BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asam
sitrat merupakan asam organik yang banyak terdapat di alam dan penyebarannya
cukup luas, baik dalam tumbuhan maupun hewan. Pada buah jeruk terdapat
kandungan asam sitrat sekitar 6-8%. Selain itu asam sitrat juga ditemukan pada
buah pir, nanas, arbei, dan ceri. Pada hewan terdapat dalam darah, air seni,
dan berbagai cairan tubuh lainya.
Produksi
asam sitrat seluruh dunia terutama dimanfaatkan untuk industri makanan dan
minuman sekitar 70%, industri farmasi 12%, dan isaya 18% untuk berbagai
industri lainnya.
Pada
industri makanan dan minuman mempergunakan asam sitrat untuk berbagai keperluan
karena kelarutan asam sitrat yang relatif tinggi, tidak beracun, dan
menghasilkan rasa asam yang disukai. Asam sitrat sering digunakan sebagai
pegawet, pencegah rusaknya warna dan aroma, menjaga turbiditas, penghambat
terjadinya oksidasi dan masih banyak lagi.
Tujuan
1.
Memahami proses
produksi asam sitrat.
2.
Memahami komposisi
media fermentasi dan kondisi operasi yang tepat untuk produksi asam sitrat.
3.
Memahami metoda
pemisahan dan pemurnian asam sitrat.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Asam Sitrat
Asam
sitrat diyakini ditemukan oleh alkimiawan Arab-Yemen (kelahiran Iran) yang
hidup pada abad ke-8, Jabir Ibn Hayyan. Pada zaman pertengahan, para ilmuwan
Eropa membahas sifat asam sari buah lemon dan limau; hal tersebut tercatat
dalam ensiklopedia Speculum Majus (Cermin Agung) dari abad ke-13 yang
dikumpulkan oleh Vincent dari Beauvais. Asam sitrat pertama kali diisolasi pada
tahun 1784 oleh kimiawan Swedia, Carl Wilhelm Scheele, yang mengkristalkannya
dari sari buah lemon. Pembuatan asam sitrat skala industri dimulai pada tahun
1860, terutama mengandalkan produksi jeruk dari Italia.
Pada
tahun 1893, C. Wehmer menemukan bahwa kapang Penicillium dapat membentuk asam
sitrat dari gula. Namun demikian, pembuatan asam sitrat dengan mikroba secara
industri tidaklah nyata sampai Perang Dunia I mengacaukan ekspor jeruk dari
Italia. Pada tahun 1917, kimiawan pangan Amerika, James Currie menemukan bahwa
galur tertentu kapang Aspergillus niger dapat menghasilkan asam sitrat secara
efisien, dan perusahaan kimia Pfizer memulai produksi asam sitrat skala
industri dengan cara tersebut dua tahun kemudian.
2.1.1 Asam Sitrat
Asam
sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan
genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik
dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan
minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara
dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting dalam
metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih
yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam
sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada
konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan
limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
Rumus
kimia asam sitrat adalah C6H8O7 (strukturnya
ditunjukkan pada tabel informasi di sebelah kanan). Struktur asam ini tercermin
pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.
2.1.2 Sifat Fisika dan
Kimia Asam Sitrat
Sifat-sifat
fisis asam sitrat dirangkum pada tabel di sebelah kanan. Keasaman asam sitrat
didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam
larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat
sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan pH larutan.
Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat.
Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga
digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air (lihat keterangan
tentang kegunaan di bawah).
Pada
temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih. Serbuk
kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau bentuk
monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat.
Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk
monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk
monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di
atas 74 °C. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat
lainnya. Jika dipanaskan di atas 175 °C, asam sitrat terurai dengan melepaskan
karbon dioksida dan air.
Sifat-sifat Umum
Nama Asam sitrat
Bobot rumus 192,13.
Nama lain asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat
Sifat perubahan fase
Sifat asam-basa
pKa1 3,15 pKa2
4,77 pKa3 6,40
Sifat padatan
Keamanan
Efek akut Menimbulkan iritasi kulit dan mata. Efek
kronik Tidak ada.
Informasi lebih lanjut
2.1.3 Pembuatan Asam
Sitrat
Dalam
proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim digunakan, biakan kapang
Aspergillus niger diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah kapang
disaring dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi dengan cara
mengendapkannya dengan kalsium hidroksida membentuk garam kalsium sitrat. Asam
sitrat di-regenerasi-kan dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.
Cara
lain pengisolasian asam sitrat dari hasil fermentasi adalah dengan ekstraksi
menggunakan larutan hidrokarbon senyawa basa organik trilaurilamina yang
diikuti dengan re-ekstraksi dari larutan organik tersebut dengan air.
2.1.4 Kegunaan Asam
Sitrat
Penggunaan
utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet
makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Kode asam sitrat sebagai zat
aditif makanan (E number ) adalah E330. Garam sitrat dengan berbagai jenis
logam digunakan untuk menyediakan logam tersebut (sebagai bentuk biologis) dalam
banyak suplemen makanan. Sifat sitrat sebagai larutan penyangga digunakan
sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah tangga dan
obat-obatan.
Kemampuan
asam sitrat untuk meng-kelat logam menjadikannya berguna sebagai bahan sabun
dan deterjen. Dengan meng-kelat logam pada air sadah, asam sitrat memungkinkan
sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik tanpa penambahan
zat penghilang kesadahan. Demikian pula, asam sitrat digunakan untuk memulihkan
bahan penukar ion yang digunakan pada alat penghilang kesadahan dengan
menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada bahan penukar ion tersebut
sebagai kompleks sitrat.
Asam
sitrat digunakan di dalam industri bioteknologi dan obat-obatan untuk melapisi
(passivate) pipa mesin dalam proses kemurnian tinggi sebagai ganti asam nitrat,
karena asam nitrat dapat menjadi zat berbahaya setelah digunakan untuk
keperluan tersebut, sementara asam sitrat tidak.
Asam
sitrat dapat pula ditambahkan pada es krim untuk menjaga terpisahnya gelembung-gelembung
lemak. Dalam resep makanan, asam sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari
jeruk.
2.1.5 Keamanan Asam
Sitrat
Asam
sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh semua badan pengawasan
makanan nasional dan internasional utama. Senyawa ini secara alami terdapat
pada semua jenis makhluk hidup, dan kelebihan asam sitrat dengan mudah
dimetabolisme dan dihilangkan dari tubuh.
Paparan
terhadap asam sitrat kering ataupun larutan asam sitrat pekat dapat menyebabkan
iritasi kulit dan mata. Pengenaan alat protektif (seperti sarung tangan atau
kaca mata pelindung) perlu dilakukan saat menangani bahan-bahan tersebut.
2.1.6 Sikus asam sitrat
Siklus
asam sitrat (bahasa Inggris: citric acid cycle, tricarboxylic acid cycle, TCA
cycle, Krebs cycle, Szent-Györgyi-Krebs cycle) adalah sederetan jenjang reaksi
metabolisme pernafasan selular yang terpacu enzim yang terjadi setelah proses
glikolisis, dan bersama-sama merupakan pusat dari sekitar 500 reaksi
metabolisme yang terjadi di dalam sel. Lintasan katabolisme akan menuju pada
lintasan ini dengan membawa molekul kecil untuk diiris guna menghasilkan
energi, sedangkan lintasan anabolisme merupakan lintasan yang bercabang keluar
dari lintasan ini dengan penyediaan substrat senyawa karbon untuk keperluan
biosintesis. “Metabolom dan jenjang reaksi pada siklus ini merupakan hasil
karya Albert Szent-Györgyi and Hans Krebs”.
Pada
sel eukariota, siklus asam sitrat terjadi pada mitokondria, sedangkan pada
organisme aerob, siklus ini merupakan bagian dari lintasan metabolisme yang
berperan dalam konversi kimiawi terhadap karbohidrat, lemak dan protein -
menjadi karbon dioksida, air, dalam rangka menghasilkan suatu bentuk energi
yang dapat digunakan. Reaksi lain pada lintasan katabolisme yang sama, antara
lain glikolisis, oksidasi asam piruvat dan fosforilasi oksidatif.
Produk
dari siklus asam sitrat adalah prekursor bagi berbagai jenis senyawa organik.
Asam sitrat merupakan prekursor dari kolesterol dan asam lemak, asam
ketoglutarat-alfa merupakan prekursor dari asam glutamat, purina dan beberapa
asam amino, suksinil-KoA merupakan prekursor dari heme dan klorofil, asam
oksaloasetat merupakan prekursor dari asam aspartat, purina, pirimidina dan
beberapa asam amino.
Proses
Pembentukan Asam Sitrat
Siklus asam sitrat dimulai dengan
satu molekul asetil-KoA bereaksi dengan satu molekul H2O,
melepaskan gugus koenzim-A, dan mendonorkan dua atom karbon yang tersisa dalam bentuk gugus asetil kepada asam oksaloasetat yang memiliki molekul dengan empat atom karbon, hingga
menghasilkan asam sitrat dengan enam atom karbon.
2.2 Aspergillus Niger
Aspergilus
niger merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen, mempunyai hifa
berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Fungi ini biasanya diisolasi
dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Koloninya berwarna putih
pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 °C dan berubah menjadi hitam ketika
konidia dibentuk. Kepala konidia dari A. niger berwarna hitam, bulat, cenderung
memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya
umur.
2.2.1 Habitat
Aspergillus Niger
A.
niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C, dengan suhu minimum 6-8 °C, dan
suhu maksimum 45-47 °C. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya fungi ini
memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). A. niger memiliki warna dasar berwarna
putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap
sampai hitam.
2.2.2
Metabolisme Aspergilus Niger
Dalam
metabolismenya A. niger dapat menghasilkan asam sitrat sehinga fungi ini banyak
digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin
sehingga tidak membahayakan. A. niger dapat tumbuh dengan cepat, oleh karena
itu A. niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam
glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase,
amiloglukosidase, dan selulase.
Selain
itu, A. niger juga menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa fenolik yang
biasa digunakan dalam industri farmasi dan juga dapat menjadi substrat untuk
memproduksi senyawa antioksidan dalam industri makanan.
Aspergillus niger
Domain:
|
|
Kerajaan:
|
|
Filum:
|
|
Upafilum:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
|
Spesies:
|
A. niger
|
2.3 Fermentasi
2.3.1 Sejarah
Fermentasi
Ahli
Kimia Perancis, Louis Pasteur adalah seorang zymologist pertama ketika di tahun
1857 mengkaitkan ragi dengan fermentasi. Ia mendefinisikan fermentasi sebagai
"respirasi (pernafasan) tanpa udara".
Pasteur
melakukan penelitian secara hati-hati dan menyimpulkan, "Saya berpendapat
bahwa fermentasi alkohol tidak terjadi tanpa adanya organisasi, pertumbuhan dan
multiplikasi sel-sel secara simultan..... Jika ditanya, bagaimana proses kimia
hingga mengakibatkan dekomposisi dari gula tersebut... Saya benar-benar tidak tahu".
Ahli
kimia Jerman, Eduard Buchner, pemenang Nobel Kimia tahun 1907, berhasil
menjelaskan bahwa fermentasi sebenarnya diakibatkan oleh sekeresi dari ragi
yang ia sebut sebagai zymase.
Penelitian
yang dilakukan ilmuan Carlsberg (sebuah perusahaan bir) di Denmark semakin
meningkatkan pengetahuan tentang ragi dan brewing (cara pembuatan bir). Ilmuan
Carlsberg tersebut dianggap sebagai pendorong dari berkembangnya biologi
molekular.
2.3.2 Pengertian
Fermentasi
Fermentasi
adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik,
akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi
sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron
eksternal.
Gula
adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi
adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain
dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi
dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan
etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik
dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki akseptor
elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi yang
mengasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya. Akumulasi asam laktat
inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan pada otot.
2.3.3 Reaksi
Pada Proses Fermentasi
Reaksi
dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan
produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula
paling sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH).
Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia
C6H12O6 → 2C2H5OH
+ 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
Dijabarkan sebagai
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) →
Alkohol (etanol) + Karbon dioksida + Energi (ATP)
Jalur
biokimia yang terjadi, sebenarnya bervariasi tergantung jenis gula yang
terlibat, tetapi umumnya melibatkan jalur glikolisis, yang merupakan bagian
dari tahap awal respirasi aerobik pada sebagian besar organisme. Jalur terakhir
akan bervariasi tergantung produk akhir yang dihasilkan.
2.3.4 Sumber
Energi Pada Proses Fermentasi Anerobik
Fermentasi
diperkirakan menjadi cara untuk menghasilkan energi pada organisme purba
sebelum oksigen berada pada konsentrasi tinggi di atmosfer seperti saat ini,
sehingga fermentasi merupakan bentuk purba dari produksi energi sel.
Produk
fermentasi mengandung energi kimia yang tidak teroksidasi penuh tetapi tidak
dapat mengalami metabolisme lebih jauh tanpa oksigen atau akseptor elektron
lainnya (yang lebih highly-oxidized) sehingga cenderung dianggap produk sampah
(buangan). Konsekwensinya adalah bahwa produksi ATP dari fermentasi menjadi
kurang effisien dibandingkan oxidative phosphorylation, di mana pirufat
teroksidasi penuh menjadi karbon dioksida. Fermentasi menghasilkan dua molekul
ATP per molekul glukosa bila dibandingkan dengan 36 ATP yang dihasilkan
respirasi aerobik.
"Glikolisis
aerobik" adalah metode yang dilakukan oleh sel otot untuk memproduksi
energi intensitas rendah selama periode di mana oksigen berlimpah. Pada keadaan
rendah oksigen, makhluk bertulang belakang (vertebrata) menggunakan
"glikolisis anaerobik" yang lebih cepat tetapi kurang effisisen untuk
menghasilkan ATP. Kecepatan menghasilkan ATP-nya 100 kali lebih cepat daripada
oxidative phosphorylation. Walaupun fermentasi sangat membantu dalam waktu
pendek dan intensitas tinggi untuk bekerja, ia tidak dapat bertahan dalam
jangka waktu lama pada organisme aerobik yang kompleks. Sebagai contoh, pada
manusia, fermentasi asam laktat hanya mampu menyediakan energi selama 30 detik
hingga 2 menit.
Tahap
akhir dari fermentasi adalah konversi piruvat ke produk fermentasi akhir. Tahap
ini tidak menghasilkan energi tetapi sangat penting bagi sel anaerobik karena
tahap ini meregenerasi nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+), yang diperlukan
untuk glikolisis. Ia diperlukan untuk fungsi sel normal karena glikolisis
merupakan satu-satunya sumber ATP dalam kondisi anaerobik.
2.3.5 Aplikasi
Proses Fermentasi
Pembuatan tempe dan tape
(baik tape ketan maupun tape singkong atau peuyeum) adalah proses fermentasi
yang sangat dikenal di Indonesia. Proses fermentasi menghasilkan
senyawa-senyawa yang sangat berguna, mulai dari makanan sampai obat-obatan.
Proses fermentasi pada makanan yang sering dilakukan adalah proses pembuatan
tape, tempe, yoghurt, dan tahu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar