW sebagai pelarut.
Pada proses transfer media dilakukan continue sterilization (CS). Sterilisasi
media disini dilakukan dengan cara melewatkan media ke Plate Heat Exchanger (PHE),
dimana terjadi pertukaran panas dengan steam sehingga media yang keluar
dari PHE sudah bebas dari kontaminan dan media siap masuk ke tangki main
fermentor.
2.4.3
Tahap
Fermentasi Utama
Pada
skala industri main fermentor sebagai tangki fermentasi utama,
merupakan tempat terjadinya fermentasi. Pada main fermentor dilakukan
sterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan steam dengan suhu 125 oC
selama 30 menit. Media dalam main fermentor hampir sama komposisinya
dengan media dalam seed, hanya pada main fermentor ini tidak
ditambahkan biotin, karena penambahan biotin berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan awal bakteri (menegakkan fase log pertumbuhan bakteri),
sehingga penambahan biotin dianggap cukup ditambahkan pada seed media
saja.
Suhu operasi dijaga konstan 31,5-37 oC dengan
cara mengalirkan process water melalui cooling coil di dalam
tangki main fermentor. Suhu 31,5 oC merupakan suhu optimum
yang dicapai saat fermentasi serta merupakan suhu adaptasi dari bakteri pada
lingkungan barunya dan pH dijaga sekitar 7,7 diatur dengan penambahan NH3
dan juga sebagai pensuplai nitrogen. Juga dilakukan penambahan bahan pendukung,
yaitu urea sebagai sumber karbon. Proses ini berlangsung selama holding
time 28-30 jam disertai dengan pengadukan karena waktu fermentasinya lama
maka perlu dilakukan penambahan media atau feeding. Hal tersebut juga
disebabkan oleh media yang ditambahkan pada awal fermentasi sudah habis.
Penambahan feeding bertujuan sebagai sumber makanan dari bakteri,
karena bakteri pada usia dewasa sehingga bakteri dapat menghasilkan GA secara
maksimal. Tangki juga dilengkapi dengan pipa aerasi untuk suplai O2.
Reaksi yang terjadi adalah:
2C6H12O6 + 3O2 + (NH2)2CO
à 2C5H9O4N + 3CO2 + 5H2O
Reaksi Pembentukan Asam Glutamat
Untuk membuang CO2 yang terbentuk, tangki juga
dilengkapi dengan cyclon separator untuk memisahkan cairan yang
terikut bersama CO2. Selain itu pada tangki main fermentor ditambahkan
anti foam agent (AF) guna mencegah timbulnya busa akibat pengadukan
karena busa dapat mengakibatkan bakteri kesulitan untuk mendapatkan oksigen.
Pada tangki seed, setiap 2 jam dilakukan analisa Optical
Density (OD), Packed Cell Volume (PCV), Total Sugar (TS), Dissolved Oxygen (DO)
dan GA. Pada akhir proses fermentasi ini akan dihasilkan Original Broth (OB) yang
terdiri dari bangkai bakteri, lumpur, sisa media, kotoran dan asam glutamat
yang akan diproses lebih lanjut pada Refinery I. Cairan hasil
fermentasi ini telah mengandung asam glutamat ± 10% dan akan dilakukan
pemekatan menjadi larutan OB dengan kandungan asam glutamat 31%. Yaitu dengan
evaporasi menggunakan multy effect
evaporator (evaporator dengan lebih dari dua heater) selama 1 jam dengan
suhu 80 oC pada tekanan vakum. Penggunaan tekanan vakum ini
bertujuan untuk menurunkan titik didih larutan, agar tidak merusak bahan. Dari
proses ini terbentuk larutan yang disebut Concentrated
Broth. Cairan ini akan mengalami pemisahan dari asam glutamat melalui
pengasaman (acidification). Pada proses tersebut terjadi pengkristalan dan
terbentuk cairan CHE (Crystal High Exchanger).
2.4.4
Pengendalian Proses Fermentasi
Selama proses fermentasi, dilakukan control terhadap
beberapa faktor yakni O2, NH4+, pH, asam
phosphat dan biotin. Apabila aerasi selama fermentasi cukup akan terbentuk asam
glutamat sedangkan apabila kurang akan terbentuk asam laktat atau suksinat.
Ammonia (NH4+) dimanfaatkan oleh mikroba sebagai sumber
nitrogen. Apabila jumlahnya kurang maka akan terbentuk asam α-ketoglutarat
sedangkan apabila berlebih akan terbentuk glutamin.
Pengaturan pH juga berpengaruh terhadap hasil fermentasi,
dimana pH yang asam akan membentuk glutamin dan N-acetoglutamin. Sedangkan pada
pH netral atau basa lemah, asam glutamat akan terbentuk optimal. Penambahan
asam phosphat yang kurang akan menghasilkan valin sedangkan adanya biotin yang
berlebih akan membentuk asam laktat dan asam suksinat.
Selain itu juga seperti halnya proses fermentasi pada
umumnya, suhu fermentasi diatur atau diset sesuai dengan suhu optimum dari
mikroba yang digunakan agar mikroba tersebut dapat lebih optimum berperan dalam
proses fermentasi.
2.4.5
Tahap Kristalisasi dan Netralisasi
Kristalisasi merupakan metode yang terpenting dalam
purifikasi senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul rendah (Mc Cabe, et al.
1994). Original Broth yang telah
dihasilkan dari proses fermentasi perlu mengalami pendinginan, kemudian dilakukan
proses acidification dengan cara
penambahan HCl untuk membentuk kristal α-GA. Kristal alpha ini perlu dilakukan
pemisahan dalam decanter dari larutannya untuk mendapatkan kristal α-GA yang
lebih banyak. Cairan CHE akan menguap dengan sendirinya dan kristal akan
mengalami perubahn bentuk dari bentuk segitiga menjadi bentuk jarum, yaitu kristal
β-GA. Kristal murni asam glutamat ini digunakan sebagai dasar pembuatan MSG.
Asam glutamat yang dipakai harus mempunyai kemurnian lebih dari 99 % sehingga
bisa didapatkan MSG yang berkualitas baik.
Stuktur Molekul Asam Glutamat
Kristal murni β-asam glutamat dilarutkan
dalam air sambil dinetralkan dengan NaOH atau dengan Na2CO3
pada pH 6,6-7,0 yang kemudian berubah menjadi MSG. Dari proses
ini dihasilkan larutan monosodium glutamat hasil dari asam glutamat dengan
natrium karbonat. Reaksi yang terjadi :
Bila menggunakan natrium karbonat:
2 COOH(CH2)2CHNH2COOH
+ Na2CO3 Ã 2 COOH(CH2)2CHNH2COONa
+ CO2 + H2O
Bila
menggunakan NaOH :
Reaksi ini berlangsung pada tekanan atmosfer dan suhu
antara 50oC sampai 60oC. Apabila suhu terlalu tinggi akan
merusak bahan baku asam glutamat, sedang apabila suhunya terlalu rendah reaksi
akan lambat karena reaksi ini endothermis. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi
penggaraman, maka larutan MSG yang diperoleh bersifat netral dengan pH sekitar
7. Untuk mencapai hasil yang baik kekentalan larutan harus mencapai 260Be
sampai 280Be. Untuk memperoleh larutan yang jernih biasanya kedalam larutan
dimasukkan penyerap kotoran dan zat warna seperti karbon aktif (Ir. Supranto,
1980). Karbon aktif banyak digunakan dalam industri bahan makanan karena
sifat karbon aktif yang berporous, sehingga mempunyai daya serap yang tinggi,
juga karbon aktif ini netral tak bereaksi.
Struktur molekul Monosodium Glutamat
Penambahan arang aktif sebanyak % (w/v) digunakan untuk
menjernihkan cairan MSG yang berwarna kuning jernih dan juga menyerap kotoran
lainnya. Kemudian didiamkan selama satu jam lebih untuk menyempurnakan proses
penyerapan warna serta bahan asing lainnya yang berlangsung dalam keadaan
netral. Cairan yang berisi arang aktif dan MSG kemudian disaring dengan
menggunakan “vacuum filter” yang
kemudian menghasilkan filter serta “cake”
berisi arang aktif dan bahan lainnya. Bila kekeruhan dan warna filter tersebut
telah sesuai dengan yang diinginkan maka cairan ini dapat dikristalkan (Said,
1991).
2.4.6
Pengeringan dan Pengayakan
Kristal MSG yang dihasilkan dari proses kristalisasi
dipisahkan dengan metode sentrifugasi dari cairannya. Filtrat hasil penyaringan
dikembalikan pada proses pemurnian dan kristal MSG yang dihasilkan setelah
disaring kemudian dikeringkan dengan udara panas dalam lorong pengeringan,
setelah itu diayak dengan ayakan bertingkat. Proses ini dimaksudkan untuk
memperoleh keseragaman ukuran dalam bentuk kristal. Alat yang biasa
digunakan adalah “vibrating screen” yaitu ayakan dengan sistem getaran. Dengan
adanya getaran pada alat, maka kristal akan terpisah melewati lubang-lubang
ayakan, sehingga diperoleh dua produk :
·
Over size adalah butiran yang
tertinggal diatas ayakan.
·
Under size adalah butiran yang lolos
dari ayakan.
Dalam industri biasanya hasil ayakan terbagi dalam 3 ukuran, yaitu LLC
(“Long Large Crystal”), LC (“Long Crystal”), dan RC (“Regular Crystal”), sedangkan FC (“Fine Crystal”) yang merupakan kristal
kecil dikembalikan ke dalam proses sebagai umpan. Hasil MSG yang telah diayak
dalam bentuk kering kemudian dikemas dan disimpan sementara dalam gudang
sebelum digunakan untuk tujuan lainnya (Said, 1991).
2.5
Pengolahan Limbah Hasil Fermentasi MSG
2.5.1
Pengolahan Air Limbah
Sebelum dibuang ke sungai air limbah Pabrik MSG dikenakan
proses pengolahan limbah. Limbah cair dari unit MSG dan daur ulang dimasukkan
ke bak ekualisasi supaya homogen. Kemudian dipompa ke bak koagulasi. Di bak
koagulasi ditambahkan soda cair 20% untuk menaikkan pH menjadi 7-7,5 dan
ditambahkan PAC (poly aluminium khlorid) agar terjadi pengendapan. Dari bak
koagulasi mengalir masuk ke bak pengendap I. Lumpur yang mengendap dipompakan
ke bak penampung kemudian dipompa ke bak saringan I. Dari bak penyaring
masuk ke bak anaerob dan terjadi proses biologi anaerob dilanjutkan dengan
proses biologis di bak aerob yang diaerasi. Dari bak aerob limbah cairmasuk ke
bak pengendap II. Lumpur yang mengendap dipompa ke bak pengering lumpur dan
sebagian dipompa kembali ke bak aerob untuk disirkulasi lumpur aktif jika berkurang.
Dari bak pengendap II masuk ke bak penyaring II kemudian dialirkan
masuk ke bak penampung hasil akhir yang selanjutnya dibuang ke saluran ke
luar lingkungan.
Diagram Alir
Proses Pengolahan Air Limbah
2.5.2
Penggunaan Kembali Arang Aktif
Berdasarkan hasil penelitian diketahui limbah sisa karbon
aktif dari pabrik MSG memiliki kandungan kalori yang bisa digunakan sebagai
bahan bakar. Limbah karbon aktif memiliki kandungan 2.500 kalori per kg. Untuk
membuat arang dari bahan limbah bekas karbon aktif dari pabrik MSG hanya
dibutuhkan sedikit bahan tambahan starch (kanji) dalam prose
pengolahan. Starch di sini hanya difungsikan sebagai bahan perekat.
Sementara dari tahapan pembuatan, bahan limbah karbon aktif cukup dicampur dengan starch. Tahapan berikutnya yakni membuat cetakan arang dengan mengepres campuran sisa karbion aktif dan starch. Sebagai langkah terakhir adalah pengeringan. Setelah dikeringkan limbah karbon aktif itu sudah menjadi arang yang siap digunakan.
Sementara dari tahapan pembuatan, bahan limbah karbon aktif cukup dicampur dengan starch. Tahapan berikutnya yakni membuat cetakan arang dengan mengepres campuran sisa karbion aktif dan starch. Sebagai langkah terakhir adalah pengeringan. Setelah dikeringkan limbah karbon aktif itu sudah menjadi arang yang siap digunakan.
2.5.3
Pengolahan Limbah MSG sebagai Pupuk Cair
Cairan hasil samping proses fermentasi
pada pembuatan MSG dapat diolah menjadi pupuk cair dengan ditambahkan NH3.
Pupuk cair yang dihasilkan ini biasa disebut orgami atau organi. Hasil analisis
kandungan unsur/senyawa pupuk cair MSG :
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mahasiswa terhadap tanaman
Caisiem (Brassica juncea),
didapatkan beberapa data simpulan, yaitu :
1.
Monosodium
glutamate (MSG) dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
2.
MSG
mengandung unsur nitrogen yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
3.
Pupuk
dari MSG memiliki berbagai kelebihan yakni lebih ekonomis, praktis, serta ramah
lingkungan.
4.
Air limbah berpengaruh
positif pada tanaman caisiem dengan meningkatkan berat tanaman maupun jumlah
daun. Prosentase limbah yang paling optimal untuk pemupukan pada konsentrasi
80%.
2.6
Manfaat Monosodium Glutamat
Manfaat MSG
sebagai penguat cita rasa, MSG menguatkan rasa atau aroma bahan makanan pokok
itu sendiri. Manfaat lainnya adalah menghilangkan rasa tidak enak yang terdapat
pada bahan makanan tertentu, misalnya menghilangkan rasa langu kentang. Namun,
tidak berarti bahwa MSG dapat menghilangkan rasa tidak enak bahan makanan yang
sudah rusak. MSG mudah larut dalam air. Keunikan MSG adalah, selain sebagai
penguat cita rasa, bila dimakan, dalam tubuh manusia mudah bersenyawa dengan
asam amino lainnya dan akan membentuk protein.
2.7
Bahaya Monosodium Glutamat
2.7.1
Efek terhadap Hewan Coba
Jurnal Neurochemistry International bulan Maret 2003
melaporkan, pemberian MSG sebanyak 4 mg/g berat badan ke bayi tikus
menimbulkan neurodegenerasi berupa jumlah neuron lebih sedikit dan rami dendrit
(jaringanantar sel syaraf otak) lebih renggang. Kerusakan ini terjadi perlahan
sejak umur 21 hari dan memuncak pada umur 60 hari.Sementara bila
disuntikkan kepadatikus dewasa, dosis yang sama menimbulkan gangguan pada
neuron dan dayaingat. Pada pembedahan, ternyata terjadi kerusakan pada nucleus
arkuatus dihipothalamus (pusat pengolahan impuls syaraf).
Sedang menurut Jurnal Brain Research, pemberian MSG 4
mg/g terhadaptikus hamil hari ke 17-21 menunjukkan bahwa MSG mampu menembus
plasentadan otak janin menyerap MSG dua kali lipat daripada otak induknya. Juga
10 hari setelah lahir, anak-anak tikus ini lebih rentan mengalami kejang
daripada yanginduknya tidak mendapat MSG. Pada usia 60 hari, keterampilan
mereka jugakalah dari kelompok lain yang induknya tidak mendapat MSG. Tetapi
kelompok anak-anak tikus yang mendapat MSG pada penelitian diatas justru lebih
gemuk. Ternyata, MSG juga meningkatkan ekskresi insulinsehingga tikus-tikus
tersebut cenderung menderita obesitas. Pada penelitian lain, bila
diteruskan sampai 3 bulan, ternyata akan terjadi resistensi terhadap insulindan
berisiko menderita diabetes.
Penelitian lain di Jurnal of Nutritional Science
Vitaminologi bulan April 2003, pemberian MSG terhadap tikus juga mengganggu
metabolisme lipid dan aktivitas enzim anti-oksidan di jaringan pembuluh darah,
menjadikan risiko hipertensi dan penyakit jantung. Kerusakan enzim antioksidan
ini ternyata yang juga menimbulkan kerusakan kronis di jaringan syaraf.
Secara umum, antioksidan memang berperan penting bagi kesehatan di seluruh
bagian tubuh.
2.7.2
Bahaya pada
Manusia
·
Penambahan MSG pada makanan dapat
menurunkan kandungan zat gizi makanan tersebut, dimana terjadi pengurangan
berat bahan pembuatnya, sehingga nilai gizinya pun menurun.
·
Penambahan MSG memang dapat
meningkatkan kadar natrium dalam makanan. Dalam 1 gram MSG, kira-kira
mengandung 200 mg natrium. Natrium merupakan zat yang harus dibatasi oleh
kelompok usia lanjut, terutama mereka yang mengidap penyakit jantung,
hipertensi, dan ginjal. Asam glutamat bebas ini bersifat eksitotoksik
sehingga dihipotesiskan akan bisa merusak neuron otak bila sudah melebihi
kemampuan otak mempertahankannya dalam kadar rendah.
·
Pada kelompok orang yang sensitif
terhadap MSG, yang berakibat muncul keluhan berupa : rasa panas di leher,
lengan dan dada, diikuti kaku-kaku otot dari daerah tersebut menyebar sampai ke
punggung. Gejala lain berupa rasa panas dan kaku di wajah diikuti nyeri dada,
sakit kepala, mual, berdebar-debar dan kadang sampai muntah. Gejala ini
mirip dengan Chinese Restaurant Syndrome,
tetapi kemudian lebih tepat disebut MSG Complex
Syndrome. Sindrom ini terjadi segera atau sekitar 30 menit setelah
konsumsi, dan bertahan selama sekitar 3 - 5 jam. Berbagai survei
dilakukan, dengan hasil persentase kelompok sensitif ini sekitar 25% dari
populasi.
·
Pada penderita asma, yang banyak
mengeluh meningkatnya serangan setelah mengkonsumsi MSG. Munculnya keluhan
dikedua kelompok tersebut terutama pada konsumsi sekitar 0,5-2,5 g MSG. Sementara
untuk penyakit-penyakit kelainan syaraf seperti Alzheimer danHungtinton chorea,
tidak didapatkan hubungan dengan konsumsi MSG.
·
MSG dapat memicu penyakit kanker.
Bila MSG itu
dipanaskan, seperti digoreng dengan minyak, apa lagi kalau dengan cara deep fried dan alat pressure cooker maka ia
akan pecah menjadi 2 zat kimia baru yang sangat berbeda dengan zat
aslinya, yakni Glutamic pyrlosied 1 (Glu-P-1, Amino-methyl dipyrido imidazole)
dan Glu-P-2 (amino dipyrido imidazole). Kedua zat bersifat mutagenik
(menyebabkan kelainan genetik) dan karsinogenik (menyebabkan kanker). Dengan
Uji Ame's, kedua zat ini secara konsisten mengakibatkan mutagenik pada kuman Salmonellaty phimurium dan pada tikus
dan mencit menyebabkan kanker kerongkongan, lambung, usus, hati, otak, mammae
dll. Kedua zat tadi jauh lebih potensi dibandingkan dengan Aflatoksin yang
hanya menyebabkan kanker hati saja.
·
Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama, meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang disekresikan ke luar tubuh, sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama, meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang disekresikan ke luar tubuh, sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi
kedua, merangsang sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan
hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal, untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi sekresi NaCl (garam) dengan
cara mengabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl dan sodium
(natrium) dalam MSG akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada akhirnya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.
Seperti
yang telah dijelaskan, natrium memegang peranan penting terhadap timbulnya
hipertensi. Konsumsi natrium (pada garam dapur dan dalam MSG) yang berlebihan
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat, hal ini menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
·
Selain masalah-masalah
kesehatan di atas tadi, MSG juga dapat menimbulkan berbagai masalah seperti
kegemukan dan depresi. Jika MSG digunakan secara berlebihan dapat menimbulkan
efek negatif bagi tubuh, 12 gram MSG per hari dapat menimbulkan gangguan
lambung, gangguan tidur, dan mual-mual.
2.8 Penggunaan MSG secara Aman
Sekarang MSG apapun mereknya Ajinomoto, Sasa atau
Miwon, atau merek dagang lainnya yang semuanya mengandung 100% murni MSG.
Seperti yang telah diketahui bahwa MSG yang murni mempunyai efek samping yang
cenderung menyebabkan penyakit hipertensi dan kanker. Oleh karena itu
untuk amannya, maka sebaiknya menggunakan MSG yang 10% saja dengan dicampur
garam dapur. Di Jepang, pabrik Ajinomoto sendiri untuk mensuplai bangsanya sendiri
membuat campuran MSG-Garam 10% dan diberi nama Aji-Shio. Dan Aji-Shio inilah
yang dijual secara bebas di Jepang. Menurut Dr. Waluyo, Bagian Gizi, FK,UI., di
Jepang MSG 100% tidak dijual bebas untuk umum, melainkan untuk pabrik makanan.
MSG 10% dibuat dengan mencapurkan 100 gram MSG 100% dengan 900 gram bubuk garam
dapur yang halus. Kalau sekarang orang mengkonsumsi 6 gram Aji-Shio, maka hanya
makan MSG 100% murni 1/10 dari 6 gram atau sama dengan 0,60 gram atau 600Mg
(setara dengan 10 kali korek kuping) sehari. Yang bisa kita tambahkan
untuk menambah cita rasa makanan selain MSG adalah kombinasi penggunaan garam,
gula, kaldu, serta rempah-rempah lain dalam makanan, walaupun harus diakui
sensasi rasa lezatnya memang berbeda dengan MSG.
2.9 Batas Ambang Konsumsi
Belum ada peraturan baku dunia,
termasuk yang dikeluarkan oleh lembaga pangan dan kesehatan dunia (FAO dan
WHO). Yang sudah bisa diketahui adalah titik optimal rasa gurih yang bisa
dirasakan seseorang, yaitu maksimal 5 gram/hari. Dalam peraturan Menteri
Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88, penggunaan MSG dibatasi secukupnya, tidak
boleh berlebihan. Sayangnya, tidak dijelaskan secara detail berapa gram/hari
yang dianjurkan.
2.10
Kronologi
Penggunaan MSG
Sebelum
tahun 60-an MSG biasanya digunakan oleh golongan masyarakat tertentu saja
seperti di Cina, Jepang, Korea, Thailand, Vietnam dan Myanmar., baik oleh para
ibu rumah tangga maupun di rumah makan. Takarannya pun sangat kecil sekali,
yakni 1-2 korek kuping (setara dengan 30-60 Mg) untuk setiap porsi masakan ala
Cina, mie atau bakso. pangsit. Makanan tradisional dan lokal asli tidak
menggunakan sama sekali, karena sudah terasa lezat dan gurih oleh ramuan bumbu
rempah.
Namun pada pertengahan tahun 60-an, produk MSG diimport dari Jepang dan Korea,
serta secara gencar diiklankan baik melalui media cetak, radio dan televisi,
serta dengan papan reklame yang besar besar dan dipampang di tempat tempat dan
jalan jalan yang strategis baik di kota maupun di desa. Disamping harganya
murah, juga terbukti bahwa ia dapat meningkatkan rasa cita makanan yang
kualitasnya rendah menjadi sajian yang lezat dan enak disantap. Sekarang
disamping golongan Cina, hampir semua golongan penduduk diseluruh
Indonesia bukan saja yang di kota, tetapi juga yang di desa sudah mengenalnya
dan cara memakainya pun sangat berlebihan dan tidak wajar.. Karena pada kemasan
produk itu tidak disertai alat takar dan juga pedoman takaran cara
pakainya tidak ada, maka bubuk ini dipakai secara amburadul dan melampaui batas
kewajaran.
Contoh, kalau sebelum tahun 60-an dipakai takaran korek kuping, maka setelah
diimport dari Jepang dan Korea, karena harganya murah, maka untuk setiap
mangkok mie atau sop naik menjadi 100-300 Mg (jadi 3-5 kali korek kuping).
Takaran ini tidak tahan lama dan terus meningkat menjadi 500-1200 Mg (jadi
sekitar 15-20 kali korek kuping). Pada tahun 70-an karena harga MSG relatif
murah, maka tiba tiba para pedagang tidak lagi segan segan menggunakan sendok
teh (setara 3000 Mg, kira kira 100 kali korek kuping), bahkan ada
yang menuangkan langsung dari ujung kantong yang sudah digunting. Cara
yang akhir ini sering kali menjadi keblablasan ,sehingga jumlahnya bisa
lebih dari 1 sendok teh ( ingat sebelum tahun 60-an hanya pakai 2 korek
kuping)!
Dari hasil survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada
tahun 1980 menemukan bahwa para pedagang mie bakso, mie pangsit dan mie rebus
di Jakarta adalah sebagai berikut:
Mie
bakso
1.840-1.900 Mg/mangkok (+ 31-61 X KK)
Mie
rebus
2,250-2,780 Mg/mangkok (+ 46-75 X KK)
Mie
goreng/pangsit
2,900-3,400 Mg/mangkok (+ 56-96 X KK)
(KK=
Korek kuping)
Sekarang
penggunaan MSG bukan main "ganasnya", karena bukan lagi menggunakan
sendok teh, tetapi pakai sendok makan. Hal ini sering dijumpai di restoran
besar dan sea foods. Satu sendok makan setara dengan 15 gram MSG ( +
250 kali korek kuping !) dan kadar natrium /sodium 15 gram MSG setara dengan 5
gram garam dapur! Penggunaan yang berlebihan MSG oleh para pedagang atau
juru masak karena secara psikologis tidak percaya diri kalau masakan yang
disajikan itu lezat dan enak. Padahal penambahan 60 Mg per mangkok (2 X korek
kuping ) gurihnya dan lezatnya sama dengan yang diberi 1 sendok teh atau
makan.
BAB III
KESIMPULAN
Mononatrium glutamat (juga disebut monosodium
glutamat; disingkat MSG)
adalah garam natrium dari asam glutamat. Monosodium
glutamat dengan rumus molekul C5H9NO4 bisa
dihasilkan dari bahan baku berupa tetes tebu atau molase, pati, glukosa,
fruktosa, monosakarida, disakarida. Prosesnya meliputi persiapan bakteri dan
media, proses fermentasi, proses kristalisasi dan netralisasi, pengayakan dan
pemisahan, serta pengepakan. Limbah dari proses pembuatan MSG berupa limbah
cair yang dapat digunakan sebagai pupuk cair.
MSG
digunakan sebagai penyedap rasa atau penambah rasa pada makanan, akan tetapi
jika penggunaan MSG secara berlebih akan berdampak negatif pada kesehatan,
seperti hypertensi, Chinese Restaurant Syndrome,
kanker, kerusakan jaringan pada otak, dsb. Penggunaan MSG yang aman adalah
dengan konsentrasi sebesar 10%.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar