PENDAHULUAN
Jika kita
gunakan definisi konvensional yang menyatakan bahwa hablur atau kristal adalah
padatan homogen yang dibatasi oleh bidang muka rata yang terbentuk secara
alamiah, maka adalah benar bahwa kebanyakan padatan yang kita jumpai dalam
hidup sehari-hari tidak nampak sebagai kristal. Hal ini pada umumnya disebabkan
oleh salah satu dari dua hal berikut : pada satu pihak, banyak padatan
merupakan campuran dari berbagai senyawa yang biasanya terdiri dari banyak
molekul besar dengan berbagai ukuran. Tetapi kalau bahan tersebut
dipisah-pisahkan untuk menghasilkan senyawa murni, maka cenderung terjadi
struktur kristal. Misalnya, beberapa jenis protein dan selulosa, yang keduanya
adalah bahan penyusun padatan yang terjadi secara alamiah telah diperoleh dalam
tahanan kristal, walaupun kedua zat tersebut tidak ditemukan di alam dalam
tahanan kristal [1].
Kristal adalah
benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Karena banyak zat padat
seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris,
telah lama para ilmuwan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini
juga tersusun secara simetris [2].
Kita tak boleh
menyimpulkan begitu saja penataan partikel dalam sebuah kristal besar,
semata-mata dari penampilan luarnya. Bila suatu zat dalam keadaan cair atau
larutan mengkristal, kristal dapat terbentuk dengan tumbuh lebih ke satu arah
daripada ke lain arah. Sebagaimana sebuah kubus kecil dapat berkembang menjadi
salah satu dari tiga bentuk yang mungkin sebuah kubs besar, sebuah lempeng
datar atau struktur panjang mirip jarum. Ketiga zat padat ini mempunyai
struktur kristal kubik yang sama, namun bentuk keseluruhannya berbeda [2].
Struktur
kristal ditentukan oleh gaya antar atom dan ukuran atom yang terdapat dalam
kristal. Untuk menyederhanakan persoalan, kita dapat menganggap ion atau atom
sebagai bola padat berjari-jari r. Struktur ada yang hexagonal close packing.
Cara penyusunan bola dalam kristal tidak dapat sesederhana pada kristal logam,
karena kristal ionic terdiri dari ion-ion yang bermuatan dan memiliki jenis
yang berbeda [3].
Dua senyawa
santon telah berhasil diisolasi dari fraksi etil asetat kayu batang Mundu Garcinia
dulcis (Roxb.) Kurz., yaitu 1,3,4,5,8-pentahidroksisanton (1) dan
1,4,5,8-tetrahidroksisanton (2). Senyawa (1) menunjukkan aktivitas yang tinggi
sebagai antioksidan terhadap radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).
Isolasi senyawa-senyawa dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etil
asetat, pemisahan komponen-komponen menggunakan berbagai cara kromatografi.
Pemurnian dilakukan dengan metode rekristalisasi menggunakan campuran
dua pelarut Etil asetat dan aseton menghasilkan 59 fraksi kemudian
digabung menghasilkan enam fraksi gabungan yaitu fraksi X1, X2, X3, X4, X5 dan
X6. Padatan pada fraksi gabungan X5 sama dengan fraksi X6 sehingga dapat
digabung yang selanjutnya direkristalisasi. Rekristalisasi dilakukan sebanyak
tiga kali dengan menggunakan campuran pelarut etil asetat pa dan n-heksana pa
menghasilkan padatan kuning (250 mg) dengan titik leleh 231 – 232oC
yang kemudian disebut senyawa (1) Fraksi gabungan Y6 (144mg) direkristalisasi
menggunakan campuran pelarut etil asetat pa dan n-heksana pa menghasilkan
padatan kuning (84 mg) dengan titik leleh 223–224oC yang kemudian
disebut senyawa (2) [4].
Rekristalisasi
merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana
zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali.
Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu
diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari
konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang
rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan
mengendap [5].
Kemudahan suatu
endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada struktur
morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar
kristal-kristal yang terbentuk selamaberlangsungnya pengendapan, makin mudah
mereka dapat disaring dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat
kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan
membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur yang sederhana
seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum sangat menguntungkan, karena mudah
dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang
mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother
liquid), bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang terdiri dari
kristal-kristal demikian, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa
tercapai [6].
Peristiwa
rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan. Endapan merupakan zat
yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam larutannya. Endapan
terbentuk jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Kelarutan suatu endapan merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya.
Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain yang terkandung
dalam larutan dan komposisi pelarutnya [6].
Dua zat yang
mempunyai struktur kristal yang sama disebut isomorfik (sama bentuk), contohnya
NaF dengan MgO, K2SO4 dengan K2SeO4,
dan Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat
isomorfik tidak selalu dapat mengkristal bersama secara homogen. Artinya satu
partikel tidak dapat menggantikan kedudukan partikel lain. Contohnya, Na+
tidak dapat menggantikan K+ dalam KCl, walaupun bentuk kristal NaCl
sama dengan KCl. Suatu zat yang mempunyai dua kristal atau lebih disebut
polimorfik (banyak bentuk), contohnya karbon dan belerang. Karbon mempunyai
struktur grafit dan intan, belerang dapat berstruktur rombohedarl dan monoklin [2].
Selama
pengendapan ukuran kristal yang terbentuk, tergantung terutama pada dua faktor
penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal.
Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, dan
terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan
inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat
lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin
besarlah laju pembentukan inti [6].
Garam dapur
atau natrium klorida atau NaCl. Zat padat berwarna putih yang dapat diperoleh
dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCl
dengan NaOH berair. NaCl nyaris tak dapat larut dalam alkohol , tetapi larut
dalam air sambil menyedot panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan
suhu. Garam normal, suatu garam yang tak mengandung hidrogen atau gugus
hidroksida yang dapat digusur. Larutan-larutan berair dari garam normal tidak
selalu netral terhadap indikator semisal lakmus. Garam rangkap; yang terbentuk
lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam
tertentu. Misalnya: FeSO4(NH4)2SO4.6H2O
dan K2SO4Al4(SO4)3.24H2O.
Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan
mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang
menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan[5].
METODE
PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah beaker glass, gelas
arloji, kertas saring, corong, pipet tetes, kertas lakmus, pemanas listrik,
labu takar dan pengaduk gelas, neraca analitik, dan botol semprot.
Bahan-bahan yang digunakan adalah garam dapur, HCl encer,
CaO, Ba(OH)2, amonium karbonat, dan akuades.
B. Prosedur
Kerja
1. Perlakuan Awal
250 ml aquades
dipanaskan (diukur dengan labu ukur) dalam gelas beaker yang telah ditimbang
terlebih dahulu, sampai mendidih untuk beberapa saat. 80 gram garam dapur ditimbang.
Dimasukkan kedalam air panas sambil diaduk, dan dipanaskan lagi sampai
mendidih, kemudian disaring. Larutan dibagi menjadi dua bagian untuk dilakukan
kristalisasi menurut prosedur dibawah ini.
2. Kristalisasi melalui penguapan
Sekitar 1 gram
kalsium oksida (CaO) ditambahkan ke dalam bagian larutan garam dapur diatas.
Larutan Ba(OH)2 encer ditambahkan tetes demi tetes sampai tetes
berakhir tidak membentuk endapan lagi. Secara terus menerus tetes demi tetes
ditambahkan sambil diaduk larutan 30 gram per liter (NH4)2CO3.
Larutan tersebut disaring dan dinetralkan filtratnya dengan HCl encer, dites
kenetralan larutan dengan kertas lakmus. Larutan diuapkan sampai kering,
sehingga akan diperoleh kristal NaCl yang berwarna lebih putih dari pada garam
dapur asal. Kristal tersebut ditimbang dan dihitung rendeman rekristalisasi
NaCl yang telah dilakukan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Prosedur Awal
No
|
Prosedur Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
Diambil 50
mL akuades yang telah dipanaskan dan dimasukkan ke dalam gelas beker
Dimasukkan
16 gram garam dapur ke dalam gelas beker tersebut, sambil diaduk dan
dipanaskan kembali.
Disaring
dengan kertas saring
|
Larutan bening
Massa gelas beker = 101,88 gram
Garam melarut dan sedikit mengendap.
Filtrat
bening.
|
2. Kristalisasi
Melalui Penguapan
No
|
Prosedur Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Ditambahkan
dengan 0,2 g CaO pada filtrat dari hasil percobaan.
Ditambahkan Ba(OH)2 encer sampai tidak ada endapan lagi.
Ditambahkan (NH4)2CO3.
Disaring dengan kertas saring
Dinetralkan filtrat dengan menambahkan HCl.
Diuapkan larutan sampai kering
Ditimbang berat kristal yang diperoleh
|
Larutan menjadi putih keruh atau putih susu.
Diperlukan sekitar 50 tetes Ba(OH)2 sampai tidak ada endapan
V = 5 mL
Larutan menjadi jernih.
Diperlukan beberapa mL HCl sampai filtrat menjadi netral.
Terbentuk kristal NaCl yang berwarna putih bersih.
m gelas beker + kristal = 116,03 g
m kristal NaCl = 14,15 g
|
Perhitungan
Diketahui : masssa kristal = 14,15 g
massa garam dapur = 16 g
Ditanya :
rendemen …?
Jawab :
= 88,43 %
B. Pembahasan
1. Perlakuan Awal
Dalam tahap ini
dilakukan proses pelarutan garam dapur ‘cap kapal’ yang berbentuk padatan
menjadi suatu larutan. Akuades yang digunakan untuk melarutkan garam ini adalah
akuades yang panas. Hal ini ditujukan agar garam yang dilarutkan dapat melarut
dengan sempurna. Garam dapur yang dilarutkan dalam akuades panas tersebut
terurai menjadi ion-ionnya yakni, ion natrium (Na+) dan ion klorida
(Cl-). Garam dapur yang digunakan dalam percobaan ini merupakan
garam yang belum murni. Karena itulah dalam percobaan ini dilakukan pemurnian
terhadap garam dapur tersebut yang bebas dari zat pengotor. Garam dapur yang
telah dilarutkan dalam akuades tersebut, dipanaskan sampai mendidih, setelah itu
disaring dengan menggunakan kertas saring. Filtrat hasil penyaringan tersebut
akan digunakan untuk proses kristalisasi pada tahap berikutnya.
2.
Kristalisasi Melalui Penguapan
Filtrat yang diperoleh dari tahap
pertama, ditambahkan 0,2 gram kalsium oksida (CaO). Fungsi dari penambahan
kalsium oksida ini adalah untuk mengendapkan zat-zat pengotor seperti zat
pengotor yang di dalamnya mengandung ion Ca2+, Fe3+, dan
Mg2+ yang terdapat dalam garam dapur ‘cap kapal’. Cara kerja kalsium
oksida ini pada prinsipnya sama dengan tawas yakni sebagai kougulan. Pada
akhirnya nanti diharapkan larutan yang diperoleh lebih murni dari garam yang
semulanya belum dimurnikan. Selanjutnya ke dalam filtrat tadi
juga ditambahkan larutan barium hidroksida Ba(OH)2. Penambahan ini bertujuan
untuk menghilangkan endapan atau mencegah terbentuknya endapan lagi, akibat
penambahan kalsium oksida tadi.
Pada filtrat
tadi juga ditambahkan amonium karbonat (NH4)2CO3.
Penambahan ini ditujukan agar larutan tersebut menjadi jenuh. Tahap berikutnya
adalah dilakukan penyaringan untuk memisahkan endapan yang merupakan zat
pengotor yang terdapat dalam larutan tersebut. Kemudian filtrat yang diperoleh
(bersifat basa), dinetralisasi dengan larutan yang bersifat asam yaitu HCl
encer.
Setelah larutan
tersebut netral, maka pada larutan itu dilakukan penguapan atau pemanasan
hingga terbentuk kristal garam dapur kembali (rekristalisasi). Bentuk kristal
garam dapur setelah dilakukannya proses rekristalisasi adalah strukturnya lebih
lembut dan warnanya putih bersih. Kristal yang diperoleh ini kemudian
ditimbang. Dari hasil penimbangan diperoleh berat kristal sebesar 14,15 gram.
Sedangkan rendemen yang diperoleh dari percobaan ini memiliki nilai sebesar
88,43 %.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari
percobaan ini adalah bahwa garam dapur yang dimurnikan pada percobaan ini,
menggunakan prinsip rekristalisasi dengan penguapan, rekristalisasi adalah
metode pemurnian bahan dalam hal ini adalah garam dapur dengan pembentukan
kristal kembali guna menghilangkan zat pengotor, daya larut dari zat yang akan
dimurnikan dengan pelarutnya akan mempengaruhi proses rekristalisasi ketika
suhu dinaikkan atau ditambahkan kalor/panas, garam dapur ‘cap kapal’ yang direkristalisasi
menghasilkan kristal yang berwarna putih bersih dan strukturnya lebih
halus/lembut dari semula, garam dapur ‘cap kapal’ hasil rekristalisasi yang
diperoleh sebesar 14,15 gram dan rendemennya sebesar 88,43 %.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar