Senin, 26 November 2012

tentang koloid


Berikut ini merupakan skema pembahasan dari makalah koloid yang akan kelompok kami sajikian :



Description: G:\koloid\scan0001.jpg

( Sumber : Buku kimia jilid 2 untuk SMA kelas XI, penerbit : phiBETA )




  


BAB  I  PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Dengan adanya makalah ini kita diajak memperoleh ilmu pengetahuan secara mandiri, kita harus menyadari bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya diperoleh di kelas, tetapi banyak sumber yang dapat kita manfaatkan, oleh karena itu disusunlah makalah yang berjudul SISTEM KOLOID yang tujuannya tidak lain adalah dapat memacu diri kita dalam memperluas cakrawala Ilmu pengetahuan.
Sistem koloid berhubungan dengan proses-proses di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal tersebut dapat kita perhatikan dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. namun terlebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid. Protoplasma dalam sel-sel makhluk hidup juga merupakan suatu koloid sehingga proses-proses dalam sel melibatkan sistem koloid.
            Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, namun zat tersebut dapat bercampur secara merata / homogen. Misalnya serbuk susu yang bercampur merata dengan air panas, atau es krim yang agar tidak mencair harus disimpan di freezer atau lemari pendingin. Dua contoh di atas merupakan contoh koloid yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
            Kita juga sering menjumpai sistem koloid pada lingkungan di sekitar kita, baik pada udara, air, maupun tanah. Polutan padat yang tercampur dalam udara (asap dan debu) merupakan sistem koloid. Air yang terdispersi dalam udara atau yang lebih dikenal dengan kabut juga merupakan sistem koloid. Mineral-mineral yang tercampur dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya juga merupakan sistem koloid.
1.2  Rumusan Masalah.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.       Bagaimana komponen dan pengelompokkan sistem koloid?
b.      Bagaimana sifat-sifat koloid?
c.       Bagaimana cara pembuatan koloid?
1.3 Tujuan Penulisan.
  1. Menjelaskan komponen dan pengelompokkan koloid!
  2. Menjelaskan sifat-sifat koloid!
  3. Menjelaskan cara pembuatan koloid!
1.4 Metode penelitian
     Dalam penyelesaian penyususunan makalah ini penulis melakukan studi kepustakaan, yang diambil dari beberapa buku dan internet.

1.5 Sistematika
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mencantumkan dalam beberapa bab. Bab 1 berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, sistematika penulisan dan telaa pustaka. Bab 2 berisi tentang landasan teori dan pembahasan masalah yang diambil yaitu tentang koloid. Bab 3 berisi tentang kesimpulan.
1.6 Telaah pustaka 
a.       Istilah “KOLOID” diusahakan oleh Thomas Graham (1805-1869). Dari Inggris tahun 1861.
b.      Persitiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid disebut efek Tyndall, sebab hal ini mula-mula diterangkan oleh Jhon Tyndall (1820-1895) . Ahli Fisika bangsa Inggris.
c.       Gerakan acak dari partikel koloid dalam medium pendispersinya ini disebut gerak Brown, berdasarkan nama ahli Botani bangsa Inggris yang menemukan gerakan ini pada tahun 1827, yaitu Robert Brown (1773-1858).
d.      Untuk mengurangi zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik. Metode ini dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877-1948) dari Amerika Serikat.



BAB II  KOLOID

2.1 Pengertian koloid
Pada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.
 Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.  
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x 10-7.

2.2 Jenis-jenis Koloid
Berdasarkan jenis fase terdispersi dan medium pendispersinya dikenal delapan macam system koloid, yaitu :
No.
Fase
Medium
Nama Koloid
Contoh
1.
Gas
Cair
Buih/busa
Buih sabun, buih sampho, buih detergen, krim kocok, ombak, dll
2.
Gas
Padat
Busa padat
Batu apung, karet busa, lava, biskuit
3.
Cair
Gas
Aerosol cair
Kabut, awan, pengeras rambut(hair sparay), dan obat semprot
4.
Cair
Cair
Emulsi cair
Susu, santan, es krim, minyak ikan, dan mayones
5.
Cair
Padat
Emulsi padat
Keju, mentega, mutiara, selai, jeli, nasi, agar-agar, lateks, semir padat, dan lem padat
6.
Padat
Gas
Aerosol padat
Asap, debu di udara, dan asap buangan knalpot
7.
Padat
Cair
Sol (gel)
Sol emas, sol belerang, cat, tinta, kanji, lotion, putih telur, air Lumpur, semir cair, dan lem cair
8.
Padat
Padat
Sol padat
Paduan logam (alloy), kaca berwarna, gelas warna, intan, tanah, permata, perunggu, dan kuningan

Berdasarkan ukuran fase terdispersinya, system dipersi dibedakan menjadi tiga, yaitu : larutan  sejati,  koloid dan suspensi. Sifat dari masing masing system disperse tersebut adalah  :

Description: G:\koloid\scan0002.jpg
 











2.3  Sifat – sifat koloid
2.3.1 Efek Tyndal
Efek Tyndall adalah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

2.3.2        Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
Berikut ini merupakan contoh gambar dari terjadinya gerak brown dan penampakan gerak brown di bawah mikroskop :
Description: G:\koloid\scan0003.jpg

2.3.3        Adsorpsi
Absorpsi  ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Zat yang diserap disebut fase terserap dan zat yang menyerap disebut adsorpen. Disebabkan karena gaya tarik molekul-molekul pada permukaan adsorpen.
(Catatan : Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
Pemanfaatan adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1.      Proses pemutihan gula pasir
2.      Penyembuhan sakit perut dengan serbuk karbon atau norit
3.      Penjernihan air keruh dengan menggunakan tawa (Al2(SO4)3)
4.      Penggunaan arang aktif
5.      Penggunaan arang halus pada masker, berfungsi untuk menyerap gas yang beracun
6.      Filter pada rokok, yang berfungsi untuk mengikat asap nikotin dan tar

2.3.4        Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. Proses kimkia yang dapat menyebabkan terjadinya koagulasi, misalnya:
1.      Pencampuran koloid yang berbeda muatan
Bila sistem koloid yang berbeda muatan dicampurkan, akan menyebabkan terjadinya koagulasi dan akhirnya mengendap. Misalnya, sol Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan mengalami koagulasi bila dicampur sol As2O3. Dengan adanya peristiwa tersebut, maka bila anda mempunyai tinta dari merk yang berbeda, yang satu merupakan koloid negatif dan yang lain koloid positif, jangan sampai dicampurkan karena akan dapat terkoagulasi.
2.      Adanya elektrolit
Bila koloid yang bermuatan positif dicampurkan dengan suatu larutan elektrolit, maka ion-ion negatif dari larutan elektrolit tersebut akan segera ditarik oleh partikel-partikel koloid positif tersebut, dan akibatnya ukuran koloid sangat besar dan akan mengalami koagulasi. Sebaliknya, koloid negatif akan menyerap ion positif dari suatu llarutan elektrolit.
Proses Koagulasi dalam kehidupan sehari-hari terjadi pada : perebusan telur, perebusan Tahu, pembuatan lateks, proses penjernihan air, pembentukan delta di muara sungai Pengolahan asap atau debu.

2.3.5        Kestabilan Koloid
Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid, yaitu sebagai berikut :
1.      Gaya pertama ialah gaya tarik – menarik yang dikenaln dengan gaya London – Van der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel – partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan akhirnya mengendap.
2.      Gaya kedua ialah gaya tolak menolak. Gaya ini terjadi karena pertumpangtindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya tolak – menolak tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil.
3.      Gaya ketiga ialah gaya tarik – menarik antara partikel koloid dengan medium pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan gaya ini juga dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid. Besarnya muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam medium pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil.
Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya. Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung. Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.

2.3.6        Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid :
a.       Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo = cairan; philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein,  dan agar-agar.
Ciri-ciri koloid liofil adalah :
1.      Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium terdispersinya
2.      Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
3.      Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya.
4.      Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung
5.      Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
6.      Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
7.      Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya.
8.      Memberikan efek Tyndall yang lemah
9.      Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali.

b.      Koloid liofob yaitu koloid yang benci cairan (phobia = benci). Partikel koloid tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan sol logam
Ciri-ciri dari koloid liofob adalah :
1.      Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
2.      Memiliki muatan positif atau negative
3.      Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
4.      Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
5.      Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
6.      Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
7.      Memberikan efek Tyndall yang jelas
8.      Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Sifat-Sifat
Sol Liofil
Sol Liofob
Pembuatan
Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium terdispersinya
Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya
Muatan partikel
Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
Memiliki muatan positif atau negative
Adsorpsi medium pendispersi
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung
Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
Viskositas (kekentalan)
Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
Penggumpalan
Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
Sifat reversibel
Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya
Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol
Efek Tyndall
Memberikan efek Tyndall yang lemah
Memberikan efek Tyndall yang jelas
Migrasi dalam medan listrik
Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel


2.4  Pembuatan sistem koloid
Bila ditinjau dari pengubahan ukuran partikel zat terdispersi, maka cara pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu :

2.4.1        Cara Dispersi
Cara dispersi dilakukan dengan cara memperkecil ukuran partikel. Cara ini melibatkan pengubahan ukuran partikel besar (misalnya : suspensi atau padatan) menjadi ukuran partikel koloid.
2.4.2        Cara Kondensasi
Sebaliknya dengan cara dispersi, cara kondensasi dilakukan dengan memperbesar ukuran pertikel, umumnya dari larutan diubah menjadi koloid.
Berikut merupakan contoh-contoh dari cara kondensasi :
a.       Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) à As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) à AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
Berikut ini merupakan contoh gambar dari Sol As2S3 :
Description: G:\koloid\koloid 5.JPG
b.      Pemanasan nitrat
Jika dipanaskan, kebanyakan nitrat cenderung mengalami dekomposisi membentuk oksida logam, nitrogen dioksida berupa asap coklat, dan oksigen.
Sebagai contoh, nitrat Golongan 2 yang sederhana seperti magnesium nitrat mengalami dekomposisi dengan reaksi sebagai berikut :
Pada Golongan 1, ithium nitrat mengalami proses dekomposisi yang sama - menghasilkan lithium oksida, nitrogen dioksida dan oksigen.
Akan tetapi, nitrat dari unsur selain lithium dalam Golongan 1 tidak terdekomposisi sempurna (minimal tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen) - menghasilkan logam nitrit dan oksigen, tapi tidak menghasilkan nitrogen oksida.
Semua nitrat dari natrium sampai cesium terdekomposisi menurut reaksi di atas, satu-satunya yang membedakan adalah panas yang harus dialami agar reaksi bisa terjadi. Semakin ke bawah golongan, dekomposisi akan semakin sulit, dan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.
Pemanasan karbonat
Jika dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami dekomposisi membentuk oksida logam dan karbon dioksida.
Sebagai contoh, karbonat Golongan 2 sederhana seperti kalsium karbonat terdekomposisi sebagai berikut:
Pada Golongan 1, lithium karbonat mengalami proses dekomposisi yang sama - menghasilkan lithium oksida dan karbon dioksida.
Karbonat dari unsur-unsur selain lithium pada Golongan 1 tidak terdekomposisi pada suhu Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih tinggi mereka akan terdekomposisi. Suhu dekomposisi lagi-lagi meningkat semakin ke bawah Golongan.

2.5 Kegunaan koloid
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
          Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industry
Contoh aplikasi
Industri makanan
Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh
Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat
Cat
Industri kebutuhan rumah tangga
Sabun, deterjen
Industri pertanian
Peptisida dan insektisida
Industri farmasi
Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
 2.5.1 Pemutihan Gula
            Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2.5.2 Penggumpalan Darah
            Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
Berikut ini merupakan contoh gambar proses pencucian darah :
Description: G:\koloid\scan0006.jpg
2.5.3 Penjernihan Air
            Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+   +   3H2O     à    Al(OH)3   +      3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap:





















                                             BAB  III  PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid,sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi). Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit  akan menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Campuran koloid dapat dipisahkan dari ion-ion atau partikel terlarut lainnya melalui dialisis.
Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah. Banyak sekali produk industri dalam bentuk koloid, terutama karena dengan bentuk koloid, maka zat-zat yang tidak saling melarutkan dapat disajikan homogen secara makroskopis.
Pengolahan air bersih memanfaatkan sifat koloid, yaitu adsorpsi dan koagulasi. Pada pengolahan air bersih digunakan tawas (alumunium sulfat), kaporit (klorin) dan kapur.  Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air. Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar