Kamis, 25 April 2013

ekstraksi



Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan larutan dua komponen dengan menambahkan komponen ketiga yaitu solvent yang larut dengan solute tetapi tidak larut dengan pelarut (diluent). Pada praktikum ini, larutan campuran yang akan diektraksi adalah campuran asam asetat -air- TCE. Solute dalam larutan tersebut adalah asam asetat, sedangkan dilutenya adalah TCE. Pada prinsipnya, pencampuran antara TCE dan asam propionat akan menghasilkan campuran yang homogen. TCE merupakan pelarut yang bersifat non polar, sehingga untuk dapat memisahkan asam propionat dari TCE diperlukan solven anorganik yang bersifat polar, contohnya air. Proses ektraksi ini dilakukan dalam kolom berpacking dengan tujuan agar luas permukaan kontak antara solven dan solute lebih besar dan efisiensi proses ektraksi semakin besar pula. Terjadi perpindahan massa asam asetat dari TCE ke air disebabkan oleh adanya driving force ketika konsentrasi solute dalam diluen yang lebih besar dibandingkan dengan solute yang berada di solvent. Setelah terjadi kesetimbangan maka dalam system ekstraksi akan terdapat dua lapisan yaitu lapisan overflow(ektrak) merupakan lapisan yang kaya asam asetat, jika semakin lama waktu ekstraksi maka akan semakin besar kadar asam asetat dalam ekstrak dan lapisan underflow (rafinat), dimana dalam lapisan underflow semakin lama waktu ekstraksi maka akan semakin kecil kadar asam asetat.
Pada praktikum ini, Laju alir umpan dan solvent yang digunakan adalah 200 ml/menit.  Asam asetat dapat terekstraksi dengan baik jika laju alir umpannya (as. Asetat – TCE) sama besar dengan laju alir solvennya (air). Oleh karena itu dilakukan pengalibrasian pada laju alir umpan untuk mengetahui % bukaan yang seharusnya  sesuai dengan laju alir yang diinginkan. Besarnya % bukaan ini berbanding lurus dengan laju alir yang dihasilkan. Dari hasil pengukuran, pada  laju alir 125 ml/menit  maka % bukaannya adalah 20%, sedangkan pada laju lir 201,3 mL/menit maka % bukaanya adalah 50%.
Selama proses ekstraksi berlangsung dilakukan sampling setiap beberapa menit sekali. Dimana pada sampling tersebut rafinat dan ekstrak dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Penyamplingan ini dilakukan dengan tujuan agar diketahui konsentrasi asam asetat yang terekstrak setiap waktunya. 
Pada praktikum ini pula dihitung koefisien distribusi. Koefisien distribusi ini merupakan suatu koefisien yang menunjukan hubungan antara konsentrasi solute dalam fasa ekstrak dengan solute dalam fasa rafinat. Koefisien ini diperlukan untuk menentukan koefisien perpindahan massa dan menentukan MDF (Mean Driving Force) / besarnya gaya yang menyebabkan pertukaran asam asetat dari TCE ke air. Kemudian menentukan Koefisien perpindahan massa dari percobaan ekstraksi. Koefisien perpindahan massa yang didapat dari hasil perhitungan adalah pada laju alir 125 mL/menit adalah 5,2 x 10-3 , sedangkan pada laju alir 201,3 mL/menit 6,4 x 10-3. Semakin besar koefisien perpindahan massa, semakin besar pula asam asetat yang terekstraksi. Nilai koefisien itu secara tidak langsung  dipengaruhi oleh luas permukaan perpindahan massa yang bergantung pada tinggi packing yang dipakai dalam praktikum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar