KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya
juga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan makalah ini.
Penulisan makalah ini dilakukan untuk mengetahui
penyebab-penyebab , dampak, serta cara
pencegahan serta penanggulangn pencemaran laut. Adapun tujuan lain dari penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugtas mata kuliah Pengantar Ilmu Lingkungan semester
satu program studi Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Tiada
gading yang takretak.Walaupun makalah ini kurang sempurna, penulis yakin banyak
pengetahuan dan ilmu yang dapat memperluas wawasan pengetahuan bagi pembaca. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut berperan dalam penyusunan
makalah ini dari awal hingga akhir.
Dengan
semata-mata mengharap ridho Allah SWT dan memanjatkan puji syukur atas kebesaran
dan kemurahan-Nya, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat.
Bandung, Januari
2011
Penulis
DAFTAR ISI
BIODATA PENULIS i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
BAB II LAUT
4
2.1 Definis Laut
4
2.2 Sejarah Terbentuknya Laut 4
2.3 Manfaat laut 5
2.4 Jenis-jenis Laut 6
2.4.1 Jenis/Macamlautberdasarkansebabterjadinya
6
2.4.2 Jenis/MacamLautBerdasarkanLetakLaut 6
2.4.3 Jenis/MacamLautBerdasarkanKedalamanLaut 6
BAB III PENCEMARAN
LAUT 7
3.1 Pencemaran Laut 7
3.2 Penyebab Pencemaran laut 7
3.2.1 Pencemaran Oleh Minyak
8
3.2.2 Pencemaran Oleh Logam Berat 8
3.2.2.1Contoh
kasus pencemaran akibat logam berat di Indonesia 10
3.2.2.2Contoh kasus pencemaran
akibat logam berat di Jepang 10
3.2.3 Pencemaran Oleh Sampah 11
3.2.4 Pencemaran Oleh Pestisida 12
3.2.5
Pecemaranakibat proses Eutrofikasi 13
3.2.6
Pencemaran
Akibat Peningkatan keasaman 14
3.2.7
Pencemaran
Akibat Polusi Kebisingan 15
3.3
Dampak
Pencemaran Laut 18
3.3.1 Logam
Berat 18
3.3.2 Tumpahan
Minyak 18
3.3.3 Sampah 19
3.3.4 Pestisida 19
3.3.5 Eutrofikasi 19
3.3.6 Peningkatan
Keasaman 20
3.3.7 Polusi
Kebisingan 20
3.4 Pencegahan
dan Penanggulangan Teerjadinya Pencemaran Laut 21
3.4.1 Pencegahan Terjadinya Pencemaran Laut 21
3.4.2 Penganggulangan Pencemaran Laut 22
BAB IV PENUTUP 23
4.1 Kesimpulan 23
4.2 Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada mulanya orang berfikir bahwa
dengan melihat luasnya lautan, maka semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa
industri yang berasal dari aktifitas manusia di daratan seluruhnya dapat di tampung
oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat yang membahayakan. Bahan pencemar
yang masuk ke dalam lautan akan diencerkan dan kekuatan mencemarnya secara
perlahan-lahan akan diperlemah sehingga membuat mereka menjadi tidak berbahaya.
Dengan makin cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan makin meningkatnya lingkungan
industri mengakibatkan makin banyak bahan-bahan yang
bersifat racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit
untuk dapat dikontrol secara tepat.
Air laut adalah suatu komponen yang
berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana buangan limbah dari daratan
akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga sebagai tempat penerimaan
polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung
polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian
larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan
sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton,
ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-lain).
Kemudian, polutan tersebut yang
masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton. Fitoplankton adalah produsen
dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton
dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi
dibanding dalam tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa fitoplankton
sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan
planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan planktivores
dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan ikan atau hewan) sebagai tropik level
ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level tertinggi.
Ikan predator dan ikan yang berumur
panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara
seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena
cara makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan
fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan
terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air.
Polutan tersebut mengikuti rantai
makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai
ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut
tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan
makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena kesehatan manusia
sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang berasal dari daerah
tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga makanan laut (seafood)
yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga mengandung bahan polutan
yang tinggi.
Salah satu polutan yang paling
berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat. WHO (World Health
Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture
Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak
mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah
lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat
potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan
tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Pencemaran laut merupakan suatu ancaman
yang benar-benar harus ditangani secara sungguh-sungguh. Untuk itu, kita perlu
mengetahui apa itu pencemaran laut, bagaimana terjadinya pencemaran laut, serta
apa yang solusi yang tepat untuk menangani pencemaran laut tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan laut
1.2.2
Bagaimana sejarah terbentuknya laut
1.2.3
Apa manfaat laut bagi makhluk hidup
1.2.4
Apa saja jenis-jenis laut
1.2.5
Apa yang dimaksud dengan pencemaran laut
1.2.6
Apa yang menjadi sumber pencemaran laut
1.2.7
Apa saja dampak dari pencemaran laut
1.2.8
Bagaimana cara mencegah terjadinya
pencemaran laut
1.2.9
Bagaimana cara menanggulangi pencemaran
laut
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tulisan ini bertujuan
untuk mengupas mengenai pencemaran laut. Secara khusus akan dibahas sumber,
dampak dan pencegahan serta penanggualangan pencemaran laut yang tentu saja tidak lepas dari pengertian dan
perspektif hukum dari pencemaran laut serta indikator
pencemaran tersebut. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai dampak
pencemaran laut beserta cara penanggulangan, timbul kesadaran dari kita semua
akan betapa pentingnya laut bagi
kehidupan yang pada akhirnya pencemaran laut dapat dikurangi sehingga manfaat laut dapat
kita rasakan secara keseluruhan.
BAB II
LAUT
2.1 Definisi Laut
Laut adalah
kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan
membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut adalah merupakan air yang
menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan
berasa asin. Biasanya air mengalir yang ada di darat akan bermuara ke laut.
2.2 Sejarah Terbentuknya Laut
Laut,
menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya
bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100 °C)
karena panasnya Bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu
atmosfer Bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang
menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan garam-garaman
yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu,
gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam Bumi.
Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu juga bertipe mamut atau
tinggi/besar sekali tingginya karena jarak Bulan yang begitu dekat dengan Bumi.
Menurut
para ahli, awal mula laut terdiri dari berbagai versi; salah satu versi yang
cukup terkenal adalah bahwa pada saat itu Bumi mulai mendingin akibat mulai
berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu
tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar Matahari
untuk masuk ke Bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan
terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan tipe mamut juga)
yang mengisi cekungan-cekungan di Bumi hingga terbentuklah lautan.
Secara
perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai berkurang
akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat membentuk
kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga sinar Matahari
dapat kembali masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan terjadinya proses
penguapan sehingga volume air laut di Bumi juga mengalami pengurangan dan
bagian-bagian di Bumi yang awalnya terendam air mulai kering. Proses pelapukan
batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke lautan,
menyebabkan air laut semakin asin.
Pada
3,8 milyar tahun yang lalu, planet Bumi mulai terlihat biru karena laut yang
sudah terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut berperan
dalam menyerap energi panas yang ada, namun pada saat itu diperkirakan belum
ada bentuk kehidupan di bumi. Kehidupan di Bumi, menurut para ahli, berawal
dari lautan (life begin in the ocean). Namun demikian teori ini masih merupakan
perdebatan hingga saat ini.
Pada
hasil penemuan geologis di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan (yang
diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun) menunjukkan adanya fosil seukuran
beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di
dasar laut. Hal ini mungkin menjawab pertanyaan tentang saat-saat awal
kehidupan dan di bagian lautan yang mana terjadi awal kehidupan tersebut.
Sedangkan kelautan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari berbagai biota atau
makhluk hidup di laut yang perlu dimanfaatkan melalui usaha perikanan.
2.3 Manfaat Laut
Laut
memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya
alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu :
1. Tempat rekreasi dan hiburan
2. Tempat hidup sumber makanan kita
3. Pembangkit listrik tenaga ombak,
pasang surut, angin, dsb.
4. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara,
rumput laun, dll.
5. Tempat barang tambang berada
6. Salah satu sumber air minum
(desalinasi)
7. Sebagai jalur transportasi air
8. Sebagai tempat cadangan air bumi
9. Sebagai objek riset penelitian dan
pendidikan, dll
2.4 Jenis-jenis Laut
A.
Jenis/Macam laut berdasarkan sebab terjadinya :
1. Laut Ingresi : laut yang terjadi karena penurunan
dasar laut dengan kedalaman 200 meter
lebih.
2. Laut Transgresi : laut yang terjadi karena terjadi
peninggian permukaan air laut yang memiliki
kedalaman kurang dari 200 meter.
3. Laut Regresi : laut yang ada karena proses
sedimentasi lumpur daratan yang masuk ke laut akibat
erosi daratan.
B.
Jenis/Macam Laut Berdasarkan Letak Laut :
1. Laut Tepi : laut yang ada di tepi benua.
2. Laut Pedalaman : laut yang dikelilingi oleh daratan
benua yang hampir seluruhnya terkepung
benua.
3. Laut Tengah : laut yang ada di tengah-tengah antara
benua.
C.
Jenis/Macam Laut Berdasarkan Kedalaman Laut :
1. Laut Zona Litoral : laut yang berada di batas antara
garis pasang surut air laut
yang bisa kering dan bisa tergenang air laut.
2. Laut Zona Neritik : laut yang mempunyai kedalaman kurang
dari 200 meter.
3. Laut Zona Batial : laut yang memiliki kedalaman laut
antara 200 hingga 1800
meter.
4. Laut Zona Abisal : laut yang memiliki kedalaman yang
lebih dari 1800 meter.
BAB
III
PENCEMARAN
LAUT
3.1 Pencemaran Laut
Pencemaran laut
didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri,
pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing)
ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Dalam
sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya berbentuk partikel
kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar, yang sebagian
besar adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan cara ini,
racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan, semakin
panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar racun
yang tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini
bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan menjadi anoxic. Sebagian besar
sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut
maupun melalui tumpahan.
3.2 Penyebab Pencemaran Laut
3.2.1
Pencemaran
oleh minyak
Saat ini industri minyak dunia telah
berkembang pesat, sehingga kecelakaan kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya
minyak dilautan hampirtidak bias dielakkan.Kapal tanker mengangkut minyak
mentah dalam jumlah besar tiap tahun. Apabila
terjadi pencemaran miyak dilautan, ini akan mengakibatkan minyak mengapung
diatas permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan terbawa ke pantai.
Contoh
kecelakaan kapal yang pernah terjadi :
a. Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967mengakibatkan 100.000 burung
mati
b. Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975
c.
Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan
tumbuh tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung berbahaya bagi
kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung
akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka
banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri. Selain itu, mangrove dan daerah
air payau juga rusak. Mikroorganisme yang terkena pencemaran akan segera menghancurkan
ikatan organik minyak, sehingga banyak daerah pantai yang terkena ceceran
minyak secara berat telah bersih kembali hanya dalam waktu 1 atau 2 tahun.
Gambar 3.2.1 Tumpahan minyak di
laut
3.2.2
Pencemaran
oleh logam berat
Logam berat ialah benda padat atau cair
yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk setiap cm3, sedangkan logam yang
beratnya kurang dari 5 gram adalah logam ringan.
Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal
(Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni),
merupakan salah satu bentuk materi anorganik yang sering menimbulkan berbagai
permasalahan yang cukup serius pada perairan. Penyebab terjadinya pencemaran
logam berat pada perairan biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi
oleh limbah buangan industri dan pertambangan.
Jenis-Jenis
Industri Pembuang Limbah yang Mengandung Logam Berat :
Kertas:
Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Petro-chemical:
Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pengelantang:
Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pupuk:
Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Kilang
minyak: Cd, Cr, Cu, Pb, Ni, Zn
Baja:
Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Sn, Zn
Logam
bukan besi: Cr, Cu, Hg, Pb, Zn
Kendaraan
bermotor, pesawat terbang: Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn
Gelas,
semen, keramik: Cr
Tekstil:
Cr
Industri
kulit: Cr
Pembangkit
listrik tenaga uap: Cr, Zn
Logam
berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat bersifat
tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin
terakumulasi di dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat
masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam
berat di dalam air dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila
air yang mengandung logam berat diminum, sedangkan secara tidak langsung
apabila memakan bahan makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh
manusia, logam berat juga dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya
terhadap kesehatan.
Gambar 3.2.2 Laut
tercemar akibat logam berat
3.2.2.1 Contoh kasus pencemaran
akibat logam berat di Indonesia
Teluk Buyat, terletak di Kabupaten
Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi pembuangan limbah tailing (lumpur sisa
penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun
1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut membuang sebanyak 2.000 ton limbah
tailing ke dasar perairan Teluk Buyat setiap harinya. Sejumlah ikan ditemui
memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan
lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah
penduduk Buyat, dimana mereka memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis,
pergelangan, pantat dan kepala.
Gambar 3.2.2.1 Pencemaran di Teluk
Buyat, Sulawesi Utara
3.2.2.2 Contoh kasus
pencemaran akibat logam berat di Jepang
Kasus minamata yang terjadi dari tahun
1953 sampai 1975 telah menyebabkan ribuan orang meninggal dunia akibat
pencemaran mercury di Teluk Minamata Jepang. Industri Kimia Chisso menggunakan
mercury khlorida (HgCl2) sebagai katalisator dalam memproduksi acetaldehyde
sintesis di mana setiap memproduksi satu ton acetaldehyde menghasilkan limbah
antara 30-100 gr mercury dalam bentuk methyl mercury (CH3Hg) yang
dibuang ke laut Teluk Minamata.
Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh
organisme laut baik secara langsung dari air maupun mengikuti rantai makanan.
Kemudian mencapai konsentrasi yang tinggi pada daging kerang-kerangan,
crustacea dan ikan yang merupakan konsumsi sehari-hari bagi masyarakat
Minamata. Konsentrasi atau kandungan mercury dalam rambut beberapa pasien di
rumah sakit Minamata mencapai lebih 500 ppm. Masyarakat Minamata yang
mengonsumsi makanan laut yang tercemar tersebut dalam jumlah banyak telah
terserang penyakit syaraf, lumpuh, kehilangan indera perasa dan bahkan banyak
yang meninggal dunia.
Gambar 3.2.2.2 Pencemaran di Teluk
Minamata, Jepang
3.2.3
Pencemaran
oleh sampah
Plastik telah menjadi masalah global.
Sampah plastik yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. 80% (delapan
puluh persen) dari sampah di laut adalah plastik, sebuah komponen yang telah dengan cepat
terakumulasi sejak akhir Perang Dunia II.
Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta
metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah
plastik yang terdapat di laut berbahaya untuk satwa liar dan perikanan.
Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit, sesak napas, maupun
termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan
plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut. Jaring ini dikenal sebagai hantu
jala sangat membahayakan lumba-lumba,
penyu, hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang
membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi hewan
yang perlu untuk kembali ke permukaan untuk bernapas.
Sampah yang mengandung kotoran minyak juga
dibuang kelaut melalui sistem daerah aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini
kemungkinan mengandung logam berat dengan konsentrasi yang tinggi. Tetapi
umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga akan memperkaya
kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah
yang tercemar yang membuat kondisi lingkungan menjadi lebih baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme.
Aktifitas pernafasan dari organisme ini
membuat makin menipisnya kandungan oksigen khususnya pada daerah estuarin. Hal
tersebut akan berpengaruh besar pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup
di daerah tersebut. Pada keadaan yang paling ekstrim, jumlah spesies yang ada
didaerah itu akan berkurang secara drastis dan dapat mengakibatkan bagian dasar
dari estuarin kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang dapat hidup disitu
hanya dari golongan cacing saja. Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk golongan
yang mudah hancur dengan cepat, sehingga pencemaran yang disebabkannya tidak merupakan
suatu masalah besar diperairan terbuka.
Gambar 3.2.3
Pencemaran laut oleh sampah
3.2.4
Pencemaran
oleh pestisida
Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida
adalah bersifat akumulatif. Mereka sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan
dengan tujuan untuk mengontrol hama tanaman atau organism-organisme lain yang
tidak diinginkan. Idealnya pestisida ini harus mempunyai spesifikasi yang
tinggi yaitu dapat membunuh organism-organisme yang tidak dikehendaki tanpa
merusak hewan lainnya, tetapi pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota
air yang ada di laut.
Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan
berasal dari suatu grup bahan kimia yang disebut Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini.
Pestisida jenis ini termasuk golongan yang mempunyai ikatan
molekul yang sangat kuat dimana molekul-molekul ini kemungkinan dapat bertahan
di alam sampai beberapa tahun sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu sangat
berbahaya karena dengan digunakannya golongan ini secara terus menerus akan
membuat mereka menumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan
yang tidak dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi organism yang hidup didaerah
tersebut.
Hewan biasanya menyimpan organochloride di dalam tubuh mereka.
Beberapa organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan kimia
didalam jaringan tubuhnya.
Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem
laut, mereka segera diserap ke dalam jaring makanan di laut. Dalam jarring makanan,
pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta penyakit, yang dapat berbahaya
bagi hewan laut , seluruh penyusun rantai makanan termasuk manusia.
Gambar
3.2.4 Pencemaran laut oleh pestisida
3.2.5
Pecemaran
akibat proses Eutrofikasi
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian
peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau
fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas
primer (ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung
cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan
kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan
mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang diturunkan dari tanah akan
terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian
dibawa oleh air hujan masuk ke lingkungan laut , dan cendrung menumpuk di
muara.
The World Resources Institute telah
mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh
dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir
di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur,
terutama di Jepang. Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga merah (red
tide) secara signifikan yang membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan
masalah pernapasan pada manusia dan beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi
saat organisme mendekati ke arah pantai.
Gambar 3.2.6 Laut yang tercemata akibat
eutrofikasi
3.2.6
Pencemaran
akibat peningkatan keasaman
Dewasa
ini sangat banyak kegiatan manusia yang menyebabkan polusi udara, tanah dan
air, yang disebabkan oleh limbah pabrik, industri, asap kendaraan, dan banyak
lagi. Salah satu contoh adalah semakin banyak karbon dioksida memasuki atmosfer
bumi, maka karbondioksida yang kita hasilkan sehari-hari dapat menyebabkan
hujan asam dan juga meningkatkan kadar keasaman laut menjadi lebih asam.
Potensi
peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan
bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. Perubahan iklim juga
akan berdampak buruk pada ekosistem di lautan . Jika air laut semakin memanas,
maka akan terjadi peningkatan keasaman laut, dan terumbu karang adalah yang
paling rentan menghadapi peningkatan keasaman ini . menurut Dr. Nerilie
Abrahams dari Universitas Nasional Australia, terumbu karang seperti sedang
mencatat kematiannya sendiri. Jumlah Karbon Dioksida yang dipompakan ke
atmosfer sebetulnya mengubah keasaman laut, dan membuat lebih asam lagi.
Bahayanya adalah tentu saja seluruh terumbu karang akan hancur dan larut karena
asam tadi. Persoalan perubahan suhu maupun berbagai perubahan lain yang dialami
lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang luar biasa. Di masa lalu hal ini sudah
barangkali terjadi, nemun perbedaannya adalah saat ini perubahan suhu tersebut
dipicu oleh campur tangan manusia, jadi bukan karena sebab alami
Gambar 3.2.7 Terumbu karang yang rusak
3.2.7
Pencemaran
akibat polusi kebisingan
Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran
kebisingan atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik
eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih
cepat di laut daripada di udara.
Hewan laut, seperti paus, cenderung
memiliki penglihatan lemah, dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan
oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup
lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975,
ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah meningkat sepuluh
kali lipat).
Sumber
suara di laut antara lain :
1. Sumber
alami
Suara di laut yang timbul akibat
proses alami terbagi dalam dua yaitu proses fisika serta proses biologi. Proses
fisika ini antara lain : aktivitas tektonik, gunung api dan gempa bumi, angin,
gelombang. Sedangkan contoh dari aktivitas biologis misalnya suara dari mamalia
laut dan ikan.
2. Lalu
lintas kapal
Banyak dari kapal-kapal yang
beroperasi di laut menimbulkan kebisingan yang berpengaruh pada ekosistem laut
dan umumnya berada pada batasan suara 1000Hz. Kapal-kapal Tanker Besar yang
beroperasi mengangkut minyak biasanya mengeluarkan suara dengan level 190
desibel atau sekitar 500Hz. Sedangkan untuk ukuran kapal yang lebih kecil
biasanya hanya menimbulkan gelombang suara sekitar160-170 desibel. Kapal-kapal
ini menimbulkan sejenis tembok virtual yang disebut “white noise” yang memiliki
kebisingan konstan. White noise dapat menghalangi komunikasi antara mamalia di
laut sampai batas untuk area yang lebih kecil. Selain kapal Tanker juga
Kapal-kapal besar lainnya sejenis Cargo yang membawa petikemas memiliki
kebisingan yang cukup menimbulkan pencemaran suara di laut.
3. Eksplorasi
dan Ekspoitasi Gas dan Minyak
Kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi
gas dan minyak banyak menggunakan survei seismik, pembangunan anjungan
minyak/rig, pengeboran minyak, dll. Kebanyakan dari survei seismik saat ini
menggunakan airguns sebagai sumber suara, alat ini merupakan alat berisi udara
yang memproduksi sinyal akustik dengan cepat mengeluarkan udara terkompresi ke
dalam kolom air. Metoda tersebut dapat menciptakan suara dengan intensitas
sampai dengan 255 desibel. Pengaruhnya terhadap hewan lainnya juga dapat
menimbulkan kerusakan pendengaran akibat dari tekanan air yang ditimbulkan.
Seperti layaknya penggunaan dinamit, airguns juga berpengaruh terhadap
pendengaran manusia secara langsung. Pulsa sinyal akustik ini dapat menimbulkan
konflik terhadap mamalia laut, seperti misalnya paus jenis mysticete, sperm,
dan beaked yang menggunakan frekuensi suara yang rendah.
Begitu juga dalam aktivitas
pembangunan rig dan pengeboran minyak dimana dalam operasionalnya setiap hari
banyak menghasilkan suara serta menimbulkan kebisingan yang beresiko bagi
mamalia laut.
4. Penelitian
Oseanografi dan Perikanan
Pernah diadakan survei dengan
menggunakan Acoustic Thermography of Ocean Climate (ATOC) dimana digunakan
kanal suara untuk memperlihatkan rata-rata temperatur laut. Sistem ini
digunakan untuk penelitian mengenai faktor temperatur laut. Akibatnya terhadap hewan-hewan
di laut terbukti bahwa mereka bergerak menjauh (terutama Paus jenis tertentu)
namun selang beberapa saat mereka kembali untuk mencari makanan. Deruman dari
Speaker yang dipasang berkekuatan 220 desibel tepat di sumbernya, dan
terdeteksi sampai dengan 11000 mil jauhnya.
Dari penyebab diatas terdapat juga
penyebab lainnya yang tidak disebutkan di sini, salah satunya adalah kegiatan
perikanan para nelayan yang menggunakan peledak atau pukat harimau yang tidak
hanya menimbulkan polusi suara namun juga merusak secara langsung ekosistem di
laut itu sendiri.
5. Kegiatan
militer
Ada beberapa aktivitas yang
dilakukan militer yang menghasilkan sumber suara yang menimbulkan kebisingan di
laut. Salah satu contohnya yaitu aktivitas kapal naval milik US.Army yang
menggunakan sonar aktif ketika berlatih dan dalam aktivitas rutin. Angkatan
Laut Amerika (NAVY) pernah mengembangkan suatu sistem yang dinamakan Low
Frequency Active Sonnars (LFA) untuk keperluan militernya. Dalam penggunaannya,
terbukti bahwa terdapat beberapa efek negatif terhadap kehidupan dan perilaku
mamalia di lautan. Terhadap ikan paus efek tersebut ternyata mengganggu jalur
migrasi dan untuk jenis ikan paus biru dan ikan paus sirip adalah terhentinya
proses komunikasi satu sama lain. Bahkan setelah melalui beberapa penelitian,
maka pengunaan LFA tersebut juga berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Beberapa penyelam NAVY yang menerima transmisi dari sekitar 160 desibel akibat
sistem tersebut terbukti terkena gangguan seperti vertigo, gangguan terhadap
gerakan tubuh serta gangguan di daerah perut dan dada.
Bukti-bukti lainnya dari pengaruh
akibat sonar yang dihasilkan ini di sebutkan oleh Vonk and Martin (1989),
Simmonds and Lopez-Jurado (1991), Frantzis (1998) dan Frantzis and Cebrian
(1999) mereka menganggap bunyi keras yang ditimbulkan oleh aktifitas militer
ini telah menyebabkan terdamparnya paus jenis beaked di Pulau Canary dan Laut
Ionia. Selain itu paus jenis sperm mengalami perubahan kelakuan dalam
vokalisasi dalam merespons sonar ini.
Pendamparan lainnya terjadi pada
bulan maret 2000 di Bahama, 17 mamalia laut( termasuk 2 spesies paus jenis
beaked dan minke). Pendamparan ini terjadi akibat latihan militer Amerika yang
menggunakan sonar.
3.3 Dampak pencemaran laut
a. Logam
berat
WHO (World Health Organization) atau
Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture Organization) atau
Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi makanan laut
(seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai
suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki
kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang
menyebabkan kematian.
Bahaya yang Dapat Ditimbulkan oleh Logam
Berat di dalam Tubuh Manusia :
·
Barium
(Ba): Dalam bentuk serbuk, mudah terbakar pada temperatur
ruang. Jangka panjang, menyebabkan naiknya tekanan darah dan terganggunya
sistem syaraf.
·
Cadmium
(Cd): Dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun jika
terhirup dari udara atau uap. Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari kadmium
sangat beracun. Jangka panjang, terakumulasi di hati, pankreas, ginjal dan
tiroid, dicurigai dapat menyebabkan hipertensi
·
Kromium
(Cr): Kromium hexavalen bersifat karsinogenik dan korosif
pada jaringan tubuh. Jangka panjang, peningkatan sensitivitas kulit dan
kerusakan pada ginjal
·
Timbal
(Pb): Beracun jika termakan atau terhirup dari udara atau
uap. Jangka panjang, menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan pada
kelahiran
·
Raksa
(Hg): Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau
terhirup dari uap. Jangka panjang, beracun pada sistem syaraf pusat, dapat
menyebabkan kelainan pada kelahiran.
·
Perak
(Ag): Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu
permanen pada kulit, mata dan membran mukosa (mucus)
b. Tumpahan
minyak
Minyak yang mengapung berbahaya bagi
kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung
akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka
banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri serta dapat menyebabkan
keracunan pada burung tersebut.
c. Sampah
Banyak hewan yang hidup pada atau di
laut mengonsumsi plastik karena tak jarang plastik yang terdapat di laut akan
tampak seperti makanan bagi hewan laut. Plastik tidak dapat dicerna dan akan
terus berada pada organ pencernaan hewan ini,
sehingga menyumbat saluran pencernaan dan menyebabkan kematian melalui
kelaparan atau infeksi. Selain berpengaruh terhadap kesehatan biota laut,
adanya sampah dilaut juga nerpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penyakit yang
paling sederhana seperti gatal-gatal pada kulit setelah bersentuhan dengan air
laut, dll.
d. Pestisida
Pengaruh
pestisida terhadap kehidupan organisme air
1. Penumpukan
pestisida dalam jaringan tubuh, bersifat racun dan dapat mempengaruhi system syaraf
pusat.
2. Bahan
aktifnya selain bisa membunuh organism perairan (ikan) juga dapat merubah tingkah
laku ikan dan menghambat perkembangan telur moluska dan juga ikan.
3. Daya
racun berkisar dari rendah-tinggi. Moluska cenderung lebih toleran terhadap
racun pestisida dibandingkan dengan Crustacea dan teleostei (ikan bertulang
sejati), dll.
e. Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah perairan menjadi
terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah alga dan fitoplankton yang saling
berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis. Karena terlalu banyak maka alga dan
fitoplankton di bagian bawah akan mengalami kematian secara massal, serta terjadi kompetisi dalam mengonsumsi O2
karena terlalu banyak organisme pada tempat tersebut. Sisa respirasi
menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan
menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan tersebut.
f. Peningkatan
keasaman
Selain menyebabkan kerusakan pada
terumbu karang, kehidupan laut terpengaruh karena perubahan itu, khususnya
hewan dan tumbuhan yang memiliki tulang karbonat kalsium dan yang menjadi
sumber makanan bagi penghuni laut lainnya. Satu miliar orang yang bergantung
pada ikan sebagai sumber utama penghasil protein akan terkena dampak dari
peningkatan keasama laut tersebut.
g. Polusi
kebisingan
Gangguan bunyi-bunyi dapat saja
menghasilkan frekuensi atau intensitas yang dapat berbentrokan atau bahkan
menghalangi suara/bunyi biologi yang penting, yang menjadikan tidak terdeteksi
oleh mamalia laut. Padahal seperti diketahui bahwa suara-suara biologi ini
penting seperti untuk mencari mangsa, navigasi, komunikasi antara ibu dan anak,
untuk manarik perhatian, atau melemahkan mangsa.
Klasifikasi
efek fisik langsung yang dapat mempengaruhi mamalia laut
·
Tidak Berhubungan langsung :
Merusak jaringan tubuh
Kejang urat yang disebabkan tekanan
udara yang tiba-tiba
·
Berhubungan langsung :
Merusak telinga
Gangguan pendengaran permanen atau
sementara
·
Kelakuan :
Perubahan Perilaku
Modifikasi perilaku
Berpindah tempat dari area (jangka
panjang atau pendek)
·
Stress :
Menurunkan tingkat kelangsungan hidup
Mudah terserang penyakit
Berpotensi dipengaruhi oleh efek
kumulatif yang negatif (misalnya polusi kimia
kombinasi dengan stress suara)
Peka terhadap suara
3.4 Pencegahan dan penanggulangan terjadinya
pencemaran laut
Upaya
pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur oleh pemerintah
dalam PERATURAN
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT
a.
Pencegahan terjadinya pencemaran laut
Berikut ini
adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran laut
:
1.
Tidak membuang sampah ke laut
2.
Penggunaan pestisida secukupnya
3. Yang
paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut adalah puntung
rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di sekitar laut.
4. Kurangi
penggunaan plastik
5. Jangan
tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan memancing di laut.
6.
Setiap
industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
7. Menggunakan pertambangan ramah
lingkungan, yaitu pertambangan tertutup.
8. Pendaurulangan
sampah organik
9. Tidak
menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi
tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
air.
10. Penegakan
hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
b.
Penanggulangan pencemaran laut
1. Melakukan
proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu menetralisir pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan
minyak dari ledakan ladang minyak.
2. Fitoremediasi
dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam berat juga ditempuh.
Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut adalah pohon api-api (Avicennia
marina). Pohon Api-api memiliki kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi.
3. Melakukan
pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta masyarakat
Melalui
penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan berkurang dan kualitas
hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat laut yang bersih,
sehat, dan nyaman.
DAFTAR
PUSTAKA
www.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar