Ada sekitar 20 unsur non logam yang biasanya
ditemukan sebagai anion dalam senyawa ion atau sebagai unsur bebas. Dengan
klasifikasi yang relatif sederhana dimungkinkan untuk mempelajari nama,
struktur, dan sifat utama berbagai senyawa non logam ini. Hidrida, oksida,
sulfida, dan halida sangat penting dan merupakan menu utama dalam studi kimia
anorganik padat baik untuk studi saintifik maupun aplikasi.
4.1 Hidrogen dan hidrida
a Hidrogen
Hidrogen adalah unsur tersederhana terdiri atas satu
proton dan satu elektron, dan paling melimpah di alam semesta. Di bumi kelimpahannya ketiga
setelah oksigen dan silikon, sekitar 1 % massa semua unsur di bumi. Tak perlu dikatakan sebagian
besar hidrogen di bumi ada sebagai air. Karena kepolarannya dapat berubah dengan mudah antara
hidrida (H-), atom (H), dan proton (H+), hidrogen juga membentuk berbagai senyawa dengan banyak
unsur termasuk oksigen dan karbon. Oleh karena itu, hidrogen sangat penting dalam
kimia. Dar tiga jenis isotop hidrogen, deuterium, D, ditemukan
oleh H. C. Urey dkk tahun 1932, dan kemudian tritium, T, dipreparasi dari deuterium di tahun
1934. Sekitar 0.015% hidrogen ada sebagai deuterium, dan dapat diperkaya dengan
elektrolisis air. Tritium bersifat radioaktif dan mengemisikan partikel β dengan waktu paruh 12.33 tahun.
Karena massa deuterium dan tritium sekitar dua kali dan tiga kali massa hidrogen, sifat
fisik isotop, dan senyawa yang mengandung
isotop ini, cukup berbeda. Beberapa sifat isotop hidrogen
dan air diberikan dalam Tabel 4.1. Ketika ikatan E-H dalam senyawa hidrogen diubah menjadi
E-D dengan substitusi deuterium, frekuensi E-H dalam spektrum inframerahnya direduksi
menjadi sekitar 1/√2-nya, yang sangat bermanfaat untuk menentukan posisi atom hidrogen. Dalam
beberapa kasus mungkin untuk menyimpulkan bahwa pemutusan ikatan hidrogen adalah tahap
penentu laju bila substitusi deuterium menunjukkan efek yang drastis pada laju reaksi
senyawa yang mengandung hidrogen. Karena spin inti hidrogen adalah 1/2 dan karena kelimpahannya,
hidrogen adalah nuklida yang paling penting untuk spektroskopi NMR. NMR digunakan luas
tidak hanya untuk identifikasi senyawa organik, tetapi juga untuk kepentingan diagnostik
seperti pengunaan MRI (magnetic resonance imaging) air dalam tubuh. Organ manusia dapat diobservasi tanpa
dilukai dengan metoda ini.
Tabel
4.1 Sifat isotop hidrogen dan air.
Sifat H2 D2 T2 H2O D2O T2O
Titik leleh* 13.957 18.73 20.62 0.00 3.81 4.48
Titik didih 20.39 23.67 25.04 100.00 101.42 101.51
ρ (g.cm-3, 25°C) 0.9970 1.1044 1.2138
Temp. ρ maks (°C) 3.98 11.23 13.4
* hidrogen (K), air (°C).
Ada isomer spin inti molekul diatomik yang spinnya tidak
nol. Khususnya dalam kasus molekul
hidrogen, perbedaan sifatnya sangat signifikan. Spin para-hidrogen bersifat anti-paralel dan
jumlahnya adalah 0 serta menghasilkan keadaan singlet. Spin orto-hidrogen adalah
paralel dan
jumlahnya 1 menghasilkan keadaan triplet. Karena para-hidrogen energinya lebih rendah,
parahidrogen
lebih stabil di suhu rendah. Rasio teoritik para-hidrogen
adalah 100 % pada 0 K, tetapi
menurun ke sekitar 25 % pada suhu kamar, karena rasio
orto-hidrogen meningkat pada suhu lebih
tinggi. Kromatografi gas and garis rotasi dalam spektrum
elektronik H2 dapat membedakan kedua
isomer hidrogen.
b Hidrida
Hidrida biner diklasifikasikan sesuai dengan posisi
unsurnya dalam tabel periodik, dan oleh karakter ikatannya. Hidrida alkali dan alkali tanah di
blok s adalah senyawa ionik yang analog dengan halida dan disebut dengan hidrida salin. Unsur blok p golongan 13-17
membentuk hidrida kovalen molekular. Belum ada senyawa hidrida gas
mulia yang pernah dilaporkan. Beberapa unsur transisi blok d dan f membentuk hidrida logam yang menunjukkan sifat logam. Logam-logam transisi yang tidak membentuk hidrida biner
membentuk hidrida molekular kompleks
yang dikoordinasikan oleh ligan penstabil, seperti karbonil (CO), fosfin
tersier (PR3), atau siklopentadienil (C5H5) (rujuk bagian
6.1). Contoh-contoh khas hidrida diberikan di bawah ini.
Litium hidrida, LiH, senyawa kristalin tak bewarna (titik leleh (melting point, mp) 680 oC). Li+ dan
H- membentuk kristal berstruktur garam dapur. Pelepasan
kuantitatif gas hidrogen di anoda saat
dilakukan elektrolisis garam leburnya menyarankan
keberadaan H-. Air bereaksi dengan hebat
dengan litium hidrida membebaskan gas hidrogen. Karena
senyawa ini agak melarut dalam eter,
hidrida ini digunakan sebagai pereduksi di kimia organik.
Kalsium hidrida, CaH2, adalah padatan kristalin tak bewarna (mp 816 oC), dan bereaksi
dengan
hebat dengan air membebaskan gas hidrogen. Hidrida ini
digunakan sebagai pembentuk gas
hidrogen, atau bahan dehidrator untuk pelarut organik.
Hidrida ini juga digunakan sebagai
reduktor.
Litium tetrahidridoaluminat, LiAlH4, adalah padatan kristalin tak bewarna (terdekomposisi di
atas 125oC) biasanya disebut litium aluminum hidrida. Hidrida
melarut dalam eter, dan bereaksi
hebat dengan air. Hidrida ini digunakan sebagai reduktor
dan bahan untuk hidrogenasi dan untuk
pengering pelarut organik.
Natrium tetrahidroborat, NaBH4, adalah senyawa padatan kristalin bewarna putih (terdekomposisi pada 400 oC) biasanya
disebut natrium borohidrida. Padatan ini larut dalam air dan terdekomposisi pada suhu tingggi dengan melepaskan
gas hidrogen. Padatan ini digunakan sebagai bahan pereduksi untuk senyawa anorganik dan
organik, dan untuk mempreparasi kompleks hidrida, dsb.
Hidrida molekular
Semua hidrida kecuali hidrida karbon (metana) dan oksigen
(air) adalah gas beracun dengan
kereaktifan sangat tinggi dan harus ditangani dengan
sangat hati-hati. Walaupun terdapat berbagai
metoda untuk menghasilkan gas-gas ini di laboratorium,
kini banyak gas ini mudah didapat di
silinder.
Diboran, B2H6, adalah gas
beracun dan tak bewarna (mp -164.9 oC dan bp -92.6 oC) dengan bau
iritatif yang khas. Hidrida ini merupakan bahan reduktor
kuat senyawa anorganik dan organik.
Bahan ini juga bermanfaat sebagai bahan hidroborasi untuk
memasukkan gugus fungsi pada
olefin, setelah adisi olefin dengan reaksinya dengan
reagen yang cocok.
Silan, SiH4, gas yang sangat
mematikan dan tak bewarna (mp -185 oC dan bp -111.9 oC) dengan
bau yang menyengat dan juga disebut dengan monosilan.
Amonia,
NH3, adalah gas beracun dan tak bewarna (mp -77.7 oC dan bp -33.4 oC) dengan bau mengiritasi yang khas. Walaupun gas ini digunakan dalam
banyak kasus sebagai larutan amonia
dalam air, yakni dengan dilarutkan dalam air, amonia cair
juga digunakan sebagai pelarut non-air
untuk reaksi khusus. Sejak dikembangkannya proses
Harber-Bosch untuk sintesis amonia di tahun 1913, amonia telah menjadi senyawa yang paling
penting dalam industri kimia dan digunakan sebagai bahan baku banyak senyawa yang
mengandung nitrogen. Amonia juga digunakan sebagai refrigeran (di lemari pendingin).
Fosfin,
PH3, gas sangat beracun dan tak bewarna (mp -133 oC dan bp -87.7 oC) dengan bau
yang
busuk, juga disebut dengan fosfor hidrida. Fosfin
terbakar spontan di udara. Fosfin digunakan
dalam pertumbuhan epitaksi, dalam kimia koordinasi logam
transisi, dsb.
Hidrogen sulfida, H2S, gas beracun dan tak bewarna (mp -85.5 oC and bp -60.7 oC) dengan bau
telur busuk. Gas ini sering ditangani dengan tidak cukup
hati-hati, gas ini sangat berbahaya dan
harus ditangani dalam lingkungan yang ventilasinya baik.
Gas ini digunakan untuk analisis kimia
dengan cara pengendapan ion logam, pembuatan senyawa yang
mengandung belerang, dsb.
Hidrogen fluorida, HF, adalah gas tak bewarna, berasap, bertitik didih
rendah (mp -83 oC dan
bp 19.5 oC), dengan bau yang mengiritasi. Gas ini biasa digunakan
untuk mempreparasi senyawa
anorganik dan organik yang mengandung fluor. Karena
permitivitasnya yang tinggi, senyawa ini
dapat digunakan sebagai pelarut non-air yang khusus.
Larutan dalam air gas ini disebut asam
fluorat dan disimpan dalam wadah polietilen karena asam
ini menyerang gelas.
Hidrida logam
Hidrida MHx yang menunjukkan sifat logam biasanya bertipe intertisi
dan non stoikiometri
biasanya hidrogen menempati sebagian lubang dalam kisi
logam. Biasanya x bukan bilangan bulat
dalam senyawa ini. Hidrida jenis ini yang dikenal meliputi
hidrida dari Golongan 3 (Sc, Y),
Golongan 4 (Ti, Zr, Hf), Golongan 5 (V, Nb, Ta), Cr, Ni,
Pd, dan Cu, tetapi hidrida logam lain di
Golongan 6 sampai 11 tidak dikenal. Paladium Pd bereaksi
dengan gas hidrogen pada suhu
kamar, dan membentuk hidrida yang mempunyai komposisi PdHx (x
< 1). Banyak hidrida logam
yang menunjukkan sifat hantaran logam. LaNi5 adalah
senyawa paduan antara lantanum dan
nikel, yang dapat menampung sampai 6 atom hidrogen atoms
per sel satuan dan berubah menjadi
LaNi5H6. Paduan ini menjadi salah satu kandidat untuk digunakan
sebagai bahan penyimpan
hidrogen untuk pengembangan mobil berbahan hidrogen.
Kompleks hidrida
Senyawa kompleks yang berkoordinasi dengan ligan hidrida
disebut kompleks hidrida. Logam
transisi Golongan 6 sampai 10 yang tidak membentuk
hidrida biner menghasilkan banyak
kompleks hidrida dengan ligan tambahan seperti karbonil
dan fosfin tersier. Walaupun baru akhir
tahun 1950-an hidrida diterima sebagai ligan, ribuan
senyawa kompleks kini telah dikenal. Lebih
lanjut, dengan sintesis kompleks hidrogen molekul di
tahun 1980-an, kimia hidrogen mengambil
peran baru. Riset dalam katalisis hidrokarbon homogen
dengan peran penting dimainkan oleh
hidrida atau hidrogen terus berkembang.
4.2 Unsur golongan utama periode 2 dan 3 dan
senyawanya
a Boron
Boron yang telah dimurnikan adalah padatan hitam dengan
kilap logam. Sel satuan kristal boron
mengandung 12, 50, atau 105 atom boron, dan satuan
struktural ikosahedral B12 terikat satu sama
lain dengan ikatan 2 pusat 2 elektron (2c-2e) dan 3 pusat
2 elektron (3c-2e) (ikatan tuna elektron)
antar atom boron . Boron bersifat sangat
keras dan menunjukkan sifat semikonduktor.
Kimia boran (boron hidrida)
dimulai dengan riset oleh A. Stock yang dilaporkan pada periode
1912-1936. Walaupun boron terletak sebelum karbon dalam sistem
periodik, hidrida boron
sangat berbeda dari hidrokarbon. Struktur boron hidrida
khususnya sangat tidak sesuai dengan
harapan dan hanya dapat dijelaskan dengan konsep baru
dalam ikatan kimia. Untuk kontribusinya
dalam kimia anorganik boron hidrida, W. N. Lipscomb
mendapatkan hadiah Nobel Kimia tahun
1976. Hadiah Nobel lain (1979) dianugerahkan ke H. C.
Brown untuk penemuan dan
pengembangan reaksi dalam sintesis yang disebut
hidroborasi.
Karena berbagai kesukaran sehubungan dengan titik didih
boran yang rendah, dan juga karena
aktivitas, toksisitas, dan kesensitifannya pada udara,
Stock mengembangkan metoda eksperimen
baru untuk menangani senyawa ini dalam vakum. Dengan
menggunakan teknik ini, ia
mempreparasi enam boran B2H6, B4H10, B5H9, B5H11, B6H10, dan
B10H14 dengan reaksi magnesium
borida, MgB2, dengan asam anorganik, dan menentukan komposisinya.
Namun, riset lanjutan
ternyata diperlukan untuk menentukan strukturnya. Kini,
metoda sintesis yang awalnya digunakan
Stock menggunakan MgB2 sebagai
pereaksi hanya digunakan untuk mempreparasi B6H10.
Karena
reagen seperti litium tetrahidroborat, LiBH4, dan natrium
tetrahidroborat, NaBH4, kini mudah
didapat, dan diboran, B2H6, yang
dipreparasi dengan reaksi 3 LiBH4 + 4 BF3.OEt2 → 2 B2H6 + 3
LiBF4 + 4 Et2O, juga mudah didapat, boran yang lebih tinggi disintesis
dengan pirolisis diboran.
Teori baru diusulkan untuk menjelaskan ikatan dalam
diboran, B2H6. Walaupun struktur yang
hampir benar, yakni yang mengandung jembatan hidrogen,
telah diusulkan tahun 1912, banyak
kimiawan lebih suka struktur mirip etana, H3B-BH3, dengan
mengambil analoginya dengan
hidrokarbon. Namun, H. C. Longuet-Higgins mengusulkan
konsep ikatan tuna elektron 3-pusat
2-elektron 3-center 2-bond (ikatan 3c-2e bond) dan bahwa strukturnya memang benar
seperti
dibuktikan dengan difraksi elektron tahun 1951 .
Struktur ini juga telah dielusidasi dengan difraksi
elektron, analisis struktur kristal tunggal sinar-X,
spektroskopi inframerah, dsb, dan memang boran terbukti
mengandung ikatan 3c-2e B-H-B dan
B-B-B berikut:
selain ikatan kovalen biasa 2c-2e B-H dan B-B. Struktur
semacam ini dapat ditangani dengan
sangat memuaskan dengan teori orbital molekul. Boran
diklasifikasikan menjadi closo, nido, arachno,
dsb. sesuai dengan struktur kerangka atom boron.
Closo-boran
[BnHn]2- memiliki struktur polihedral tertutup, n atom boron
terikat pada n atom
hidrogen, misalnya dalam oktahedral regular [B6H6]2- dan
ikosahedral [B12H12]2-. Boran deret ini
tidak mengandung ikatan B-H-B. Boran BnHn+4,
seperti B5H9, membentuk struktur dengan ikatan
B-B, B-B-B, dan B-H-B dan kehilangan sudut polihedral closo boran, dan disebut dengan jenis
boran nido. Boran BnHn+6,
seperti B4H10, memiliki struktur yang kehilangan dua sudut dari tipe
closo dan membentuk struktur yang lebih terbuka. Kerangka
juga dibangun oleh ikatan B-B, BB-
B, dan B-H-B, dan jenis ini disebut boran jenis arachno.
Tidak hanya diboran, boran yang lebih tinggi juga
merupakan senyawa yang tuna elektron yang
sukar dijelaskan dengan struktur Lewis yang berbasiskan
ikatan kovalen 2c -2e.
Latihan 4.2 Mengapa diboran disebut senyawa tuna elektron?
[Jawab] Tuna elektron karena hanya mengandung 12 elektron
valensi dari atom boron dan
hidrogen, sedang untuk membentuk 8 (ikatan B-B dan B-H)
diperlukan 16 elektron.
K. Wade merangkumkan hubungan jumlah elektron yang
digunakan untuk ikatan kerangka dan
struktur boran dan mengusulkan aturan empiris yang
disebut aturan Wade. Menurut aturan ini,
bila jumlah atom boron n, jumlah elektron valensi
kerangkanya 2(n+1) didapatkan jenis closo,
2(n+2) untuk jenis nido, dan 2(n+3) untuk jenis arachno.
Hubungan antara struktur kerangka
dan jumlah elektron valensi adalah masalah penting dalam
senyawa kluster logam transisi, dan
aturan Wade telah memainkan peranan yang signifikan dalam
memajukan pengetahuan di bidang
struktur senyawa kluster ini.
b Karbon
Grafit, intan, fuleren, dan karbon amorf adalah aloptrop
karbon. Biasanya atom karbon
membentuk empat ikatan dengan menggunakan empat elektron
valensi yang dimilikinya.
Grafit berstruktur
lapisan yang terdiri atas cincin atom karbon beranggotakan 6 yang mirip cincin
benzen yang terkondensasi tanpa atom hidrogen (Gambar
4.4). Jarak karbon-karbon dalam
lapisan adalah 142 pm dan ikatannya memiliki karakter
ikatan rangkap analog dengan senyawa
aromatik. Karena jarak antar lapisan adalah 335 pm dan
lapis-lapis tersebut diikat oleh ikatan yang
relatif lemah yakni gaya van der Waals, lapisan-lapisan
ini dengan mudah akan saling menggelincir
bila dikenai gaya. Hal inilah yang merupakan asal mula
sifat lubrikasi grafit. Berbagai molekul,
seperti logam alkali, halogen, halida logam, dan senyawa
organik dapat menginterkalasi lapisan
grafit dan membentuk senyawa interkalasi. Grafit memiliki
sifat semi-logam, konduktivitasnya
(10-3 Ωcm paralel dengan lapisan dan hantarannya sekitar 100
kali lebih kecil dalam arah tegak
lurus lapisan).
Intan
Strukturnya disebut struktur intan. Sel satuan intan terdiri atas 8 atom karbon dan setiap atom karbon berkoordinasi 4 berbentuk tetrahedral.
Intan adalah zat terkeras yang dikenal, dengan kekerasan 10 Mhos. Intan dengan hantaran panas
sangat tinggi walaupun secara listrik bersifat insulator. Walaupun dulunya sumber padatan yang
berharga ini hanya yang terbentuk secara alami, intan industrial kini secara komersial
banyak dihasilkan dengan proses pada suhu
tinggi (1200 oC atau lebih tinggi) dan tekanan tinggi (5 GPa atau
lebih) dari grafit dengan katalis
logam. Akhir-akhir ini, lapis tipis intan telah dibuat
dengan pirolisis hidrokarbon pada suhu relatif
rendah (sekitar 900 oC) dan tekanan
yang juga relatif rendah (sekitar 102 Pa), dan digunakan untuk
penggunaan sebagai pelapis, dsb.
Fuleren adalah
nama generik untuk alotrop karbon 3 dimensi, dengan molekul C60 yang
berbentuk bola sepak merupakan contoh khas (Gambar 4.6).
R. E. Smalley, H. W. Kroto dkk
mendeteksi C60 dalam spektrum massa produk pemanasan grafit dengan laser
pada tahun 1985,
dan isolasi fuleren dari apa yang disebut jelaga "soot" dilaporkan pada 1991. Strukturnya adalah
ikosahedral terpancung (di sudut-sudutnya) dan antar atom
karbonnya ada karakter ikatan
rangkap. Fuleren larut dalam pelarut organik, dalam
benzen larutannya bewarna ungu. Biasanya,
fuleren diisolasi dan dimurnikan dengan kromatografi.
Berbagai riset dalam kereaktifan dan sifat
fisik fuleren misalnya sifat superkonduktornya sangat
populer. Selain C60, C70 dan karbon
nanotube kini juga menarik banyak minat riset.
c Silikon
Silikon adalah unsur yang paling melimpah kedua di kerak
bumi setelah oksigen. Sebagian besar
silikon ada sebagai komponen batu silikat dan unsur
bebasnya tidak ditemukan di alam. Oleh
karena itu, silikon dihasilkan dengan mereduksi kuarsa
dan pasir dengan karbon berkualitas tinggi
dengan menggunakan tungku listrik. Silikon dengan
kemurnian tinggi dihasilkan dengan reduksi
SiHCl3 dengan menggunakan hidrogen. SiHCl3 dihasilkan
dengan melakukan hidrokhlorasi
silikon berkemurnian rendah diikuti dengan pemurnian.
Silikon yang digunakan untuk
semikonduktor dimurnikan lebih lanjut dengan metoda
pelelehan berzona kristal Czochralski.
Kristal silikon (mp 1410 oC) memiliki kilap
logam dan mengkristal dengan struktur intan.
Ada tiga isotop silikon, 28Si
(92.23 %), 29Si (4.67%), dan 30Si (3.10%). Sebab spin intinya I = 1/2,
29Si
digunakan dalam studi NMR senyawa silikon organik atau silikat (NMR padatan).
Silikat dan senyawa organosilikon menunjukkan variasi
struktur. Bab 4.3 (c) mendeskripsikan sifat
silikat. Kimia organosilikon merupakan area riset dalam
kima anorganik yang sangat aktif. Kimia
silikon berkembang dengan pesat sejak perkembangan proses
industri untuk menghasilkan
senyawa organosilikon dengan reaksi langsung metil
khlorida CH3Cl dengan kehadiran katalis
tembaga. Proses historis ini ditemukan oleh E. G. Rochow
tahun 1945. Resin silikon, karet
silikon, dan minyak silikon digunakan di banyak aplikasi.
Akhir-akhir ini, senyawa silikon telah
digunakan dengan meluas dalam sintesis organik selektif.
Walaupun silikon adalah unsur tetangga karbon, sifat
kimianya sangat berbeda. Contoh yang
sangat terkenal kontras adalah antara silikon dioksida
SiO2 dengan struktur 3-dimensi, dan gas
karbon dioksida, CO2. Senyawa pertama dengan ikatan ganda silikon-silikon
adalah
(Mes)2Si=Si(Mes)2 (Mes adalah mesitil C6H2(CH3)3) dilaporkan
tahun 1981, kontras dengan ikatan
rangkap karbon-karbon yang sangat banyak dijumpai.
Senyawa seperti ini digunakan untuk
menstabilkan ikatan yang tidak stabil dengan substituen
yang meruah (kestabilan kinetik).
Latihan 4.3
mengapa sifat CO2 dan SiO2 berbeda?
[Jawab] Sifatnya berbeda karena CO2 adalah
gas molekular yang terdiri atas tiga atom, sedang SiO2
adalah senyawa padat dengan ikatan kovalen antara atom
silikon oksigen.
d Nitrogen
Nitrogen adalah gas tak bewarna dan tak berasa yang
menempati 78.1% atmosfer (persen
volume). Nitrogen dihasilkan dalam jumlah besar bersama
oksigen (bp -183.0 oC) dengan
mencairkan udara (bp -194.1 oC) dan diikuti
proses memfraksionasi nitrogen (bp -195.8 oC).
Nitrogen adalah gas inert di suhu kamar namun dikonversi
menjadi senyawa nitrogen oleh proses
fiksasi biologis dan melalui sintesis menjadi amonia di
industri. Sebab dari keinertannya adalah
tingginya energi ikatan rangkap tiga N≡N. Dua isotop nitrogen adalah 14N
(99.634 %) dan 15N
(0.366 %). Kedua isotop ini aktif NMR.
e Fosfor
Fosfor diproduksi dengan mereduksi kalsium fosfat, Ca3(PO4)2, dengan batuan
kuarsa dan batu
bara. Alotrop fosfor meliputi fosfor putih, fosfor merah,
dan fosfor hitam.
Fosfor putih adalah molekul dengan komposisi P4 . Fosfor putih memiliki titik
leleh rendah (mp 44.1 oC) dan larut
dalam benzen atau karbon disulfida. Karena fosfor putih
piroforik dan sangat beracun, fosfor putih harus
ditangani dengan hati-hati.
Fosfor merah berstruktur amorf dan strukturnya tidak jelas. Komponen
utamanya diasumsikan
berupa rantai yang dibentuk dengan polimerisasi molekul P4 sebagai
hasil pembukaan satu ikatan
P-P. Fosfor merah tidak bersifat piroforik dan tidak
beracun, dan digunakan dalam jumlah yang
sangat banyak untuk memproduksi korek, dsb.
Fosfor hitam adalah isotop yang paling stabil dan didapatkan dari
fosfor putih pada tekanan
tinggi (sekitar 8 GPa). Fosfor hitam memiliki kilap logam
dan berstruktur lamelar. Walaupun
fosfor hitam bersifat semikonduktor pada tekanan normal,
fosfor hitam menunjukkan sifat logam
pada tekanan tinggi (10 GPa).
Senyawa fosfor sebagai ligan
Fosfin tersier, PR3, dan fosfit tersier, P(OR)3, merupakan ligan
yang sangat penting dalam kimia
kompleks logam transisi. Khususnya trifenilfosfin, P(C6H5)3, trietil fosfin,
P(C2H5)3, dan
turunannya merupakan ligan yang sangat berguna dalam
banyak senyawa kompleks, sebab
dimungkinkan untuk mengontrol dengan tepat sifat
elektronik dan sterik dengan memodifikasi
substituennya. Walaupun
ligan-ligan ini adalah donor sigma, ligan-ligan ini
dapat menunjukkan karakter penerima pi dengan mengubah
substituennya menjadi penerima
elektron Ph (fenil), OR, Cl, F, dsb. Urutan karakter
penerima elektron diperkirakan dari frekuensi
uluran C-O dan pergeseran kimia 13C NMR
senyawa logam karbonil fosfin atau fosfit tersubstitusi
adalah sbb (Ar adalah aril dan R adalah alkil).
PF3 > PCl3 > P(OAr)3 > P(OR)3 > PAr3 > PRAr2 > PR2Ar > PR3
Di pihak lain, C. A. Tolman telah mengusulkan sudut pada
ujung kerucut yang mengelilingi
substituen ligan fosfor pada jarak kontak van der Waals
dapat digunakan sebagai parameter untuk
mengukur keruahan sterik fosfin atau fosfit. Parameter
ini, disebut sudut kerucut, dan telah
digunakan secara meluas . Bila sudut kerucut
besar, bilangan koordinasi akan
menurun karena halangan sterik, dan konstanta
kesetimbangan disosiasi dan laju disosiasi ligan
fosfor menjadi lebih besar . Ungkapan numerik
efek sterik sangat bermanfaat dan
banyak studi telah dilakukan untuk mempelajari hal ini.
4.3 Oksigen dan oksida
a Oksigen
Dioksigen, O2, adalah gas tak berwarna dan tak berbau (bp -183.0 oC) menempati 21%
udara (%
volume). Karena atom oksigen juga komponen utama air dan
batuan, oksigen adalah unsur yang
paling melimpah di kerak bumi. Walaupun unsur ini
melimpah, oksigen dibuktikan sebagai unsur
baru di abad ke-18. Karena kini sejumlah besar oksigen
digunakan untuk produksi baja, oksigen
dipisahkan dalam jumlah besar dari udara yang dicairkan.
Isotop oksigen 16O (kelimpahan 99.762 %), 17O
(0.038%), dan 18O (0.200%). 17O memiliki spin I
= 5/2 dan isotop ini adalah nuklida yang penting dalam
pengukuran NMR. 18O digunakan
sebagai perunut dalam studi mekanisme reaksi. Isotop ini
juga bermanfaat untuk penandaan garis
absorpsi spektrum IR atau Raman dengan cara efek isotop.
Sebagaimana dideskripsikan di bagian 2.3 (e), dioksigen,
O2, dalam keadaan dasar memiliki dua
spin yang tidak paralel dalam orbital molekulnya,
menunjukkan sifat paramagnetisme dan disebut
oksigen triplet. Dalam keadaan tereksitasi, spinnya berpasangan dan
dioksigen menjadi
diamagnetik, disebut oksigen singlet. Oksigen singlet sangat penting untuk sintesis kimia,
sebab
oksigen singlet ini memiliki kereaktifan karakteristik.
Oksigen singlet dihasilkan dalam larutan
dengan reaksi transfer energi dari kompleks yang
teraktivasi oleh cahaya atau dengan pirolisis
ozonida (senyawa O3).Ion superoksida, O2-, dan
ion peroksida, O22-,
adalah anion-anion dioksigen.
Keduanya dapat diisolasi sebagai garam logam alkali. Ada
keadaan oksidasi lain, O2+, yang disebut
kation dioksigen (1+), dan dapat diisolasi sebagai garam dengan anion yang
cocok.
Ozon, O3, adalah alotrop
oksigen dan merupakan gas tak stabil dengan bau yang mengiritasi.
Ozon adalah molekul bengkok terdiri dari tiga atom
(bersudut 117o) dan memiliki kereaktifan
yang unik. Akhir-akhir ini ozon diketahui memiliki peran
yang sangat penting dalam menyaring
radiasi ultraviolet dari matahari yang membahayakan, dan
memegang peranan penting dalam
melindungi kehidupan di bumi dari kerusakan fotokimia.
Kini jelas bahwa khlorofluorokarbon,
yang sering digunakan sebagai refrigeran atau sebagai
pembersih komponen elektronik, juga
merusak lapisan ozon, dan aksi yang sesuai telah
dilakukan dalam skala global untuk
menanggulangi masalah lingkungan yang serius ini.
b Oksida hidrogen
Oksigen sangat reaktif, dan bereaksi langsung dengan
banyak unsur membentuk oksida. Air
adalah oksida hidrogen dan perannya sangat krusial bagi
lingkungan global dan kehidupan.
Air H2O
Sembilan puluh tujuh persen air ada di laut, 2 % ada
sebagai es di kutub dan air tawar hanya
merupakan sedikit sisanya saja. Sifat kimia dan fisika
dasar air sangat penting dalam kimia. Sifatsifat
kimia utamanya diberikan dalam Tabel 4.1. Sebagian besar
sifat anomali air disebabkan oleh
ikatan hidrogen yang kuat. Sifat fisik air berbeda cukup
besar dengan keberadaan isotop hidrogen.
Paling tidak ada 9 polimorf es yang diketahui dan
struktur kristalnya bergantung pada kondisi
pembekuan es.
Air memiliki sudut ikatan 104.5o dan
panjang ikatan 95.7 pm dalam molekul bebasnya. Telah
dideskripsikan di bagian 3.4 (b) autoionisasi air
menghasilkan ion oksonium, H3O+. Penambahan
air lebih lanjut menghasilkan [H(OH2)n]+ (H5O2+, H7O3+, H9O4+, dan H13O6+), dan struktur
berbagai spesies ini telah ditentukan.
Hidrogen peroksida, H2O2
Hidrogen peroksida adalah cairan yang hampir tak berwarna
(mp -0.89 oC dan bp
(diekstrapolasikan) 151.4 oC), bersifat
sangat eksplosif dan berbahaya dalam konsentrasi tinggi.
Biasanya hidrogen peroksida digunakan sebagai larutan
encer, tetapi larutan dalam air 90 %
digunakan. Karena hidrogen peroksida digunakan dalam
jumlah besar sebagai bahan
pengelantang untuk serat dan kertas, proses sintetik
industri skala besar telah dibuat. Proses ini
menggunakan reaksi katalitik sangat lunak untuk
menghasilkan larutan encer hidrogen peroksida
dari udara dan hidrogen dengan menggunakan antrakuinon
tersubstitusi. Larutan encer ini
kemudian dipekatkan. Bila deuterium peroksida dipreparasi
di laboratorium, reaksi berikut
digunakan.
K2S2O8 + 2 D2O →
D2O2 + 2
KDSO4
Hidrogen peroksida terdekomposisi menjadi air dan oksigen
dengan keberadaan mangan dioksida,
MnO2. Hidrogen peroksida dapat bereaksi sebagai oksidator
maupun reduktor bergantung koreaktannya.
Potensial reduksinya dalam asam diungkapkan dalam diagram
Latimer
c Silikon oksida
Silikon oksida dibentuk dengan menggunakan sebagai satuan
struktural dan menggunakan
bersama atom oksigen di sudut-sudutnya. Silikon dioksida
ini diklasifikasikan berdasarkan jumlah
atom oksigen dalam tetrahedra SiO4 yang
digunakan bersama, karena hal ini akan menentukan
komposisi dan strukturnya. Bila tetrahedra SiO4 dihubungkan
dengan menggunakan bersama
sudut, struktur senyawa yang dihasilkan adalah polimer
yang berupa rantai, cincin, lapisan atau
struktur 3-dimensi bergantung pada modus hubungannya
dengan satuan tetangganya. Ungkapan
fraksional digunakan untuk menunjukkan modus jembatannya.
Pembilang dalam bilangan
pecahan tersebut jumlah oksigen yang digunakan bersama
dan pembaginya 2, yang berarti satu
atom oksigen digunakan bersama dua tetrahedra. Rumus
empiris dan setiap strukturnya dalam
bentuk polihedra koordinasi
Satu oksigen digunakan bersama (SiO3O1/2)3- = Si2O76-
Dua oksigen digunakan bersama (SiO2O2/2)n2n- =
(SiO3)n2n-
Tiga atom oksigen digunakan bersama (SiOO3/2)nn- = (Si2O5)n2n
Amalgamasi antara penggunaan bersama dua dan tiga oksigen
[(Si2O5)(SiO2O2/2)2]n6- =(Si4O11)n6-
Empat atom oksigen digunkan bersama. (SiO4/2)n =
(SiO2)n
Silikat dengan berbagai metoda struktur ikatan silang
terdapat dalam batuan, pasir, tanah, dsb.
Aluminosilikat
Terdapat banyak mineral silikon oksida dengan beberapa
atom silikonnya digantikan dengan atom
aluminum. Mineral semacam ini disebut aluminosilikat. Atom aluminum menggantikan atom
silikon dalam tetrahedral atau menempati lubang
oktahedral atom oksigen, membuat struktur
yang lebih kompleks. Substitusi silikon tetravalen dengan
aluminum trivalen menyebabkan
kekurangan muatan yang harus dikompensasi dengan kation
lain seperti H+, Na+, Ca2+, dsb.
Felspar adalah mineral khas aluminosilikat, dan KAlSi3O8 (ortoklas)
dan NaAlSi3O8 (albit) juga
dikenal. Felspar mempunyai struktur 3 dimensi dengan
semua sudut tetrahedra SiO4 dan AlO4
digunakan bersama.
Di pihak lain, lapisan 2 dimensi terbentuk bila satuan [AlSiO5]3- digunakan
bersama, dan bila
kation berkoordinasi 6 dimasukkan di antar lapisan
dihasilkanlah mineral berlapis semacam mika.
Bila jumlah oksigennya tidak cukup untuk membentuk
oktahedra antar lapis, ion hidroksida akan
terikat pada kation Al insterstial. Muskovit, KAl2(OH)2Si3AlO10,
adalah suatu jenis mika yang
berstruktur seperti ini dan sangat mudah di”kupas”.
Zeolit
Salah satu aluminosilikat yang penting adalah zeolit.
Zeolit ditemukan di alam dan berbagai zeolit
kini disintesis dengan jumlah besar di industri.
Tetrahedra SiO4 dan AlO4 terikat melalui
penggunaan bersama oksigennya dan membentuk lubang dan
terowongan dengan berbagai
ukuran. Strukturnya merupakan komposit dari satuan
struktur tetrahedra MO4. Misalnya struktur
di Gambar 4.10, satuan dasarnya adalah kubus hasil
leburan 8 MO4, prisma heksagonal leburan 12
MO4, dan oktahedra terpancung leburan 24 MO4.
Silikon atau aluminum terletak di sudut polihedra dan
oksigen yang digunakan bersama di tengah
sisi itu (penting untuk diingat cara penggambaran ini
berbeda dengan cara penggambaran struktur
yang telah diberikan di bagian sebelumnya).
Bila polihedra-polihedra ini berikatan, berbagai jenis
struktur zeolit akan dihasilkan. Misalnya
oktahedra terpancung yang disebut dengan kurungan β
adalah struktur dasar zeolit A sintetik,
Na12(Al12Si12O48)].27H2O, dan bagian segi empatnya dihubungkan melalui kubus.
Dapat dilihat
bahwa terowongan oktagonal B terbentuk bila 8 oktahedra
terpancung diikat dengan cara ini.
Struktur yang akan dihasilkan bila bagian heksagon
bersambungan melalui prisma heksagon
adalah faujasit, NaCa0.5(Al2Si5O14)]
.10 H2O.
Kation logam alkali atau alkali tanah berada dalam
lubangnya, dan jumlah kation ini meningkat
dengan meningkatnya aluminum untuk mengkompensasi
kekurangan muatan. Struktur zeolit
memiliki banyak lubang tempat kation dan air bermukim.
Kation ini dapat dipertukarkan.
Dengan menggunakan sifat pertukaran kation ini, zeolit
digunakan dalam jumlah besar sebagai
pelunak air sadah. Zeolit terdehidrasi (didapat dengan
pemanasan) akan mengabsorpsi air dengan
efisien, zeolit juga digunakan sebagai pengering pelarut
atau gas. Zeolit kadang juga disebut
dengan penyaring molekular,
karena ukuran lubang dan terowongannya berubah untuk zeolit
yang berbeda dan dimungkinkan untuk memisahkan molekul
organik dengan zeolit berdasarkan
ukurannya. Zeolit dapat digunakan untuk mereaksikan dua
molekul dalam lubangnya asal
ukurannya memadai dan dapat digunakan sebagai katalis
untuk reaksi selektif.
Misalnya, sintesis zeolit ZSM-5 sangat bermanfaat sebagai
katalis untuk mengubah metanol
menjadi gasolin. Zeolit ini dapat dipreparasi secara
hidrotermal dalam autoklaf (wadah bertekanan
tinggi) pada suhu sekitar 100 °C dengan menggunakan meta-natrium aluminat, NaAlO2, sebagai
sumber aluminum dan sol silika sebagai sumber silikon
oksida dengan kehadiran
tetrapropilamonium bromida, Pr4NBr, dalam
reaksi. Bila garam amoniumnya dihilangkan dengan
kalsinasi pada 500°C, struktur
zeolitnya akan tinggal.
d Oksida nitrogen
Berbagai oksida nitrogen akan dibahas dari yang
berbilangan oksidasi rendah ke yang berbilangan
oksidasi tinggi
Dinitrogen monoksida, N2O. Oksida monovalen nitrogen. Pirolisis amonium nitrat
akan
menghasilkan oksida ini melalui reaksi:
NH4NO3 → N2O + 2 H2O (pemanasan pada 250 °C).
Walaupun bilangan oksidasi hanya formalitas, merupakan
hal yang menarik dan simbolik
bagaimana bilangan oksidasi nitrogen berubah dalam NH4NO3 membentuk
monovalen nitrogen
oksida (+1 adalah rata-rata dari -3 dan +5 bilangan
oksidasi N dalam NH4+ dan
NO3-). Jarak
ikatan N-N-O dalam N2O adalah 112 pm
(N-N) dan 118 pm (N-O), masing-masing berkaitan
dengan orde ikatan 2.5 dan 1.5. N2O (16e) isoelektronik
dengan CO2 (16 e). Senyawa ini
digunakan secara meluas untuk analgesik.
Nitrogen oksida, NO. Oksida divalen nitrogen. Didapatkan dengan reduksi
nitrit melalui reaksi
berikut:
KNO2 + KI + H2SO4 → NO + K2SO4 + H2O + ½ I2
Karena jumlah elektron valensinya ganjil (11 e), NO
bersifat paramagnetik. Jarak N-O adalah 115
pm dan mempunyai karakter ikatan rangkap. Elektron tak
berpasangan di orbital π* antiikatan
dengan mudah dikeluarkan, dan NO menjadi NO+ (nitrosonium)
yang isoelektronik dengan CO.
Karena elektronnya dikeluarkan dari orbital antiikatan,
ikatan N-O menjadi lebih kuat. Senyawa
NOBF4 dan NOHSO4 mengandung kation ini dan digunakan sebagai oksidator 1
elektron.
Walaupun NO sebagai gas monomerik bersifat paramagnetik,
dimerisasi pada fasa padatnya akan
menghasilkan diamagnetisme. NO merupakan ligan kompleks
logam transisi yang unik dan
membentuk kompleks misalnya [Fe(CO2)(NO)2], dengan NO
adalah ligan netral dengan 3
elektron. Walaupun M-N-O ikatannya lurus dalam kompleks
jenis ini, sudut ikatan M-N-O
berbelok menjadi 120° - 140° dalam [Co(NH3)5(NO)]Br2, dengan NO- adalah ligan 4 elektron.
Akhir-akhir ini semakin jelas bahwa NO memiliki berbagai
fungsi kontrol biologis, seperti aksi
penurunan tekanan darah, dan merupakan spesi yang paling
penting, setelah ion Ca2+, dalam
transduksi sinyal.
Dinitrogen trioksida, N2O3. Bilangan oksidasi nitrogen dalam senyawa ini adalah +3,
senyawa
ini tidak stabil dan akan terdekomposisi menjadi NO dan
NO2 di suhu kamar. Senyawa ini
dihasilkan bila kuantitas ekuivalen NO dan NO2 dikondensasikan
pada suhu rendah. Padatannya
berwarna biru muda, dan akan bewarna biru tua bila dalam
cairan, tetapi warnanya akan memudar
pada suhu yang lebih tinggi.
Nitrogen dioksida, NO2, merupakan senyawa nitrogen dengan nitrogen berbilangan
oksidasi
+4. NO2 merupakan senyawa dengan jumlah elektron ganjil dengan
elektron yang tidak
berpasangan, dan berwarna coklat kemerahan. Senyawa ini
berada dalam kesetimbangan dengan
dimer dinitrogen tetraoksida, N2O4, yang tidak
bewarna. Proporsi NO2 adalah 0.01 % pada -11
°C dan meningkat
perlahan menjadi 15,9% pada titik didihnya (21.2°C), menjadi 100%
pada
140°C.
N2O4 dapat dihasilkan dengan pirolisis timbal nitrat
2 Pb(NO3)2 → 4NO2 + 2PbO+O2 pada 400 oC
Bila NO2 dilarutkan dalam air dihasilkan asam nitrat dan nitrit:
2 NO2 + H2O →
HNO3+HNO2
Dengan oksidasi satu elektron, NO2+ (nitroil)
terbentuk dan sudut ikatan berubah dari 134o dalam
NO2 netral menjadi 180o. Di pihak lain, dengan reduksi satu elektron, terbentuk
ion NO2- (nitrito)
dengan sudut ikatan 115o.
Dinitrogen pentoksida, N2O5, didapatkan bila asam nitrat pekat secara perlahan
didehidrasi
dengan fosfor pentoksida pada suhu rendah. Senyawa ini
menyublim pada suhu 32.4 oC. Karena
dengan melarutkannya dalam air akan dihasilkan asam
nitrat, dinitrogen pentoksida juga disebut
asam nitrat anhidrat.
N2O5 + H2O →
2 HNO3
Walaupun pada keadaan padat dinitrogen pentoksida
merupakan pasangan ion NO2NO3 dengan
secara bergantian lokasi ion ditempati oleh ion lurus NO2+ dan
ion planar NO3-, pada keadaan
gas
molekul ini adalah molekular.
Asam okso
Asam okso nitrogen meliputi asam nitrat, HNO3, asam nitrit,
HNO2, dan asam hiponitrat,
H2N2O2. Asam nitrat, HNO3, merupakan asam yang paling penting di industri kimia,
bersama
dengan asam sulfat dan asam khlorida. Asam nitrat
diproduksi di industri dengan proses Ostwald,
yakni oksidasi amonia dari bilangan oksidasi -3 ke +5.
Karena energi bebas Gibbs konversi
langsung dinitrogen ke nitrogen terdekatnya NO2 mempunyai
nilai positif, dengan kata lain secara
termodinamika tidak disukai, maka dinitrogen pertama
direduksi menjadi amonia, dan amonia
kemudian dioksisasi menjadi NO2.
Asam nitrat, HNO3. Asam nitrat komersial adalah larutan dalam air dengan
konsentrasi sekitar
70% dan distilasi vakum larutan 70 % ini dalam kehadiran
fosfor pentoksida akan menghasilkan
asam nitrat murni. Karena asam nitrat adalah oksidator
kuat dan pada saat yang sama adalah asam
kuat, asam nitrat dapat melarutkan logam (tembaga, perak,
timbal, dsb.) yang tidak larut dalam
asam lain. Emas dan platina bahkan dapat dilarutkan dalam
campuran asam nitrat dan asam
khlorida (air raja). Ion nitrat, NO3-, dan ion nitrit,
NO2-, membentuk
berbagai macam koordinasi
bila menjadi ligan dalam senyawa kompleks logam transisi.
Asam nitrit, HNO2. Walaupun tidak dapat diisolasi sebagai senyawa murni,
larutan asam nitrit
dalam air adalah larutan asam lemah (pKa = 3.15 pada 25 oC) dan merupakan
reagen yang
penting. Karena NaNO2 digunakan
dalam industri untuk produksi hidroksilamin (NH2OH) dan
juga digunakan untuk diazotinasi amin aromatik, senyawa
ini sangat penting untuk pembuatan
pewarna dan obat azo. Di antara berbagai bentuk
koordinasi NO2- kini
telah dikenal isomernya,
ligan monodentat nitro (N yang berkoordinasi) dan nitrito
(O yang berkoordinasi) telah ditemukan di abad ke-19.
e Oksida Fosfor
Struktur oksida fosfor P4O10, P4O9, P4O7, dan P4O6 telah
ditentukan.
Fosfor pentoksida, P4O10, adalah padatan kristalin putih dan dapat tersublimasi,
terbentuk bila
fosfor dioksidasi dengan sempurna. Empat atom fosfor
menempati tetrahedra dan dijembatani
oleh atom-atom oksigen.
Karena atom oksigen diikat ke setiap atom fosfor,
polihedra koordinasi oksigen juga tetrahedral.
Bila P4O10 molekular dipanaskan, terbentuk isomer yang berstruktur
gelas. Bentuk gelas ini
merupakan polimer yang terdiri atas tetrahedra fosfor
oksida dengan komposisi yang sama dan
dihubungkan satu sama lain dalam lembaran-lembaran.
Karena senyawa ini sangat reaktif pada
air, senyawa ini digunakan sebagai bahan pengering. Tidak
hanya sebagai desikan, tetapi
merupakan bahan dehidrasi yang kuat, dan N2O5 atau
SO3 dapat dibentuk dengan
mendehidrasikan HNO3
dan H2SO4 dengan
fosfor pentoksida. Fosfor pentoksida membentuk
asam fosfat, H3PO4, bila direaksikan dengan sejumlah air yang cukup, tetapi
bila air yang
digunakan tidak cukup, berbagai bentuk asam fosfat
terkondensasi akan dihasilkan bergantung
kuantitas air yang digunakan.
Fosfor trioksida, P4O6, adalah oksida molekular, dan struktur tetrahedralnya
dihasilkan dari
penghilangan atom oksigen terminal dari fosfor
pentoksida. Masing-masing fosfor berkoordinasi
3. Senyawa ini dihasilkan bila fosfor putih dioksidasi
pada suhu rendah dengan oksigen terbatas.
Oksida dengan komposisi di antara fosfor pentoksida dan trioksida
memiliki 3 sampai 1 atom
oksigen terminal dan strukturnya telah dianalisis.
Walaupun arsen dan antimon menghasilkan oksida molekular
As4O6 dan Sb4O6 yang memiliki
sruktur yang mirip dengan P4O6, bismut
membentuk oksida polimerik dengan komposisi Bi2O3.
Asam okso fosfor
Asam fosfat, H3PO4. Asam fosfat adalah asam utama yang digunakan dalam
industri kimia,
dihasilkan dengan hidrasi fosfor petoksida, P4O10.
Asam fosfat komersial memiliki kemurnian 75-
85 %. Asam murninya adalah senyawa kristalin (mp. 42.35 °C). Satu atom oksigen terminal dan
tiga gugus OH diikat pada atom fosfor di pusat
tetrahedral. Ketiga gugus OH dapat melepaskan
proton, membuat asam ini adalah asam berbasa tiga (pK1 =
2.15). Bila dua asam fosfat
berkondensasi dan melepaskan satu molekul air, dihasilkan
asam pirofosfat, H4P2O7.
Asam fosfit, H3PO3, satu atom H mengganti gugus OH dalam asam fosfat.
Karena masih ada
dua gugus OH, asam ini berbasa dua.
Asam hipofosfit, H3PO2, dua gugus OH asam fosfat diganti dengan atom H. Satu
gugus OH
sisanya membuat asam ini berbasa satu. Bila tetrahedral
PO4 dalam asam terikat dengan jembatan
O, berbagai asam fosfat terkondensasi akan dihasilkan.
Adenosin trifosfat (ATP), asam
deoksiribo nukleat (DNA), dsb., yang mengandung
lingkungan asam trifosfat digabungkan
dengan adenosin. Senyawa-senyawa ini sangat penting dalam
sistem biologis.
f Belerang oksida
Belerang dioksida, SO2, dibentuk dengan pembakaran belerang atau senyawa
belerang.
Belerang dioksida ini merupakan gas yang tidak bewarna
dan merupakan gas beracun (bp -10.0
oC) dan merupakan
gas emisi industri yang menyebabkan masalah lingkungan. Namun, pada saat
yang sama gas ini sangat penting karena merupakan sumber
belerang. Belerang dioksida
merupakan senyawa bersudut, dan telah ditunjukkan sebagai
ligan pada logam transisi akan
menghasilkan berbagai modus koordinasi. SO2 juga
merupakan pelarut non-air mirip dengan
amonia, dan digunakan untuk reaksi khusus atau sebagai
pelarut khusus dalam pengukuran NMR.
Belerang trioksida, dihasilkan dengan oksidasi katalitik belerang dioksida
dan digunakan dalam
produksi asam sulfat. Reagen komersial SO3 biasa
adalah cairan (bp 44.6 oC). Monomer fasa
gasnya adalah molekul planar. SO3 planar
ini berkesetimbangan dengan trimer cincin (γ-SO3 =
S3O9) dalam fasa gas atau cairan. Dengan keberadaan kelumit
air SO3 berubah menjadi β-SO3,
yakni polimer berkristalinitas tinggi dengan struktur
heliks. α-SO3 juga dikenal dan merupakan
padatan dengan struktur lamelar yang lebih rumit lagi.
Semuanya bereaksi dengan air dengan
hebat membentuk asam sulfat.
Asam-asam okso belerang
Walaupun dikenal banyak asam okso dari belerang, sebagian
besar tidak stabil dan tidak dapat
diisolasi. Asam-asam okso ini dibentuk dengan kombinasi
ikatan S=O, S-OH, S-O-S, dan S-S
dengan atom pusat belerang. Karena bilangan oksidasi
belerang bervariasi cukup besar, di sini
terlibat berbagai kesetimbangan redoks.
Asam sulfat, H2SO4. Asam sulfat adalah senyawa dasar yang penting dan
dihasilkan dalam
jumlah terbesar (ranking pertama dari segi jumlah) dari
semua senyawa anorganik yang dihasilkan
industri. Asam sulfat murni adalah cairan kental (mp
10.37 oC), dan melarut dalam air dengan
menghasilkan sejumlah besar panas menghasilkan larutan
asam kuat.
Asam tiosulfat, H2S2O3. Walaupun asam ini akan dihasilkan bila tiosulfat
diasamkan, asam
bebasnya tidak stabil. Ion S2O32- dihasilkan
dengan mengganti satu oksigen dari ion SO42- dengan
belerang, dan asam tiosulfat ini adalah reduktor sedang.
Asam sulfit, H2SO3. Garam sulfit sangat stabil namun asam bebasnya belum
pernah diisolasi.
Ion SO32- memiliki
simetri piramida dan merupakan reagen pereduksi. Dalam asam ditionat,
H2S2O6, ion ditionat, S2O62-,
bilangan oksidasi belerang adalah +5, dan terbentuk ikatan S-S.
Senyawa ditionat adalah bahan pereduksi yang sangat kuat.
g Oksida Logam
Oksida dari semua unsur logam telah dikenal dan
oksida-oksida ini menunjukkan beragam
struktur, asam basa, dan hantaran. Oksida dapat membentuk
rantai satu dimensi, lapisan dua
dimensi atau struktur 3-dimensi. Oksida logam dapat
bersifat basa, amfoter atau asam bergantung
identitas logamnya. Lebih lanjut, rentang sifat fisik
yang ditunjukkan juga sangat luas, dari isolator,
semikonduktor, konduktor bahkan superkonduktor. Komposisi
oksida logam dapat stoikiometrik sederhana, stoikiometrik tetapi tidak
sederhana, atau kadang non-stoikiometrik.Oleh karena itu, oksida logam lebih baik diklasifikasikan
sesuai dengan sifatnya. Namun, karena strukturlah yang memberikan infomasi paling bermanfaat
untuk memahami sifat fisik dan kimianya, oksida diklasifikasikan berdasarkan atas
dimensi strukturnya
Oksida molekular
Rutenium tetroksida, RuO4, (mp 25 °C, dan bp 40°__________C) dan osmium teroksida, OsO4 (mp
40 °C, dan bp 130 °C) memiliki titik
didih dan titik leleh rendah, dan strukturnya molekular. Kedua
senyawa ini dipreparasi dengan memanaskan serbuk logam
dalam atmosfer oksigen pada sekitar
800 °C. Strukturnya adalah tetrahedral,
keduanya melarut dalam pelarut organik dan juga agak larut dalam air. OsO4 digunakan
dalam kimia anorganik khususnya untuk preparasi cis-diol dengan mengoksidasi ikatan rangkap C=C. Misalnya,
sikloheksana diol dipreparasi dari sikloheksena. Karena oksida-oksida ini sangat mudah
menguap dan beracun, oksida-oksida ini harus ditangani dengan sangat hati-hati.
Oksida satu dimensi berstruktur rantai
Merkuri oksida, HgO, adalah senyawa kristalin bewarna
merah dan dibentuk bila merkuri nitrat
dipanaskan di udara. HgO memiliki struktur zigzag tak
hingga. Kromium trioksida, CrO3, adalah
senyawa kristalin merah dengan titik leleh rendah (197 °C) dan strukturnya terdiri atas tetrahedra
CrO4 yang dihubungkan dalam satu dimensi. Keasaman dan daya
oksidasi kromium trioksida
sangat tinggi. Kromium trioksida digunakan sebagai bahan
oksidator dalam kimia organik.
Oksida berstruktur dua dimensi
Timah oksida tetragonal dan bewarna hitam kebiruan, SnO, dan
oksida timbal merah, PbO,
berstruktur lapisan yang terdiri atas piramida bujur
sangkar atom logam di puncaknya dan empat
atom oksigen di dasar piramida. Strukturnya mengandung
atom di atas dan di bawah lapisan
oksigen secara bergantian dan paralel dengan lapisan
oksigennya (Gambar 4.11 ). Molibdenum
trioksida, MoO3, dibuat dengan membakar logamnya dalam oksigen dan
menunjukkan sifat
oksidator lemah dalam larutan basa dalam air. MoO3 berstruktur
lamelar dua dimensi dengan
struktur yang terdiri atas rantai oktahedra MoO6 yang
berbagi sisi dan saling berbagai sudut.
Oksida 3-dimensi
Oksida logam alkali, M2O (M adalah Li,
Na, K, dan Rb), mempunyai struktur antifluorit (lihat
bagian 2.2 (e)), dan Cs2O berstruktur
lamelar anti-CdCl2 (lihat bagian 4.5 (d)). M2O terbentuk
bersama dengan peroksida M2O2 bila
logam alkali dibakar di udara, tetapi M2O menjadi produk
utama bila jumlah oksigennya kurang dari yang diperlukan
secara stoikiometris. Atau, M2O
didapatkan dengan pirolisis M2O2 setelah
oksidasi sempurna logam. Peroksida M2O2 (M adalah
Li, Na, K, Rb, dan Cs) dapat dianggap sebagai garam dari
asam berbasa dua H2O2. Na2O2
digunakan di industri sebagai bahan pengelantang.
Superoksida MO2 (M adalah K, Rb, dan Cs)
mengandung ion paramagnetik O2-, dan distabilkan
dengan kation logam alkali yang besar. Bila
ada kekurangan oksigen selama reaksi oksidasi logam
alkali, sub-oksida seperti Rb9O2 atau Cs11O3
terbentuk. Sub-oksida ini menunjukkan sifat logam dan
memiliki kilap yang menarik. Beberapa oksida lain yang rasio logam alkali dan
oksigennya bervariasi, seperti M2O3, juga telah disintesis.
Oksida logam jenis MO
Kecuali BeO (yang berstruktur wurtzit), struktur dasar
oksida logam golongan 2 MO adalah
garam dapur. Oksida logam ini didapatkan dari kalsinasi
logam karbonatnya. Titik lelehnya
sangat tingggi dan semuanya menunjukkan sifat refraktori.
Khususnya kalsium oksida, CaO,
dihasilkan dan digunakan dalam jumlah besar. Struktur
dasar oksida logam MO (Ti, Zr, V, Mn,
Fe, Co, Ni, Eu, Th, dan U) juga garam dapur, tetapi
oksida-oksida ini mempunyai struktur defek
dan rasio logam dan oksigennya tidak stoikiometrik.
Misalnya FeO mempunyai komposisi FexO
(x = 0.89-0.96) pada 1000 oC.
Ketidakseimbangan muatan dikompensasi dengan oksidasi parsial
Fe2+ menjadi Fe3+. NbO mempunyai struktur jenis garam dapur yang berdefek
yakni hanya tiga
satuan NbO yang ada dalam satu sel satuan.
Oksida logam jenis MO2
Dioksida Sn, Pb, dan logam transisi tetravalen dengan
jari-jari ion yang kecil berstruktur rutil
, dan dioksida lantanoid dan aktinoid dengan
jari-jari ion yang lebih besar berstruktur fluorit..
Rutil merupakan satu dari tiga struktur TiO2, dan merupakan
yang paling penting dalam produksi
pigmen putih. Rutil juga telah secara ekstensif
dipelajari sebagai katalis untuk fotolisis air.
Sebagaimana diperlihatkan di Gambar 4.13, struktur rutil
memiliki oktahedra TiO6 yang
dihubungkan dengan sisi-sisinya dan melalui penggunaan
bersama sudut-sudutnya. Struktur rutil
juga dapat dianggap sebagai susunan hcp oksigen yang terdeformasi dengan separuh lubang
oktahedranya diisi atom titanium. Dalam struktur jenis
rutil normal, jarak antara atom M yang
berdekatan dalam oktahedra yang berbagi sisi adalah sama,
tetapi beberapa jenis oksida logam
berstruktur rutil yang menunjukkan sifat semikonduktor
memiliki jarak M-M-M yang tidak sama.
CrO2, RuO2, OsO2 dan IrO2 menunjukkan jarak M-M yang sama dan memiliki sifat
konduktor
logam.Mangan dioksida, MnO2, cenderung
memiliki sifat non-stoikiometrik bila dihasilkan dengan reaksi mangan nitrat dan udara, walaupun reaksi mangan dengan
oksigen memberikan hasil MnO2 yang
hampir stoikiometrik. Reaksi mangan dioksida dan asam
khlorida berikut sangat bermanfaat
untuk menghasilkan khlorin di laboratorium:
MnO2 + 4 HCl → MnCl2 + Cl2 + 2 H2O
Zirkonium dioksida, ZrO2, memiliki titik
leleh sangat tinggi (2700 °C), dan resisten pada asam dan
basa. Zirkonium oksida juga merupakan bahan yang keras
dan digunakan untuk krusibel atau
bata tahan api. Namun, karena zirkonium oksida murni
mengalami transisi fasa pada 1100 oC dan
2300 oC yang menghasilkan keretakan, maka digunakan larutan
padat zirkonium oksida dan CaO
atau MgO untuk bahan tahan api. Larutan padat ini disebut
zirkonia yang distabilkan.
Oksida M2O3
Struktur paling penting oksida berkomposisi ini adalah korundum (M
= Al, Ga, Ti, V, Cr, Fe,
dan Rh). Dalam struktur korundum 2/3 lubang oktahedra
dalam susunan hcp atom oksigen diisi
oleh M3+. Dari dua bentuk alumina, Al2O3, α alumina dan γ
alumina, α alumina berstruktur
korundum dan sangat keras. α alumina
tidak reaktif pada air maupun asam. Alumina merupakan
komponen utama perhiasan, seperti rubi dan safir. Lebih
lanjut, berbagai keramik
maju
(material porselain fungsional) menggunakan sifat
α-alumina yang telah dikembangkan. Di pihak
lain, γ alumina mempunyai struktur spinel yang defek, dan
alumina jenis ini mengadsorbsi air dan
larut dalam asam, dan inilah yang merupakan komponen
dasar alumina yang diaktivasi. Alumina
ini banyak manfaatnya termasuk katalis, pendukung
katalis, dan dalam kromatografi.
Oksida MO3
Renium oksida atau wolfram oksida merupakan senyawa
penting dengan komposisi ini. Renium
trioksida adalah senyawa merah tua yang disintesis dari
renium dan oksigen memiliki kilap logam
dan konduktivitas logam. ReO3 memiliki
susunan tiga dimensi ReO6 oktahedra yang
menggunakan bersama sudut-sudutnya dan sangat teratur
Tungsten trioksida, WO3, adalah
satu-satunya oksida yang menunjukkan berbagai transisi fasa
dekat suhu kamar dan paling tidak ada tujuh polimorf yang
dikenal. Polimorf-polimorf ini
memiliki struktur tiga dimensi jenis ReO3 tersusun
atas oktahedra WO6 yang berbagai sudut. Bila
senyawa ini dipanaskan di vakum atau dengan tungsten
serbuk terjadi reduksi dan berbagai oksida
dengan komposisi yang rumit (W18O49, W20O58,
dsb.) dihasilkan. Oksida molibdenum yang mirip
juga dikenal dan oksida-oksida ini telah dianggap
non-stoikiometrik sebelum A. Magneli
menemukan bahwa sebenarnya senyawa-senyawa ini
stoikiometrik.
Oksida logam campuran
Spinel,
MgAl2O4, memiliki struktur dengan Mg2+ menempati
1/8 lubang tetrahedral dan Al3+
menempati 1/2 lubang oktahedral dari susunan ccp atom oksigen (Gambar 4.15). Di antara
oksida dengan komposisi A2+B3+ 2O4 ( A2+ adalah
Mg, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Cd, Sn, dan B3+
adalah Al, Ga, In, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, dan Rh),
bila lubang tetrahedralnya diisi oleh A2+
dihasilkan spinel normal,
bila diisi B3+ dihasilkanlah spinel inversi. Mineral
spinel memiliki
struktur spinel normal, sementara MgFe2O4 dan
Fe3O4 memiliki struktur inversi. Energi
penstabilan medan kristal berbeda
bergantung apakah medan kristal atom
oksigen berbentuk oktahedral atau tetrahedral. Oleh karena
itu, bila komponen logamnya adalah
logam transisi, perbedaan energinya merupakan faktor yang
menentukan distribusi kation (apakah
spinel normal atau invers yang akan diadopsi).
Perovskit, CaTiO3, adalah oksida ABO3
(muatan netto A dan B menjadi 6+),
dan memiliki
struktur dengan atom kalsium ada di pusat TiO3 yang
berstruktur ReO3 (Gambar 4.16). Di antara
senyawa jenis ini, BaTiO3, biasa disebut
barium titanat, khususnya sangat penting. Material
fungsional feroelektrik ini digunakan sebagai device resistans nonlinear (varistor).
h Oksida unsur golongan 14
Walaupun GeO2 memiliki struktur rutil, ada juga polimorfisme struktur
kuarsa β. Ada germanium
dengan berbagai struktur analog dengan silikat dan
aluminosilikat. SnO2 berstruktur rutil. SnO2
digunakan sebagai elektrode transparan, katalis, dan
banyak aplikasi lain. Pelapisan oksida timah
di permukaan gelas meningkatkan reflektivitas gelas. PbO2 berstruktur
rutil. Timbal oksida bersifat oksidator kuat dan digunakan dalam pembuatan
bahan-bahan kimia, dan PbO2 terbentuk pula di baterai timbal (aki).
i Asam isopoli, asam heteropoli, dan garam-garamnya
Terdapat banyak asam poliokso dan garam-garamnya dari
Mo(VI) dan W (VI). Vanadium V (V),
V (IV), Nb (V), dan Ta (V) membentuk asam poliokso
walaupun jumlahnya terbatas. Asam
poliokso adalah anion poli inti yang terbentuk dengan
polimerisasi polihedra MO6 yang menggunakan bersama sudut atau sisi. Poliokso yang hanya
mengandung logam, oksigen, dan hidrogen disebut asam isopoli dan yang mengandung berbagai unsur lain (P, Si, logam
transisi, dsb.) disebut asam heteropoli.
Garam asam poli mengandung kation lawan seperti natrium atau amonium sebagai ganti proton. Sejarah asam poliokso
dimulai dari J. Berzelius saat menemukan asam poliokso di tahun 1826, yakni pembentukan endapan
kuning ketika ia mengasamkan larutan yang mengandung Mo(VI) dan P(V). Struktur asam poliokso
kini telah dianalisis dengan analisis struktural kristal tunggal dengan sinar-X, NMR 17O,
dsb. Sebab kegunaannya yang luas di katalis dalam industri atau untuk penggunaan lain, asam poliokso
kini telah dipelajari dengan detail.
Struktur Keggin. Anion heteropoliokso diungkapkan dengan rumus umum [Xn+M12O40](8-n)-(M
= Mo, W, dan X = B, Al, Si, Ge, P, As, Ti, Mn, Fe, Co,
Cu, dsb.) memiliki struktur
Keggin, yang
dielusidasi oleh J. F. Keggin tahun 1934 dengan
menggunakan difraksi sinar-X serbuk. Misalnya
struktur ion tungstat yang mengandung silikon, dengan 12
oktahedra WO6 melingkungi tetrahedra
SiO4 dan empat kelompok oktahedra yang menggunakan bersama
sisinya berhubungan satu sama
lain dengan menggunakan bersama sudutnya, diperlihatkan
di Gambar 4.17. Keempat atom
oksigen yang berkoordinasi dengan atom silikon dalam
tetrahedra SiO4 juga menggunakan
bersama tiga oktahedra WO6. Oleh karena
itu, struktur keseluruhannya bersimetri Td. Walaupun
struktur Keggin agak rumit, struktur ini sangat simetris
dan cantik dan merupakan struktur paling
khas anion okso heteropoli. Berbagai tipe anion heteropoli
lain juga dikenal.
Anion poliokso dihasilkan dengan kondensasi satuan MO6 dengan
penghilangan H2O bila MoO42-
bereaksi dengan suatu proton H+, sebagaimana
diperlihatkan dalam reaksi:
12 [MoO4]2- + HPO42- →
[PMo12O40]3- + 12
H2O (dalam suasana asam)
Oleh karena itu, ukuran dan bentuk anion heteropoliokso
dalam endapan kristal ditentukan oleh
pilihan asam, konsentrasi, suhu atau kation lawan
kristalisasi. Sejumlah studi kimia larutan anion
yang terlarut telah dilakukan.
Anion heteropoliokso menunjukkan sifat-sifat oksidasi
yang penting. Bila anion heteropoliokso
mengandung ion logam berbilangan oksidasi tertinggi,
anion tersebut akan tereduksi bahkan oleh
bahan pereduksi sangat lemah dan menunjukkan valensi
campuran. Bila anion Keggin direduksi
dengan satu elektron, anion tersebut akan menunjukkan
warna biru sangat tua. Ini menunjukkan
bahwa struktur Keggin dipertahankan pada tahap ini dan
anion poliokso mengabsorbsi elektron
lagi dan beberapa ion M(V) dihasilkan. Jadi, anion
heteropoliokso dapat digunakan sebagai
tempat pembuangan elektron bagi yang kelebihan elektron,
dan anion heteropoliokso
menunjukkan reaksi foto-redoks.
Latihan 4.4. Apakah perbedaan utama struktur asam poli dan asam padat?
[Jawab] Walaupun asam poli adalah molekul dengan massa
molekul tertentu, oksida padat biasa
memiliki tak hingga banyaknya ikatan logam-oksigen.
4.4 Khalkogen dan khalkogenida
a Unsu khalkogen
Belerang, selenium, dan telurium merupakan khalkogen.
Unsur dan senyawa oksigen unsur-unsur
golongan ini di periode yang lebih besar memiliki sifat
yang berbeda. Akibat dari sifat
keelektronegativannya yang lebih rendah dari
keelektronegativan oksigen, senyawa-senyawa ini
menunjukkan derajat ion yang lebih rendah dan kenaikan
derajat kekovalenan ikatan, dan
akibatnya derajat ikatan hidrogennya menjadi lebih kecil.
Sebab orbital d kini telah ada, khalkogen
memiliki fleksibilitas valensi yang lebih besar dan dapat
dengan mudah terikat ke lebih dari dua
atom lain. Katenasi adalah
ikatan antara atom khalkogen yang sama dan baik zat sederhana
maupun ion khalkogen memiliki berbagai struktur.
Isotop utama belerang adalah 32S
(kelimpahan 95.02%), 33S (0.75%), 34S (4.21% dan 36S(0.02%) ,
dan terdapat juga enam isotop radioaktif. Di antara
isotop-isotop ini, 33S (I=3/2) digunakan untuk
NMR. Karena rasio isotop belerang dari berbagai lokasi
berbeda, keakuratan massa atom terbatas
pada 32.07± 0.01.
Karena kelektronegativan belerang (χ =
2.58) lebih kecil dari oksigen (χ =
3.44) dan belerang adalah unsur yang lunak, derajat ion
ikatan senyawa belerang rendah dan ikatan
hidrogen senyawa belerang tidak terlalu besar. Unsur
belerang memiliki banyak alotrop, seperti S2,
S3, S6, S7, S8, S9, S10, S11, S12, S18, S20, dan S∞, yang mencerminkan kemampuan katenasi atom
belerang.
Unsur belerang biasanya adalah padatan kuning dengan
titik leleh 112.8 °C disebut dengan
belerang ortorombik (belerang α). Transisi fasa polimorf ini menghasilkan belerang
monoklin
(belerang β) pada suhu 95.5 °C. Telah ditentukan pada tahun 1935 bahwa
belerang-belerang ini
mengandung molekul siklik berbentuk mahkota. Karena bentuknya molekular, belerang larut dalam CS2. Tidak hanya
cincin yang beranggotakan 8 tetapi cincin dengan anggota 6-20 juga dikenal, dan polimer belerang heliks adalah
belerang bundar yang tak hingga. Molekul S2 dan S3 ada dalam fasa gas. Bila belerang dipanaskan, belerang
akan mencair dan saat didinginkan menjadi makromolekul seperti karet. Keragaman
struktur belerang terkatenasi juga terlihat dalam struktur kation atau anion poli belerang
yang dihasilkan dari reaksi redoks spesi yang terkatenasi.
Selenium dipercaya memiliki enam isotop. 80Se
(49.7%) adalah yang paling melimpah dan 77Se,
dengan spin I = 1/2 sangat bermanafaat dalam NMR.
Keakuratan massa atom selenium,
78.96±0.03, terbatas pada tempat dua
desimal karena perubahan komposisi isotopnya. Di antara
berbagai alotrop selenium, yang disebut dengan selenium
merah adalah molekul Se8 dengan
struktur mirip mahkota dan melarut dalam CS2. Selenium
abu-abu metalik berstruktur polimer
heliks. Selenium hitam, dengan struktur polimer yang
rumit, juga melimpah.
Telurium juga memiliki 8 isotop stabil dan massa atomnya
127.60+0.03. 130Te (33.8%) dan 128Te
(31.7%) adalah isotop yang paling melimpah, dan 125Te
dan 123Te dengan I = 1/2 digunakan dalam
NMR. Hanya ada satu bentuk kristalin telurium, yang
berbentuk polimer rantai spiral yang
menunjukkan sifat konduktivitas listrik.
b Kation dan anion poliatom khalkogen
Telah lama dikenali larutan unsur khalkogen dalam asam
sulfat menunjukkan warna biru, merah
dan kuning yang cantik, kini spesi polikation yang
memberikan warna ini, S42+, S64+, S42+, S82+, S102+,S192+ atau
spesi atom-atom khalkogen lain, telah diisolasi dengan reaksi dengan AsF5, dsb. dan strukturnya telah ditentukan. Misalnya, tidak seperti S8 yang
netral, S82+ mempunyai
struktur siklik dan memiliki interaksi kopling lemah antara dua atom
belerang trans anular.
Di pihak lain, garam logam alkali Na2S2, K2S5, dan garam logam
alkali tanah BaS3, garam logam
transisi [Mo2(S2)6]2-, kompleks anion polisulfida Sx2- (x
=1-6) Cp2W(S4), dsb dengan atom
belerang
saling terikat telah disintesis dan strukturnya telah
ditentukan. Sebagaimana telah jelas belerang
membentuk molekul S8, belerang tidak seperti oksigen, cenderung membentuk
katenasi. Oleh
karena itu pembentukan ion polisulfida, dengan banyak
atom belerang terikat, mungkin terjadi,
dan berbagai polisulfan H2Sx (x=2-8)
telah disintesis.
c Sulfida logam
Disulfida berlapis, MS2, adalah logam
transisi sulfida yang penting. Logam sulfida ini
menunjukkan dua jenis struktur. Yang pertama memiliki
lingkungan logam dalam kordinasi
prisma segitiga dan yang lain ion logamnya dalam
koordinasi oktahedral.
MoS2 adalah senyawa molibdenum sulfida yang paling stabil
bewarna hitam. L. Pauling
menentukan struktur MoS2 pada
tahun 1923. Strukturnya dibangun oleh lapisan dua lapisan
belerang dan di antaranya ada lapisan molibdenum yang
terinterkalasi (Gambar 4.19). Atau, dua
lapisan belerang ditumpuk dan lapisan molibdenum
dimasukkan diantaranya. Oleh karena itu,
lingkungan koordinasi setiap molibdenum adalah prisma
segitiga atom belerang. Karena tidak ada
ikatan antara lapisan belerang, lapisan itu mudah menggelincir
satu sama lain, menghasilkan efek
pelumas seperti grafit. MoS2 digunakan
sebagai pelumas padat yang ditambahkan ke oli dan
digunakan sebagai katalis dalam reaksi hidrogenasi.
ZrS2, TaS2, dsb memiliki struktur CdI2, yang memiliki
atom logam dalam koordinasi oktahedral
yang terbangun oleh atom belerang.
Senyawa fasa Chevrel. Ada senyawa superkonduktor yang disebut dengan fasa
Chevrel yang
merupakan contoh penting senyawa khalkogenida molibdenum
dengan rumus umum MxMo6X8
(M = Pb, Sn, dan Cu; X = S, Se, dan Te), dan enam atom
molibdenum membentuk kluster
oktahedral reguler dan delapan atom khalkogen menutup
kedelapan muka kluster. Satuan kluster
ini dihubungkan secara 3-dimensi (Gambar 4.20). Karena
struktur kluster atom molibdenum
mirip dengan kluster molibdenum dikhlorida, MoCl2 (=MO6Cl8)Cl2Cl4/2),
kimia struktur senyawa
ini telah mendapat perhatian besar seperti juga
sifat-sifat fisiknya.
4.5 Halogen dan halida
Asal kata halogen adalah
bahasa Yunani yang berarti produksi garam dengan reaksi langsung
dengan logam. Karena kereaktifannya yang sangat tinggi,
halogen ditemukan di alam hanya dalam
bentuk senyawa. Konfigurasi elektron halogen adalah ns2np5, dan halogen kekurangan satu elektron untuk membentuk
struktur gas mulia yang merupakan kulit tertutup. Jadi atom halogen
mengeluarkan energi bila menangkap satu elektron. Jadi, perubahan entalpi reaksi X(g) + e → X-(g) bernilai
negatif. Walaupun afinitas elektron didefinisikan sebagai perubahan energi
penangkapan elektron, tanda positif biasanya digunakan. Agar konsisten dengan perubahan entalpi,
sebenarnya tanda negatif yang lebih tepat. Afiinitas elektron khlorin (348.5 kJmol-1)
adalah yang terbesar dan fluorin (332.6 kJmol-1)
nilainya
terletak di antara afinitas elektron khlorin dan bromin
(324.7 kJmol-1). Keelektronegativan fluorin
adalah yang tertinggi dari semua halogen.
Karena halogen dihasilkan sebagai garam logam, unsurnya
dihasilkan dengan elektrolisis. Fluorin
hanya berbilangan oksidasi -1 dalam senyawanya, walaupun
bilangan oksidasi halogen lain dapat
bervariasi dari -1 ke +7. Astatin, At, tidak memiliki
nuklida stabil dan sangat sedikit sifat kimianya
yang diketahui.
a Produksi halogen
Fluorin memiliki potensial reduksi tertinggi (E = +2.87
V) dan kekuatan oksidasi tertinggi di
anatara molekul halogen. Flourin juga merupakan unsur non
logam yang paling reaktif. Karena
air akan dioksidasi oleh F2 pada
potensial yang jauh lebih rendah (+1.23 V) gas flourin tidak dapat
dihasilkan dengan elektrolisis larutan dalam air senyawa
flourin. Karena itu, diperlukan waktu yang panjang sebelum unsur flourin dapat diisolasi, dan F.
F. H. Moisson akhirnya dapat mengisolasinya dengan elektrolisis KF dalam HF cair.
Sampai kini flourin masih dihasilkan dengan reaksi ini.
Khlorin, yang sangat penting dalam industri kimia
anorganik, dihasilkan bersama dengan natrium
hidroksida. Reaksi dasar untuk produksi khlorin adalah
elektrolisis larutan NaCl dalam air dengan
proses pertukaran ion. Dalam proses ini gas khlorin
dihasilkan dalam sel di anoda dan Na+
bergerak ke katoda bertemu dengan OH- membentuk
NaOH.
Latihan 4.5 Mengapa khlorin dapat dihasilkan dengan elektrolisis
larutan NaCl dalam air?
[Jawab] Walaupun potensial reduksi khlorin lebih tinggi
(+1.36 V) dari oksigen (+1.23 V),
potensial reduksi oksigen dapat dinaikkan (potensial
lebih =overvoltage) bergantung pada pemilihan
elektroda yang digunakan dalam proses elektrolisis.
Bromin didapatkan dengan oksidasi Br- dengan
gas khlorin dalam air garam. Mirip dengan itu,
iodin dihasilkan dengan melewatkan gas khlorin melalui
air garam yang mengandung ion I-.
Karena gas alam yang didapatkan di Jepang ada bersama di
bawah tanah dengan air garam yang
mengandung I-, Jepang adalah negara utama penghasil iodin.
Anomali fluorin.
Fluorin molekular memiliki titik didih yang sangat
rendah. Hal ini karena kesukaran polarisasinya
akibat elektronnya ditarik dengan kuat ke inti atom
fluorin. Karena keelektronegativan fluorin
sangat besar (χ=3.98) dan
elektron bergeser ke F, keasaman yang tinggi akan dihasilkan pada
atom yang terikat pada F. Karena jari-jari ionik F- yang
kecil, bilangan oksidasi yang tinggi
distabilkan, dan oleh karena itu senyawa dengan bilangan
oksidasi rendah seperti CuF tidak
dikenal, tidak seperti senyawa seperti IF7 dan
PtF6.
Pseudohalogen Karena ion sianida CN-, ion azida N3- dan
ion tiosianat, SCN-, dsb. membentuk
senyawa yang mirip dengan yang dibentuk ion halida,
ion-ion tersebut disebut dengan ion pseudohalida. Ion pseudohalida membentuk molekul pseudohalogen
seperti sianogen (CN)2,
hidrogen sianda HCN, natrium tiosianat NaSCN, dsb.
Pengubahan kecil efek sterik dan
elektronik yang tidak mungkin dilakukan hanya dengan ion
halida membuat pseudohalogen sangat
bermanfaat dalam kimia kompleks logam transisi.
Polihalogen. Selain molekul halogen biasa, molekul polihalogen dan
halogen campuran seperti
BrCl, IBr, ICl, ClF3, BrF5, IF7 dsb juga ada. Anion dan kation polihalogen seperti I3-, I5-, I3+, dan I5+, juga dikenal.
b Senyawa oksigen
Walaupun dikenal banyak oksida biner halogen (terdiri
hanya atas halogen dan oksigen), sebagian
besar senyawa ini tidak stabil. Oksigen difluorida OF2 merupakan
senyawa oksida biner halogen
yang paling stabil. Senyawa ini adalah bahan fluorinasi
yang sangat kuat dan dapat menghasilkan
plutonium heksafluorida PuF6 dari
logam plutonium. Sementara oksigen khlorida, Cl2O,
digunakan untuk memutihkan pulp dan pemurnian air.
Senyawa ini dihasilkan in situ dari
ClO3-,
karena tidak stabil.
Asam hipokhlorit, HClO, asam khlorit, HClO2, asam khlorat,
HClO3, dan asam perkhlorat,
HClO4 adalah asam okso khlorin dan khususnya asam perkhlorat
adalah bahan pengoksidasi kuat
sekaligus asam kuat. Walaupun asam dan ion analog dari
halogen lain telah dikenal lama, BrO4-
baru disintesis tahun 1968. Sekali telah disintesis ion
ini tidak kurang stabil dibandingkan ClO4-
atau IO4-, menyebabkan
orang heran mengapa tidak disintesis orang sebelumnya. Walaupun
ClO4- sering
digunakan untuk mengkristalkan kompleks logam transisi, bahan ini eksplosif dan
harus ditangani dengan hati-hati.
c Halida non logam
Halida hampir semua non logam telah dikenal, termasuk
fluorida bahkan dari gas mulia kripton,
Kr, dan xenon, Xe. Walaupun fluorida menarik karena sifat
uniknya sendiri, halida biasanya
sangat penting sebagai reaktan untuk berbagai senyawa non
logam dengan mengganti halogen
dalam sintesis anorganik.
Boron trifluorida, BF3, adalah gas tak
bewarna (mp -127 oC dan bp -100 oC) yang memiliki bau
mengiritasi dan beracun. Boron triflourida digunakan
sebagai katalis untuk reaksi jenis Friedel-
Crafts. BF3 juga digunakan sebagai katalis untuk polimerisasi
kationik. BF3 berada di fasa gas
sebagai molekul monomer triangular dan membentuk aduk (aduct ikatan koordinasi) dengan basa
Lewis amonia, amina, eter, fosfin, dsb. sebab sifat asam
Lewisnya yang kuat. Aduk dietileter,
(C2H5)2O:BF3, adalah cairan yang dapat didistilasi dan digunakan
sebagai reagen biasa. Aduk ini
merupakan reaktan untuk preparasi diboran, B2H6.
Tetrafluoroborat, BF4-, adalah anion
tetrahedral yang dibentuk sebagai aduk BF3 dengan
garam logam alkali, garam perak dan NOBF4
serta asam bebas HBF4 mengandung
anion ini. Karena kemampuan koodinasinya lemah, anion
ini digunakan untuk kristalisasi kompleks kation logam
transisi sebagai ion lawan seperti ClO4-.
AgBF4 dan NOBF4 juga bermanfaat sebagai bahan pengoksidasi 1-e kompleks.
Tetrakhlorosilan, SiCl4, adalah cairan tak bewarna (mp -70 oC dan bp 57.6 oC). Senyawa ini
berupa molekul tetrahedral reguler, dan bereaksi secara
hebat dengan air membentuk asam silisik
dan asam khlorida. Senyawa ini sangat bermanfaat sebagai bahan
baku produksi silikon murni,
senyawa silikon organik dan silikone (silicone).
Fosfor trifluorida, PF3, adalah gas tak bewarna, tak berbau, dan sangat beracun
(mp -151.5 oC
dan bp -101.8 oC). Molekulnya berbentuk piramida segitiga. Karena
senyawa ini penarik elektron
seperti CO, PF3 dapat menjadi ligan dan membentuk kompleks logam yang
analog dengan
kompleks logam karbonil.
Fosfor pentakhlorida, PCl5, adalah zat kristalin tak bewarna (tersublimasi tetapi
terdekomposisi
pada 160 °C). Molekulnya berbentuk trigonal
bipiramid dalam wujud gas, tetapi dalam kristal
berupa pasangan ion [PCl4]+[PCl6]- pada
fasa padat. Walaupun senyawa ini bereaksi hebat dengan
air dan menjadi asam fosfat dan asam khlorida, PCl5 larut
dan CS2 dan CCl4. PCl5 sangat
bermanfaat untuk khlorinasi senyawa organik.
Arsen pentafluorida, AsF5, adalah gas tak bewarna (mp -79.8 °C dan bp -52.9 °C). Molekulnya
adalah trigonal bipiramida. Walaupun senyawa ini
terhidrolisis, senyawa ini larut dalam pelarut
organik. AsF5 adalah penangkap elektron yang kuat, senyawa ini dapat
membentuk kompleks
donor-akseptor dengan donor elektron.
Belerang heksafluorida, SF6, adalah gas tak bewarna dan tak berbau (mp. -50.8 °C dan titik
sublimasi -63.8 °C). Molekulnya
berbentuk oktahedral. SF6 secara kimia tidak stabil dan sukar
larut dalam air. Karena SF6 memiliki
sifat penahan panas yang istimewa, tidak mudah terbakar
dan tahan korosi, SF6 digunakan
sebagai insulator tegangan tinggi.
Belerang khlorida, S2Cl2, adalah cairan bewarna oranye (mp -80 °C dan bp 138 °C). Mempunyai
struktur yang sama dengan hidrogen peroksida. Mudah larut
dalam pelarut organik. S2Cl2 sebagai
senyawa anorganik industri, digunakan dalam skala besar
untuk vulkanisasi karet, dsb.
d Halida logam
Banyak logam halida dibentuk oleh kombinasi 80 unsur
logam dan empat halogen. Karena terdapat lebih dari satu bilangan
oksidasi khususnya logam transisi, dikenal beberapa jenis halida logam transisi. Halida ini sangat
penting sebagai bahan awal preparasi senyawa logam, dan kimia anorganik senyawa logam
bergantung pada halida logam. Ada halida rantai 1-dimensi, lapisan 2-dimensi, dan 3-dimensi,
tetapi beberapa di antaranya adalah padatan kristalin molekular. Penting dicatat halida logam
transisi anhidrat biasanya senyawa padat dan hidratnya adalah senyawa koordinasi dengan ligan air.
Karena kedimensionalan struktur adalah merupakan aspek paling menarik dalam struktur dan
sintesis, halida khas dideskripsikan dengan urutan dimensinya.
Halida molekular
Merkuri(II) khlorida, HgCl2. HgCl2 adalah kristal tak bewarna larut dalam air dan etanol.
HgCl2
adalah molekul lurus triatomik dalam fasa bebasnya.
Namun, selain dua atom khlorin, empat
khlorin dari molekul di dekatnya menempati koordinasi dan
merkuri menjadi heksakoordinat
dalam keadaan kristalin. Senyawa ini sangat toksik dan
digunakan untuk mengawetkan kayu, dsb.
Aluminum trikhlorida, AlCl3. Kristal tak bewarna (mp 190 oC (2.5 atm) dan
bp. 183 oC) yang
tersublimasi bila dipanaskan. AlCl3 melarut
dalam etanol dan eter. AlCl3 adalah asam Lewis dan
membentuk aduk dengan berbagai basa. AlCl3 dalam
cairan dan gas terdiri atas molekul yang
berupa dimer aluminum tetrakoordinasi dengan jembatan
khlorin (Gambar 4.21), dan berstruktur
lamelar bila kristalin. AlCl3 digunakan
dalam katalis asam Lewis Friedel Craft, dsb.
Timah (IV) khlorida, cairan tak bewarna (mp -33 oC dan bp 114 oC). Dalam fasa
gas berupa
molekul tetrahedral.
Titanium (IV) khlorida, TiCl4. Cairan tak bewarna (mp -25 oC dan bp 136.4 oC). Molekul
gasnya adalah tetrahedral mirip timah(IV) khlorida. TiCl4 digunakan
sebagai komponen katalis
Ziegler Natta.
Halida mirip rantai
Emas iodida, padatan putih kekuningan. Dua atom iod berkoordinasi pada
atom emas dan
senyawanya mempunyai struktur rantai 1 dimensi zig zag .
Berilium khlorida, BeCl2. Kristal tak bewarna (mp 405 oC dan bp 520 oC). Menyerap air
dan
larut dalam air dan etanol. Berilium tetrakoordinat
membentuk rantai 1 dimensi melalui jembatan
khlorin. Dalam fasa gas, merupakan molekul
berbentuk lurus berkoordinasi dua. BeCl2 adalah asam Lewis dan digunakan sebagai katalis reaksi
Friedel-Crafts.
Paladium khlorida, PdCl2 adalah padatan merah. Dalam tipe α, atom paladium yang berkoordinasi empat membentuk rantai 1-dimensi dengan
jembatan ganda khlorin. Dihidratnya menyerap air dan larut dalam air, etanol, aseton, dsb.
Bila PdCl2 dilarutkan dalam asam khlorida, akan terbentuk [PdCl4]2- berkoordinasi
empat bujur sangkar. PdCl2 digunakan dalam katalis proses Wacker, yang merupakan proses oksidasi olefin, juga
sebagai katalis dalam berbagai reaksi organik.
Zirkonium(IV) tetrakhlorida, ZrCl4. Kristal tak bewarna (tersublimasi di atas 331 oC). Zirkonium berkoordinasi oktahedral dan membentuk rantai
zig zag jembatan melalui jembatan khlorin. Senyawa ini bersifat higroskopik
dan larut dalam air, etanol, dsb. ZrCl4 digunakan sebagai katalis Friedel-Crafts dan sebagai
komponen katalis polimerisasi olefin.
Halida berlapis
Kadmium iodida, CdI2. kristal tak berwarna (mp 388 oC dan bp 787°C). CdI2 mempunyai
struktur CdI2 dengan lapisan yang terdiri atas oktahedral CdI6 menggunakan
bersama sisinya. Dalam fasa gas, CdI2 membentuk
molekul triatomik lurus. CdI2 larut dalam air, etanol, aseton, dsb.
Kobal(II) khlorida, CoCl2. Kristal biru (mp 735 oC dan mp 1049 °C) memiliki struktur CdCl2.
CoCl2 bersifat higroskopik dan menjadi merah muda bila
mengabsorbsi air. CoCl2 juga larut dalam
etanol dan aseton. Heksahidratnya bewarna merah dan
merupakan senyawa koordinasi dengan air
merupakan ligan.
Besi (II)khlorida, FeCl2, kristal kuning kehijauan (mp 670-674 oC). Memiliki
struktur kadmium
khlorida, dan larut dalam air dan etanol. Hidratnya, yang
terkoordinasi dengan sejumlah air (6, 4,
2), diendapkan dari larutan FeCl2 dalam
asam khlorida.
Besi(III)khlorida, FeCl3, kristal coklat tua (mp 306 oC dan menyublim).
FeCl3 memiliki struktur
lamelar dengan besi berkoordinasi secara tetrahedral
dengan enam ligan khlorin. Dalam fasa gas,
FeCl3 memiliki struktur dimer yang berjembatan khlorin mirip
dengan aluminum khlorida.
Struktur 3-dimensi
Natrium khlorida, NaCl, padatan tak bewarna (mp 801 °C dan bp 1413 °C). NaCl memiliki
struktur garam dapur. Dalam fasa gas, NaCl adalah molekul
dua atom. Walaupun larut dalam
gliserol maupun air, NaCl sukar larut dalam etanol.
Kristal tunggal berukuran besar digunakan
sebagai prisma untuk spektrometer inframerah.
Cesium khlorida, CsCl. Padatan kristal tak bewarna (mp 645 °C, bp 1300 °C). Walaupun
memiliki struktur CsCl, CsCl akan berubah menjadi
struktur NaCl pada 445 °C. Dalam fasa gas,
CsCl adalah molekul dwiatom.
Tembaga (I) khlorida, CuCl. Kristal tak bewarna (mp 430 °C dan bp 1490 °C), berstruktur
ZnS
dan empat khlorin terkoordinasi dengan tembaga membentuk
tetrahedral.
Kalsium khlorida, CaCl2. Kristal tak bewarna (mp 772 oC dan bp di atas
1600 oC). CaCl2
berstruktur rutil terdistorsi dan kalsium dikelilingi
oleh enam khlorin dalam koordinasi oktahedral.
CaCl2 larut dalam air, etanol, dan aseton. CaCl2 menyerap
air dan digunakan sebagai desikan.
Dikenal hidratnya dengan 1, 2, 4, atau 6 molekul air
terkoordinasi.
Kalsium fluorida, CaF2. Kristal tak bewarna (mp 1418 oC dan bp 2500 oC), memiliki
struktur
fluorit, merupakan bahan baku paling penting senyawa
flourin. Kristal tunggal dengan kualitas
yang baik digunakan dalam prisma spektrometer dan lensa
fotografi.
Kromium(II) khlorida, CrCl2. Kristal tak bewarna (mp 820 °C dan menyublim), berstruktur rutil
terdistorsi, melarut dengan baik di air menghasilkan
larutan bewarna biru.
Kromium(III) khlorida , CrCl3. Kristal merah jingga (mp. 115 °C dan terdekomposisi pada 1300
°C). Ion Cr3+ menempati
dua pertiga lubang oktahedral secara bergantian dalam lapisan hvp Cl-.
CrCl3 tidak larut dalam air, etanol dan aseton.
Latihan 4.6 Mengapa padatan halida logam melarut dalam air?
[Jawab] Sebab padatan itu bereaksi dengan air, ion
halidanya menjadi terkoordinasi dengan molekul air.
4.6 Gas mulia dan senyawanya
a Gas mulia
Di abad ke-18, H. Cavendish menemukan komponen yang inert
di udara. Di tahun 1868, suatu
garis di spektrum sinar matahari yang tidak dapat
diidentifikasi ditemukan dan disarankan garis
tersebut disebabkan oleh unsur baru, helium. Berdasarkan
fakta ini, di akhir abad ke-19 W.
Ramsay mengisolasi He, Ne, Ar, Kr, dan Xe dan dengan
mempelajari sifat-sifatnya ia dapat menunjukkan bahwa gas-gas tersebut adalah unsur baru.
Walaupun argon berkelimpahan hampir
1% di udara, unsur ini belum diisolasi hingga Ramsay
mengisolasinya dan gas mulia sama sekali
tidak ada dalam tabel periodiknya Mendeleev. Hadiah Nobel
dianugerahkan pada Ramsay tahun
1904 atas keberhasilannya ini.
Gas mulia ditemukan
di dekat golongan halogen dalam tabel periodik. Karena unsur gas mulia
memiliki konfigurasi elektron yang penuh, unsur-unsur
tersebut tidak reaktif dan senyawanya tidak
dikenal. Akibatnya gas-gas ini dikenal dengan gas inert.
Namun, setelah penemuan senyawa gasgas
ini, lebih tepat untuk menyebutnya dengan unsur gas
mulia, seperti yang digunakan di sini.
Walaupun kelimpahan helium di alam dekat dengan
kelimpahan hidrogen, helium sangat jarang
dijumpai di bumi karena lebih ringan dari udara. Helium
berasal dari reaksi inti di matahari dan
telindung di bawah kerak bumi. Helium diekstraksi sebagai
hasil samping gas alam dari daerahdaerah
khusus (khususnya Amerika Utara). Karena titik leleh
helium adalah yang terendah dari
semua zat (4.2 K), helium sangat penting dalam sains suhu
rendah dan superkonduktor. Lebih
lanjut, karena ringan helium digunakan dalam balon udara,
dsb. Karena argon didapatkan dalam
jumlah besar ketika nitrogen dan oksigen dipisahkan dari
udara, argon digunakan meluas dalam
metalurgi, dan industri serta laboratorium yang
memerlukan lingkungan bebas oksigen.
b Senyawa gas mulia
Xenon, Xe, bereaksi dengan unsur yang paling
elektronegatif, misalnya fluorin, oksigen, dan
khlorin dan dengan senyawa yang mengandung unsur-unsur
ini, misalnya platinum fluorida, PtF6.
Walaupun senyawa xenon pertama dilaporkan tahun 1962
sebagai XePtF6, penemunya N.
Bartlett, kemudian mengoreksinya sebagai campuran senyawa
Xe[PtF6]x (x= 1-2). Bila campuran
senyawa ini dicampurkan dengan gas fluorin dan diberi
panas atau cahaya, flourida XeF2, XeF4,
dan XeF6 akan dihasilkan. XeF2 berstruktur
bengkok, XeF4 bujur sangkar, dan XeF6 oktahedral
terdistorsi. Walaupun preparasi senyawa ini cukup sederhana,
namun sukar untuk mengisolasi
senyawa murninya, khususnya XeF4.
Hidrolisis fluorida-fluorida ini akan membentuk oksida.
XeO3 adalah senyawa yang sangat
eksplosif. Walaupun XeO3 stabil
dalam larutan, larutannya adalah oksidator sangat kuat.
Tetroksida XeO4, adalah senyawa xenon yang paling mudah menguap. M[XeF8] (M adalah Rb
dan Cs) sangat stabil tidak terdekomposisi bahkan
dipanaskan hingga 400 oC sekalipun. Jadi, xenon membentuk senyawa dengan valensi dua sampai
delapan. Fluorida-fluorida ini digunakan juga sebagai bahan fluorinasi. Walaupun kripton dan radon diketahui juga membentuk
senyawa, senyawa kripton dan radon jarang dipelajari karena ketidakstabilannya dan sifat
radioaktifnya yang membuat penanganannya sukar.
Penemuan gas mulia
H. Bartlett mempelajari sifat platina fluorida PtF6 tahun
1960-an, dan mensintesis O2PtF6. Penemuan ini sangat fenomenal dalam kimia anorganik
karena percobaan dengan yang analog dengan xenon, yang memiliki energi
ionisasi (1170 kJmol-1) cukup dekat dengan energi ionisasi O2 (1180
kJmol-1), menghasilkan penemuan dramatis, yakni senyawa XePtF6. Senyawa gas mulia belum pernah dipreparasi sebelum
laporan ini, walaupun berbagai usaha telah dilakukan demikian gas mulia
ditemukan. W. Ramsay mengisolasi gas mulia dan menambahkan golongan baru dalam
tabel periodik di akhir abad ke-19. Di tahun 1894, F. F. H. Moisson, yang
terkenal dengan isolasi F2, mereaksikan 100 cm3
argon yang diberikan oleh Ramsay
dengan gas fluorin dengan menggunakan loncatan listrik tetapi gagal mempreparasi
argon fluorida. Di awal abad ini, A. von Antoropoff melaporkan sintesis senyawa
kripton KrCl2, tetapi belakangan diketahui ia melakukan kesalahan.
L. Pauling telah meramalkan keberadaan KrF6, XeF6, dan H4XeO6, dan mengantisipasi sintesisnya. Di tahun 1932, seorang fellow riset, A. L. Kaye, di laboratoriumnya D. M. L. Yost di Caltech, tempat Pauling
juga bekerja, berusaha mempreparasi senyawa gas mulia. Walaupun preparasi yang
dilakukannya rumit dan penuh semangat, usaha untuk mempreparasi senyawa xenon
dengan mengalirkan arus lucutan melalui campuran gas xenon, fluorin, atau
khlorin tidak berhasil.
Pauling, dikabarkan setelah kegagalan itu, tidak berminat
lagi dalam studi senyawa gas mulia.
Walaupun R. Hoppe dari Jerman memprediksikan dengan pertimbangan
teoritik bahwa senyawa XeF2
dan XeF4 bakal
ada, jauh sebelum penemuan Bartlett, ia sendiri melakukan sintesis setelah mengetahui penemuan
Bartlett. Sekali suatu senyawa jenis tertentu telah dipreparasi, senyawa
analognya dipreparasi satu demi satu. Ini juga umum dalam kimia sintetik di masa-masa
selanjutnya, dan sekali lagi ini menunjukkan pentingnya penemuan pertama.