Ekstraksi adalah
salah satu metode pemisahan larutan dua komponen dengan menambahkan komponen
ketiga yaitu solvent yang larut dengan solute tetapi tidak larut dengan pelarut
(diluent). Pada praktikum ini, larutan campuran yang akan diektraksi adalah campuran asam asetat
-air- TCE. Solute dalam larutan tersebut adalah asam asetat, sedangkan
dilutenya adalah TCE. Pada prinsipnya, pencampuran antara
TCE dan asam propionat akan menghasilkan campuran yang homogen. TCE merupakan
pelarut yang bersifat non polar, sehingga untuk dapat memisahkan asam propionat
dari TCE diperlukan solven anorganik yang bersifat polar, contohnya air. Proses ektraksi ini dilakukan dalam kolom
berpacking dengan tujuan agar luas permukaan kontak antara solven dan solute
lebih besar dan efisiensi proses ektraksi semakin besar pula. Terjadi
perpindahan massa asam asetat dari TCE ke air disebabkan oleh adanya driving
force ketika konsentrasi solute dalam diluen yang lebih besar dibandingkan dengan
solute yang berada di solvent. Setelah terjadi kesetimbangan maka dalam system
ekstraksi akan terdapat dua lapisan yaitu lapisan overflow(ektrak) merupakan
lapisan yang kaya asam asetat, jika semakin lama waktu ekstraksi maka akan
semakin besar kadar asam asetat dalam ekstrak dan lapisan underflow (rafinat),
dimana dalam lapisan underflow semakin lama waktu ekstraksi maka akan semakin
kecil kadar asam asetat.
Pada praktikum ini, Laju alir umpan dan solvent yang digunakan adalah
200 ml/menit. Asam asetat dapat
terekstraksi dengan baik jika laju alir umpannya (as. Asetat – TCE) sama besar
dengan laju alir solvennya (air). Oleh karena itu dilakukan pengalibrasian pada
laju alir umpan untuk mengetahui % bukaan yang seharusnya sesuai dengan laju alir yang diinginkan.
Besarnya % bukaan ini berbanding lurus dengan laju alir yang dihasilkan. Dari
hasil pengukuran, pada laju alir 125
ml/menit maka % bukaannya adalah 20%,
sedangkan pada laju lir 201,3 mL/menit maka % bukaanya adalah 50%.
Selama proses
ekstraksi berlangsung dilakukan sampling setiap beberapa menit sekali. Dimana
pada sampling tersebut rafinat dan ekstrak dititrasi dengan NaOH 0,1 N.
Penyamplingan ini dilakukan dengan tujuan agar diketahui konsentrasi asam
asetat yang terekstrak setiap waktunya.
Pada praktikum
ini pula dihitung koefisien distribusi. Koefisien distribusi ini merupakan suatu koefisien yang menunjukan hubungan
antara konsentrasi solute dalam fasa ekstrak dengan solute dalam fasa rafinat.
Koefisien ini diperlukan untuk menentukan koefisien perpindahan massa dan
menentukan MDF (Mean Driving Force) / besarnya gaya yang menyebabkan pertukaran
asam asetat dari TCE ke air. Kemudian menentukan Koefisien perpindahan massa
dari percobaan ekstraksi. Koefisien perpindahan massa yang didapat dari hasil
perhitungan adalah pada laju alir 125 mL/menit adalah 5,2 x 10-3 , sedangkan pada laju alir 201,3
mL/menit 6,4 x 10-3. Semakin besar koefisien perpindahan massa,
semakin besar pula asam asetat yang terekstraksi. Nilai koefisien itu secara
tidak langsung dipengaruhi oleh luas
permukaan perpindahan massa yang bergantung pada tinggi packing yang dipakai
dalam praktikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar