lign=center style='text-align:center;line-height:150%'>
BAB I
Proses fermentasi berlangsung karena adanya ragi
yang dalam praktikum kali ini menggunakan Sacharomyces
cereviceae, sehingga melalui proses anaerob C6H12O6
(glukosa) terurai menjadi Etanol. Untuk lebih jelasnya reaksi yang
terjadi yaitu sebagai berikut :
����ݚ
BAB I
DASAR TEORI
Fermentasi
adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah
salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas
yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal.
|
C6H12O6
2C2H5OH
+ 2CO2 + energi
Fermentasi
dilakukan dengan sistem batch,
yaitusebuah metode dengan menggunakan suatu tempat yang sama untuk bahan baku yang
bereaksi dan produknya. Sehingga hasil yang didapat pun tidak akan merubah
seluruh reaktan menjadi produk seutuhnya. Karena ragi yang digunakan yaitu Sacharomyces cereviceae akan mati dan
berkurang jumlahnya seiring produk.
Proses
fermentasi dilakukan secara anaerob. Menurut Pasteur, keberadaan oksigen akan
menghambat jalur fermentasi di dalam sel khamir sehingga sumber
karbon yang ada akan digunakan melalui jalur respirasi. Fenomena ini
sering disebut sebagai Pasteur effect (Walker 1998). Pada sel-sel
prokariota dan eukariota, Pasteur effect banyak dijumpai,
salah satu contoh adalah fermentasi asam laktat oleh sel otot manusia
ketika kekurangan oksigen. Berdasarkan fenomena ini, seharusnya
produksi ethanol oleh khamir terjadi pada kondisi anaerob. Namun
ternyata, Pasteur effect pada sel khamir diamati pada sel yang
telah memasuki fase stasioner (resting), sedangkan produksi
alkohol terjadi ketika sel berada pada fase pertumbuhan (fase log)
(Alexander & Jeffries 1990). Hal inilah yang membuat Pasteur effect
diduga bukan fenomena yang terjadi saat produksi ethanol oleh Saccharomyces
cerevisiae.
Herbert
Crabtree pada tahun 1929 menemukan suatu fenomena lain yang terjadi pada
sel tumor dimana pada sel tersebut jalur fermentasi dominan terjadi
walaupun dalam kondisi aerob (Alexander & Jeffries 1990). Pada tahun
1948, Swanson dan Clifton pertama kali menunjukkan bahwa fenomena
tersebut terjadi pada sel Saccharomyces cerevisiae yang sedang
tumbuh dan menghasilkan ethanol sebagai produk fermentasi selama
terdapat glukosa dalam jumlah tertentu di dalam medium pertumbuhannya
(Alexander & Jeffries 1990). Fenomena tersebut awalnya disebut contre-effect
Pasteur sebelum istilah Crabtree effect digunakan (de Dekken 1966). Crabtree
effect pada khamir dapat diamati ketika medium pertumbuhan mengandung
glukosa dalam konsentrasi yang tinggai (diatas 5 mM) (Walker 1998). Berdasarkan
de Dekken (1966), Crabtree effect tidak terjadi pada semua khamir, namun
hanya pada beberapa species saja, antara lain Saccahromyces cerevisiae, S.
chevalieri, S. italicus, S. oviformis, S. pasteurianus,
S. turbidans, S. calsbergensis, Schizosaccharomyces pombe,
Debaryomyces globosus, Bretanomyces lambicus, Torulopsis
dattila, T. glabrata, dan T. colliculosa. Terdapat tiga
mekanisme yang menjelaskan Crabtree effect: 1. represi katabolit; 2.
inaktivasi katabolit; dan 3. kapasitas respirasi yang terbatas.
Represi
katabolit terjadi ketika glukosa, atau produk awal metabolisme glukosa, menekan
sintesis berbagai enzim respirasi (Fietcher et al. 1981). Namun mekanisme
detil, seperti senyawa yang memberikan sinyal untuk menekan sintesis tersebut,
masih belum jelas (Walker 1998). Ide awal represi katabolit dicetuskan oleh von
Meyenberg pada tahun 1969 (Alexander & Jeffries 1990) yang menumbuhkan S.
cerevisiae dalam medium yang mengandung glukosa dengan metode continues
culture. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa saat konsentrasi sel
rendah, jalur metabolisme yang digunakan adalah respirasi, sedangkan ketika
konsentrasi sel telah mencapai suatu angka kritis, fermentasi ethanol terjadi.
Dari hasil tersebut diduga pada konsentrasi sel yang rendah, enzim-enzim
respirasi masih mencukupi untuk melakukan jalur respirasi, namun saat
konsentrasi sel bertambah, konsentrasi enzim tidak bertambah sebab ditekan
sintesisnya oleh glukosa, sehingga jalur respirasi terhenti dan digantikan oleh
fermentasi. Selain represi terhadap sintesis enzim, konsentrasi gula yang
tinggi juga akan mengganggu struktur mitokondria khamir, sebagai contoh
hilangnya membran dalam dan kristae. Namun struktur tersebut akan kembali
normal saat jalur respirasi menggantikan fermentasi ethanol (Walker 1998).
Perubahan struktur tersebut akan menghambat siklus Krebs dan fosforilasi
oksidatif yang berlangsung di mitokondria.
Inaktivasi
katabolit terjadi ketika glukosa menonaktifkan enzim kunci dalam jalur
respirasi, contohnya fruktosa 1,6-bifosfatase (FBPase). Inaktivasi terjadi
pertama-tama melalui proses fosforilasi enzim, kemudian diikuti dengan pencernaan
protein enzim di dalam vakuola (Walker 1998). Mekanisme inaktivasi FBPase pada S.
cerevisiae dimulai dengan peningkatan konsentrasi cAMP dan FBPase di dalam
sel oleh glukosa. Kenaikan kedua molekul tersebut akan memicu cAMP-dependent
protein kinase untuk melakukan fosforilasi terhadap FBPase (Francois et al.
1984).
Mekanisme
terakhir yang menjelaskan Crabtree effect pada khamir adalah
keterbatasan kapasitas respirasi khamir yang diusulkan oleh Bardford & Hall
(1979). Kedua peneliti tersebut melakukan penelitian yang mirip dengan von
Meyenberg, namun tidak menemukan bukti adanya represi katabolit oleh glukosa.
Oleh sebab itu mereka berpendapat bahwa khamir-khamir yang mampu melakukan
fermentasi aerob memiliki keterbatasan kapasitas respirasi. Ketika glukosa
terdapat dalam konsentrasi tinggi, glikolisis akan berjalan dengan cepat
sehingga menghasilkan pyruvat dalam jumlah yang tinggi. Namun keterbatasan
khamir tersebut untuk menggunakan pyruvat dalam jalur respirasi selanjutnya
(Siklus Krebs dan fosforilasi oksidatif) menyebabkan pyruvat yang tersisa
dirubah secara fermentatif menjadi ethanol. Kebalikannya, khamir yang tidak
melakukan fermentasi aerob dianggap memiliki kapasitas respirasi yang tidak
terbatas sehingga mampu menggunakan seluruh pyruvat yang dihasilkan dari
glikolisis walaupun jumlah glukosa di medium tinggi (Alexander & Jeffries
1990).
BAB
II
ALAT
DAN BAHAN
II.1 ALAT
·
Erlenmeyer 1 L1 buah
·
Erlenmeter 250 mL 1 buah
·
Pipet ukur 10 mL steril 6 buah
·
Alumunium foil
·
Hot Plate
·
Inkubator
·
pH meter
·
Refraktometer
·
Autoklaf
·
Tabung reaksi
II.2 BAHAN
·
Biakan Sacharomyces cereviceae
·
Alkohol
·
Media Aktivasi dalam 100mL
·
Gula (glukosa)
·
Aquadest
·
Media aktivasi dalam 100 mL :
o
Glukosa 30 gr
o
(NH4)2SO4 :
0,2 gr
o
KH2PO4 : 0,5 gr
o
Diinkubasi anaerob selama 1 hari T 30oC
·
Media Fermentasi 1 L :
o
Glukosa 170 gram
o
MgSO4.7H2O 0,4
gram
o
KH2PO4 5 gram
o
Tripton 5 gram
o
Diinkubasi pada T 37oC selama
10 hari
BAB
III
LANGKAH
KERJA
1. Pembuatan
Kurva Standar Glukosa
2. Pembuatan
Kurva Standar Etanol
3. Pembuatan
Media Pertumbuhan
4. Pembuatan Media
Aktivasi
BAB
IV
DATA
PENGAMATAN dan PERTHITUNGAN
A.
DATA
PENGAMATAN
·
Pembuatan
Kurva Kalibrasi Larutan Gula
Konsentrasi
(%)
|
Indeks Bias
Brix(%)
|
0
|
1.33401
|
2,5
|
1.33803
|
5
|
1.34005
|
7,5
|
1.34206
|
10
|
1.34508
|
15
|
1.35213
|
Kurva
Kalibrasi Larutan Gula
·
Pembuatan
Kurva Kalibrasi Etanol
Konsentrasi (%)
|
Indeks
Bias Brix(%)
|
0
|
1,33300
|
0,5
|
1,33300
|
1
|
1,33400
|
2
|
1,33200
|
3
|
1,33401
|
4
|
1,33401
|
5
|
1,33602
|
10
|
1,33904
|
Kurva
Kalibrasi Larutan Etanol
·
Tabel
Pengamatan Larutan Fermentasi
Tabel
Hasil Praktikum
No.
|
t (waktu sampel)
|
Indeks Bias Brix(%)
|
pH
|
Hari/pukul
|
1
|
12 jam
|
1,35200
|
8,5
|
1/10.05
|
2
|
49,41 jam
|
1,35313
|
8,5
|
2/11.46
|
3
|
53,41 jam
|
1,35213
|
6,4
|
2/15.06
|
4
|
72,27 jam
|
1,34900
|
5,7
|
3/09.46
|
5
|
94,61 jam
|
1,35112
|
5,9
|
4/07.40
|
6
|
102,13 jam
|
1,35342
|
5,7
|
4/15.38
|
Kurva
pH vs Waktu Fermentasi
Kurva
Indeks bias vs Waktu fermentasi
B.
PERHITUNGAN
·
Perhitungan
Kadar Etanol dan Gula dalam Erlenmeyer
Persamaan linear dalam
kurva standar glukosa : y = 0.0012x +
1.3342
Persamaan linear dalam
kurva standar etanol : y = 0.0006x +
1.3324
1. Sampling
pertama yaitu pada t = 12 jam memiliki indeks bias 1,35200 sehingga konsentrasi
etanol dan larutan gula sebesar.
a. Glukosa
1,35200
= 0,0012X + 1,3342
X
= 14,83 %
b. Etanol
1,35200
= 0,0006X + 1,3324
X
= 32,66 %
2. Sampling
kedua yaitu pada t = 49,41 jam memiliki indeks bias 1,35313 sehingga
konsentrasi etanol dan larutan gula sebesar.
a. Glukosa
1,35313
= 0,0012X + 1,3342
X
= 15,775 %
b. Etanol
1,35313
= 0,0006X + 1,3324
X
= 34,55 %
3. Sampling
ketiga yaitu pada 53,41 jam memiliki indeks bias 1,35123 sehingga konsentrasi
etanol dan larutan gula sebesar.
a. Glukosa
1,35123
= 0,0012X + 1,3342
X
= 14,192 %
b. Etanol
1,35123
= 0,0006X + 1,3324
X
= 31,383 %
4. Sampling
keempat yaitu pada 72,27 jam memiliki indeks bias 1,34900 sehingga konsentrasi
etanol dan larutan gula sebesar.
a. Glukosa
1,34900
= 0,0012X + 1,3342
X
= 12,33 %
b. Etanol
1,34900
= 0,0006X + 1,3324
X
= 27,66 %
5. Sampling
kelima yaitu pada 94,61 jam memiliki indeks bias 1,35112 sehingga konsentrasi
etanol dan larutan gula sebesar.
a. Glukosa
1,35112
= 0,0012X + 1,3342
X
= 14,1 %
b. Etanol
1,35112
= 0,0006X + 1,3324
X
=31,2 %
6. Sampling
kelima yaitu pada 102,13 jam memiliki indeks bias 1,35342 sehingga konsentrasi
etanol dan larutan gula sebesar.
a. Glukosa
1,35342
= 0,0012X + 1,3342
X
= 16,01 %
b. Etanol
1,35342
= 0,0006X + 1,3324
X
= 35,03 %
Tabel
Hasil Percobaan
No.
|
Waktu Sampel (jam)
|
Konsentrasi Larutan
Gula
(%)
|
Konsentrasi Etanol (%)
|
1
|
12
|
14,83
|
32,66
|
2
|
49,41
|
15,775
|
34,55
|
3
|
53,41
|
14,191
|
31,383
|
4
|
72,27
|
12,33
|
27,66
|
5
|
94,61
|
14,1
|
31,2
|
6
|
102,13
|
16,01
|
35,03
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Praktikum
yang dilakukan oleh praktikan kali ini adalah fermentasi etanol secara batch
dan dengan memanfaatkan agen mikroba yaitu ragi Sacharomyces cereviceae yang berkemampuan mengurai C6H12O6
menjadi produknya yaitu etanol. Hal pertama yang dilakukan oleh praktikan ialah
mengukur indeks bias dari bahan baku yaitu larutan gula (sukrosa) dan juga
larutan etanol dengan bermacan variasi konsentrasi untuk dijadikan kurva
standar. Pengukuran indeks bias dilakukan dengan menggunakan refraktometer.
Selanjutnya
praktikan membuat media aktivasi dan media pertumbuhan dengan menimbang
komposisi sukrosa dan juga mineral – mineralnya.
·
Media aktivasi dalam 150 mL :
o
Glukosa 30 gr
o
(NH4)2SO4 :
0,2 gr
o
KH2PO4 : 0,5 gr
o
Diinkubasi anaerob selama 1 hari T 300C
·
Media Fermentasi 1 L :
o
Glukosa 170 gram
o
MgSO4.7H2O 0,4
gram
o
KH2PO4 5 gram
o
Tripton 5 gram
o
Diinkubasi pada T 370C selama
15 hari
Kemudian sampling dapat dilakukan oleh
praktikan, sampling yang dilakukan adalah pengukuran indeks bias dan juga
pengukuran pH. Berikut adalah data samplingnya.
No.
|
t
(waktu sampel)
|
Indeks
Bias Brix(%)
|
pH
|
Hari/pukul
|
1
|
12 jam
|
1,35200
|
8,5
|
1/10.05
|
2
|
49,41 jam
|
1,35313
|
8,5
|
2/11.46
|
3
|
53,41 jam
|
1,35213
|
6,4
|
2/15.06
|
4
|
72,27 jam
|
1,34900
|
5,7
|
3/09.46
|
5
|
94,61 jam
|
1,35112
|
5,9
|
4/07.40
|
6
|
102,13 jam
|
1,35342
|
5,7
|
4/15.38
|
Kemudian setelah mendapatkan data
hasil praktikum, praktikan dapat menentukan kadar etanol dan gula didalamnya
melalui kurva standar, berikut ini adalah hasil perhitungannya.
No.
|
Waktu
Sampel (jam)
|
Konsentrasi
Larutan Gula
(%)
|
Konsentrasi Etanol
(%)
|
1
|
12
|
14,83
|
32,66
|
2
|
49,41
|
15,775
|
34,55
|
3
|
53,41
|
14,191
|
31,383
|
4
|
72,27
|
12,33
|
27,66
|
5
|
94,61
|
14,1
|
31,2
|
6
|
102,13
|
16,01
|
35,03
|
Tabel Pengamatan
Kekurangan dari
sistem batch adalah bahan baku tidak akan berubah menjadi produk 100%, bahkan
produk senilai 20% pun sudah merupakan hasil yang baik. Karena saat proses
reaksi terjadi dan menghasilkan produk berupa etanol maka agen mikroorganisme Sacharomyces cereviceae akan mati
seiring bertambahnya produk yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena
mikroorganisme akan mati bila diberikan etanol. Jadi, laju produk akan melambat
seiring matinya agen mikroba yaitu Sacharomyces
cereviceae oleh produk itu sendiri yaitu etanol.
Pada
sampling yang ke-empat didapati kadar etanol yang berkurang, hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu ketika melakukan sampling
tutup alumunium foil dibuka dan etanol menguap. Sehingga kadar etanol dalam larutan tersebut berkurang.
Dan
hasil akhir dari praktikum fermentasi ini didapati kadar etanol yang didapat
berdasarkan proses fermentasi yang dilakukan oleh praktikan ialah 35,03 %.
Hasil kadar etanol ini sendiri masih dinilai kurang akurat, karena dapat
dilihat kurva standar etanol yang tidak sempurna linear. Sehingga masih
terdapat kekurang akuratan dalam penentuan kadar etanol melalui perhitungan
dengan menggunakan persamaan linear dari kurva tersebut.
Sedangkan
pH larutan sampel terus menurun sering bertambahnya jumlah etanol dalam produk,
padahal seharusnya pH untuk etanol yaitu ± 6. Akan tetapi yang terjadi pada saat
praktikum ialah pH dari sampel beranjak turun hingga mencapai angka 5,7. Hal
ini dikarenakan oleh beberapa kemungkinan yaitu terjadi suasana asam dari
reaksi antara Sacharomyces cereviceae
dan gula sehingga pH yang didapat belum pH etanol murni melainkan ada pengaruh
larutan gula.
BAB
V
KESIMPULAN
·
Reaksi yang terjadi pada fermentasi etanol dengan
menggunakan jasa ragi Sacharomyces
cereviceae ialah sebagai berikut :
|
C6H12O6
2C2H5OH
+ 2CO2 + energy
·
Data hasil praktikum yaitu sebagai
berikut :
No.
|
t
(waktu sampel)
|
Indeks
Bias Brix(%)
|
pH
|
Hari/pukul
|
1
|
12 jam
|
1,35200
|
8,5
|
1/10.05
|
2
|
49,41 jam
|
1,35313
|
8,5
|
2/11.46
|
3
|
53,41 jam
|
1,35213
|
6,4
|
2/15.06
|
4
|
72,27 jam
|
1,34900
|
5,7
|
3/09.46
|
5
|
94,61 jam
|
1,35112
|
5,9
|
4/07.40
|
6
|
102,13 jam
|
1,35342
|
5,7
|
4/15.38
|
Berdasarkan data diatas pH semakin
menurun karena sifat etanol yang merupakan asam, hanya terdapat penyimpangan
yaitu seharusnya pH hanya mencapai ±6. Dan indeks bias bertambah besar seiring
bertambahnya jumlah etanol sebagai produk, dan indeks bias etanol pada T = 20oC
ialah ± 1,36 dan berdsarkan data praktikum diatas indeks bias bertambah menuju
indeks bias etanol. Hal ini menunjukan dalam reaksi terdapat etanol yang telah
terbentuk.
·
Data hasil perhitungan adalah sebagai
berikut :
No.
|
Waktu
Sampel (jam)
|
Konsentrasi
Larutan Gula
(%)
|
Konsentrasi
Etanol (%)
|
1
|
12
|
14,83
|
32,66
|
2
|
49,41
|
15,775
|
34,55
|
3
|
53,41
|
14,191
|
31,383
|
4
|
72,27
|
12,33
|
27,66
|
5
|
94,61
|
14,1
|
31,2
|
6
|
102,13
|
16,01
|
35,03
|
Berdasarkan
data perhitungan dapat kita lihat bahwa konsentrasi akhir dari etanol yang
diproduksi dalam reaksi fermentasi ialah 35,03 %. Dan konsentrasi etanol yang
didapat masih tidak akurat karena kurva standar dari larutan etanol tidak
sempurna.
·
Kekurangan dari sistem batch ini adalah
bahan baku yang hendak diubah menjadi produk tidak dapat diubah 100% atau secara menyeluruh, karena reaktan, bahan
baku dan produk serta mikroorganisme ditempatkan pada satu tempat. Sehingga
memperlambat laju reaksi pembentukan produk akibat matinya mikroorganisme oleh
produk itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Alexander, M.A.
& T.W. Jeffries. 1990. Respiratory efficiency and metabolize partitioning
as regulatory phenomena in yeasts. Enzyme Micobe. Technol. 12: 2-29.
Bardford, J.P.
& R.J. Hall. 1979. An examination of the crabtree effect in Saccharomyces
cerevisiae: The role of respiration adaptation. Journal of General
Microbiology, 114: 267 - 275.
de Dekken, R.H.
1966. The Crabtree effect: A regulatory system in yeast. J. gen. Microbiol. 44:
149 - 156.
Walker, G.M.
1998. Yeast: Physiology and biotechnology. John Wiley & Sons, Chichester:
xi + 350 hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar