Selasa, 18 Desember 2012

dinamika sistem airan


LAPORAN PENGENDALIAN PROSES
DINAMIKA SISTEM ALIRAN
Dosen Pembimbing : Ir. In Jumanda K, MT
Di susun oleh:
Dedi Hariyanto                               101411008
Halimah Tulsadiah                         10141101
Via Siti Masluah                             1014110
2A
Kelompok X
Tanggal Praktikum : 2 April 2012
Tanggal Penyerahan Laporan : 8 April 2012



D3 TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2012
       I.            Tujuan
·         Melakukan uji step pada sistem aliran.
·         Menentukan karakteristik sistem aliran, meliputi parameter steady-state gain (K), konstanta waktu (τ), dan waktu mati (θ),
·         Memperkirakan persamaan model matematik FOPDT (first-orde plus dead time) untuk system aliran.

    II.            TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mekanika Fluida
Zat yang tersebar di alam dibedakan dalam tiga keadaan (fase), yaitu fase padat, cair dan gas. Karena fase cair dan gas memiliki karakter tidak mempertahankan sesuatu bentuk yang tetap, maka keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir, dengan demikian keduanya disebut fluida. Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan diri dengan bentuk tempatnya. Salah satu ciri fluida adalah jarak molekulnya tidak tetap, ini disebabkan oleh lemahnya ikatan antara molekul penyusunnya. Mekanika fluida adalah cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang perilaku dari zat cair dan gas dalam keadaan diam ataupun bergerak. Pada mekanika fluida, dipelajari perilaku fluida dalam keadaan diam (statistika fluida), di mana tidak adanya tegangan geser yang bekerja pada partikel fluida tersebut, dan fluida dalam keadaan bergerak (dinamika fluida).
2.2. Fluida Statis dan Dinamis
Fluida statis adalah fluida yang tidak bergerak atau dalam keadaan diam, misalnya air dalam gelas. Dalam fluida statis kita mempelajari hukum-hukum dasar antara lain mengenai tekanan hidrostatis, hukum Archimedes, tegangan permukaan dan kapilaritas.
Dinamika fluida adalah subdisiplin dari mekanika fluida yang mempelajari fluida bergerak. Fluida terutama cairan dan gas. Penyelsaian dari masalah dinamika fluida biasanya melibatkan perhitungan banyak properti dari fluida, seperti kecepatan, kepadatan, tekanan, dan suhu sebagai fungsi ruang dan waktu. Disiplin ini memiliki beberapa subdisiplin termasuk aerodinamika (penelitian gas) dan hidrodinamika
Universitas Sumatera Utara (penelitian cairan). Dinamika fluida memliki aplikasi yang luas. Contohnya, ia digunakan dalam menghitung gaya dan moment pada pesawat, mass flow rate dari petroleum dalam jalur pipa, dan perkiraan pola cuaca, dan bahkan teknik lalu lintas , di mana lalu lintas diperlakukan sebagai fluid yang berkelanjutan. Dinamika fluida menawarkan struktur matematika yang membawahi disiplin praktis tersebut yang juga seringkali memerlukan hukum empirik dan semi-empirik, diturunkan dari pengukuran arus, untuk menyelesaikan masalah praktikal.
2.3. Sifat-Sifat Fluida
Fluida merupakan zat yang bisa mengalir, yang mempunyai partikel yang mudah bergerak dan berubah bentuk tanpa pemisahan massa. Tahanan fluida sangat kecil, hingga dapat dengan mudah mengikuti bentuk ruangan atau tempat yang membatasinya. Fluida dibedakan atas zat cair dan gas. Sifat umum dari zat cair dan gas adalah tidak melawan perubahan bentuk dan tidak mengadakan reaksi terhadap gaya geser. Perbedaan antara zat cair dan gas yaitu:
1. Zat cair mempunyai muka air bebas, maka massa zat cair hanya akan mengisi volume yang diperlukan dalam suatu ruangan. Sedangkan gas tidak mempunyai permukaan bebas dan massanya akan mengisi seluruh ruangan.
2. Zat cair praktis merupakan zat yang tidak dapat termampatkan, sedangkan gas adalah zat yang bias dimampatkan.
Ada beberapa sifat fluida yang penting, yaitu: rapat massa, berat jenis, kemampatan fluida, kekentalan, tegangan permukaan.
2.3.1. Rapat Massa dan Berat Jenis
Rapat massa adalah massa fluida persatuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu. Disimbolkan dengan (rho).
 (2-1) ρ=  =
Berat jenis benda (γ) adalah perbandingan antara berat benda dan volume benda. Berat benda adalah hasil kali antara massa dan percepatan gravitasi, dengan persamaan:
(2-2)  γ = ρ . g
ρ  = berat jenis (N/m2 untuk satuan SI, atau kg/m3 untuk satuan MKS)
γ  = rapat massa (kg/m3 untuk SI, atau kgm untuk MKS)
g  = percepatan gravitasi (m/s2)
2.3.2. Kemampatan Fluida
Kemampatan fluida adalah perubahan (pengecilan) volume karena adanya perubahan (penambahan) tekanan. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh perbandingan antara perubahan tekanan dan perubahan terhadap volume awal. Perbandingan ini dikenal dengan modulus elastisitas. Bila dp adalah pertambahan tekanan dan dv adalah pengurangan volume dari volume awal V, maka:
(2-3) K =
Apabila ditinjau benda dengan volume ’V’ dan massa ‘m’, maka persamaan (2-1) dapat dideferensialkan menjadi:
(2-4a) dρ = d(  = -  dv = - ρ (
atau:    (2-4b)
sehingga:
(2-5)  K =
Persamaan di atas menunjukkan, harga K tergantung pada tekanan dan rapat massa. Karena rapat massa dipengaruhi temperatur, maka harga K juga tergantun pada perubahan temperatur selama pemampatan. Apabila terjadi perubahan pada temperatur konstan, maka disebut dengan Ki (modulus elastisitas isothermal). Apabila tidak terjadi transfer panas selama proses perubahan, maka disebut dengan Ka (modulus elastisitas adiabatik). Pada zat cair dan padat, Ka = Ki. Harga K untuk zat cair sangat besar, hingga perubahan rapat massa karena perubahan tekanan sangat kecil, sehingga perubahan rapat massa zat cair sering diabaikan, dan dianggap sebagi zat tak kompresibel atau tak termampatkan. Tetapi pada kondisi tertentu di mana perubahan tekanan sangat besar dan mendadak, maka dianggap zat cair tak kompresibel tidak bias berlaku, hal ini misalnya terjadi pada penutupan katup turbin PLATA secara mendadak, sehingga mengakibatkan peubahan (kenaikan yang sangat besar). Gas mempunyai harga K yang sangat kecil dan tidak konstan, sehingga modulus elastisitas tidak digunakan dalam analisis gas. Pada gas, sangat mudah sekali terjadi pemampatan, sehingga gas dianggap sebagai zat yang termampatkan.
2.3.3. Kekentalan Fluida
Kekentalan adalah sifat dari fluida untuk melawan tegangan geser pada waktu bergerak atau mengalir. Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel fluida, untuk fluida ideal dianggap tidak mempunyai kekentalan. Contoh dari fluida kental, di mana mempunyai kekentalan besar adalah: sirup, minyak, oli, glyresin, dan lain sebaginya, sedangkan air merupakan contoh dari fluida encer, di mana mempunyai kekentalan kecil. Untuk fluida, baik zat cair maupun gas, tegangan dan laju regangan geser (gradient kecepatan) dapat dikaitkan dalam suatu hubungan dalam bentuk
(2-6) τ = µ
Di mana:
τ = tegangan geser
µ = kekentalan (viskositas mutlak atau viskositas dinamik atau viskositas)
= laju regangan geser (laju regangan geser)
Zat cair mempunyai hubungan linear antara tegangan geser dan gradien kecepatan (laju regangan geser) disebut fluida Newton. Pada fluida ideal, tegangan geser adalah nol. Untuk fluida bukan Newton, tegangan geser tidak berbanding lurus dengan gradien kecepatan.
2.3.4. Tegangan Permukaan
Molekul zat cair saling tarik menarik sesamanya, dengan gaya berbanding lurus dengan massa, dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat-pusat massa. Gaya tarik menarik tersebut adalah seimbang, tetapi bila pada permukaan antara zat cair dan udara, atau antara zat satu dengan lainnya, gaya tarik ke atas atau ke bawah tidak setimbang. Ketidak setimbangan tersebut menyebabkan molekul-molekul pada permukaan melakukan kerja untuk membentuk permukaan zat cair. Kerja yang diperlukan untuk melawan gaya tarik ke bawah tersebut dikenal dengan tegangan permukaan. Tegangan permukaan σ, bekerja pada biang permukaan yang sama besar di semua titik.
2.4. Aliran Fluida
Aliran fluida dapat dikategorikan:
1. Aliran Laminar
Aliran laminar merupakan aliran yang bergerak dalam lapisan-lapisan, atau lamina-lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam kecenderungan terjadinya gerakan relative antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas Newton yaitu:
τ = µ
2. Aliran Turbulen
Aliran turbulen merupakan aliran di mana pergerakan dari partikel-partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antara lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida ke bagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian-kerugian aliran.
3. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.
2.5. Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan suatu aliran dinamakan laminar, transisi atau turbulen.
(2-7) Nre = 
Di mana: NRe = bilangan Reynolds
V = kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (m/s)
D = diameter dalam pipa (m)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
µ = viskositas dinamik fluida (kg/m.s) atau (N.det/m2)
Dilihat dari kecepatan aliran, menurut Reynolds diasumsikan atau dikategorikan laminar bila aliran tersebut mempunyai bilangan Re kurang dari 2300, untuk aliran transisi berada pada bilangan Re 2300 dan 4000 biasa juga disebut sebagai bilangan Reynolds kritis, sedangkan aliran turbulen mempunyai bilangan Re lebih dari 4000.
2.6. Persamaan Dalam Aliran Fluida
2.6.1. Persamaan Kontinuitas (Hukum Kekekalan Massa)
Massa fluida yang bergerak tidak berubah ketika mengalir. Fakta ini membimbing kita pada hubungan kuantitatif penting yang disebut persamaan kontinuitas.
Gambar 2.1. Laju Aliran Massa
Volume fluida yang mengalir pada bagian pertama V1, yang melewati luasan A1 dengan laju v1 selama rentang waktu Δt adalah A1 v1 Δt. Dengan mengetahui hubungan volume dan massa jenis, maka laju aliran massa yang melalui luasan A1 adalah:
(2-8)    τ =   = ρ1 A1 v
Keadaan yang sama terjadi pada bagian kedua. Laju aliran massa yang melewati A2 selama rentang waktu Δt adalah:
(2-9) ρ2 A2 v
Volume fluida yang mengalir selama rentang waktu Δt pada luasan A1 akan memiliki jumlah luasan yang sama dengan volume yang mengalir pada A2. Dengan demikian:
(2-10) ρ1 A1 v1  = ρ2 A2 v2
Persamaan (2-10) disebut sebagai persamaan kontinutas. Jika ρ1 = ρ2, maka persamaan tersebut dapat ditampilkan sebagai berikut:
(2-11) A1 v1  =  A2 v2
Pada aliran fluida tak termampatkan (incompressible fluid), bentuk persamaan kontinuitas adalah
(2-12a) ∆ . V = 0
Atau dapat dinyatakan dengan koordinat Cartesius
            (2-12b)   +   +   =  0
2.6.2. Persamaan Gerak / Momentum (Hukum Newton II)
Momentum suatu partikel atau benda : perkalian massa (m) dengan kecepatan (v). Partikel-partikel aliran fluida mempunyai momentum. Oleh karena kecepatan aliran berubah baik dalam besarannya maupun arahnya, maka momentum partikel-partikel fluida juga akan berubah. Menurut hukum Newton II, diperlukan gaya untuk menghasilkan perubahan tersebut yang sebanding dengan besarnya kecepatan perubahan momentum. Sesuai dengan hukum Newton II, persamaan gaya untuk dua dimensi dapat ditulis sebagai berikut
(2-13a)  δFx = δm ax
(2-13b)  δFy = δm ay
Di mana , dan komponen kecepatan diberikan oleh
(2-14a) ax =    + u  + v  
(2-14b) ay  + u  + v  
Resultan gaya dalam arah x diberikan oleh
(2-15a) δFsx = (  + u  ) δxδy
Dan dalam arah y diberikan
(2-15b) δFsy = (  + u  ) δxδy
Sehingga persamaan gaya dapat dinyatakan sebagai berikut:
(2-16) ρgx  + u  =  ρ(  + u  + v  )
(2-17) ρgy  + u  =  ρ(  + u  + v  )
2.7. Aliran Viskos
Untuk memasukkan efek viskos ke dalam analisis diferensial gerakan fluida, maka harus kembali pada persamaan gerak umum yang sebelumnya, yakni persamaan 2-17. Karena persamaan ini mencakup tegangan dan kecepatan, maka terdapat lebih banyak variabel yang tidak diketahui dari pada jumlah persamaannya, dan oleh karena itu, sebelum berlanjut maka perlu dibentuk suatu hubungan antara tegangan dan kecepatan.
2.7.1. Hubungan Tegangan – Deformasi
Untuk fluida Newtonian tak mampu-mampat, diketahui bahwa tegangan berbanding lurus terhadap laju deformasi dan dapat dinyatakan dengan koordinat Cartesian untuk tegangan normal sebagai berikut
(2-18a) σxx = -p + 2µ
(2-18b) σyy = -p + 2µ
Dan untuk tegangan geser
(2-19) τxy = τyx = µ (  +    )
2.7.2. Persamaan Navier-Stokes
Tegangan-tegangan sebagaimana didefenisikan sebelumnya (persamaan 2-18 dan 2-19), dapat disubstitusikan ke dalam persamaan diferensial gerakan (persamaan 2-17), dengan menyusun kembali persamaan – persamaan tersebut, sehingga membentuk suku-suku percepatan berada di ruas kiri dan suku-suku gaya di ruas kanan. Persamaan inilah yang disebut persamaan Navier-Stokes. Kedua persamaan gerak ini apabila dikombinasikan dengan persamaan kekekalan massa (persamaan 2-12), memberikan suatu gambaran matematis yang lengkap dari aliran fluida Newtonian tak mampu-mampat. Maka diperoleh persamaan untuk arah x
(2-20a) ρ(  + u  + v  ) = - ρgx + u(  +  )
Dan untuk arah y
(2-20b) ρ(  + u  + v  ) = - ρgy + u(  +  )
Dari persamaan ini terdapat tiga variabel yang tidak diketahui (u,v dan p), dan masalah ini secara matematis bisa diselesaikan. Tetapi akibat kerumitan dari persamaan Navier-Stokes (karena merupakan persamaan diferensial parsial nonlinear, orde dua), maka persamaan – persamaan ini tidak dapat langsung memberikan penyelesaian matematik eksak. Namun demikian, dalam beberapa kasus di mana penyelesaiannya telah didapatkan dan dibangingkan dengan hasil eksperimen, hasil-hasilnya ternyata sangat bersesuaian. Jadi, persamaan Navier Stokes dianggap sebagai persamaan diferensial pengatur dari gerakan fluida Newtonian tak mampu-mampat.
2.7.3. Aliran Laminar Di Antara Plat Sejajar Tetap
Pertama kita tinjau aliran di antara dua plat sejajar tak hingga yang horizontal seperti pada gambar 2.2. untuk geometri ini partikel-partikel fluida bergerak dalam arah x sejajar sejajar dengan plat, dan tidak terdapat kecepatan dalam arah y atau z, artinya v=0 dan w=0. Dalam hal ini menurut persamaan kontinuitas . Disamping itu, tidak akan terjadi variasi u dalam arah z untuk plat tak berhingga, dan untuk aliran tunak , sehingga u=u(y). Jika kondisi ini digunakan dalam persamaan Navier -Stokes (persamaan 2-20), maka persamaan untuk arah x menjadi,
(2-21) ρ(  + u  + v  ) = - ρgx + µ(  +  )
ρ(0 + u.0 + 0  ) = - ρ.0 + µ( 0 + )
- u(  ) = 0
Dan untuk arah y :
(2-22) ρ(  + u  + v  ) = - ρgx + µ(  +  )
ρ(0 + u.0 + 0  ) = - ρgy + µ( 0 + 0 )
 = -ρg

 

            y                      u                                                u
h                      x                    g                                         umax
 

         z
 

(a)                                                            (b)
Gambar 2.2. Aliran viskos antara plat sejajar, (a) sistem koordianat dan notasi yang digunakan dalam analisis, (b) distribusi kecepatan parabolik untuk aliran antara plat-plat sejajar yang tetap.
2.8. CFD (Computational Fluid Dinamics)
Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah metode penghitungan dengan sebuah kontrol dimensi, luas dan volume dengan memanfaatkan bantuan komputasi komputer untuk melakukan penghitungan pada tiap-tiap elemen pembaginya. Prinsipnya adalah suatu ruang yang berisi fluida yang akan dilakukan penghitungan dibagi menjadi beberapa bagian, hal ini sering disebut dengan sel dan prosesnya dinamakan meshing. Bagian-bagian yang terbagi tersebut merupakan sebuah kontrol penghitungan yang akan dilakukan adalah aplikasi. Kontrol-kontrol penghitungan ini beserta kontrol-kontrol penghitungan lainnya merupakan pembagian ruang atau meshing. Pada setiap titik kontrol penghitungan akan dilakukan penghitungan oleh aplikasi dengan batasan domain dan boundary condition yang telah ditentukan. Prinsip inilah yang banyak dipakai pada proses penghitungan dengan menggunakan bantuan komputasi komputer. Sejarah CFD berawal pada tahun 60-an dan terkenal pada tahun 70-an awalnya pemakaian konsep CFD hanya digunakan untuk aliran fluida dan reaksi kimia, namun seiring dengan perkembangannya industri ditahun 90-an membuat CFD makin dibutuhkan pada berbagai aplikasi lain.
CFD adalah penghitungan yang mengkhususkan pada fluida. Mulai dari aliran fluida, heat transfer dan reaksi kimia yang terjadi pada fluida. Atas prinsip-prinsip dasar mekanika fluida, konservasi energi, momentum, massa, serta species, penghitungan dengan CFD dapat dilakukan. Secara sederhana proses penghitungan yang dilakukan oleh aplikasi CFD adalah dengan kontrol-kontrol penghitungan yang telah dilakukan maka kontrol penghitungan tersebut akan melibatkan dengan memanfaatkan persamaan-persamaan yang terlibat. Persaman-persamaan ini adalah persamaan yang membangkitkan dengan memasukan parameter apa saja yang terlibat dalam domain. Misalnya ketika suatu model yang akan dianalisa melibatkan temperatur berarti model tersebut melibatkan persamaan energi atau konservasi dari energi tersebut. Inisialisasi awal dari persaman adalah boundary condition. Boundary condition adalah kondisi di mana kontrol-kontrol penghitungan didefinisikan sebagai definisi awal yang akan dilibatkan ke kontrol-kontrol penghitungan yang berdekatan dengannya melalui persaman-persamaan yang terlibat. Secara umum proses penghitungan CFD terdiri atas 3 bagian utama:
1. Prepocessor
2. Solver
3. Post processor

Pre-processor
Merupakan bagian input suatu problem fluida ke sebuah program CFD melalui interface dan tranformasi lanjut ke dalam sebuah bentuk yang sesuai untuk solver. Langkah-langkah pengguna dalam tahap pre-processing yaitu :
- Definisi geometri region analisa : domain komputasional
- Pembuatan grid : pemecahan domain menjadi beberapa sub domain yang lebih kecil dan non overlapping : sebuah grid (mesh) atau volume atur/elemen
- Pemilihan fenomena fisik dan kimia yang perlu dimodelkan
- Definisi properties fluida
- Spesikasikan kondisi batas yang sesuai pada sel-sel yang berhimpit dengan batas domain
Solusi sebuah problem fluida (kecepatan, tekanan, temperature dsb) didefinisikan di setiap nodal di dalam masing-masing sel. Akurasi sebuah solusi CFD ditentukan oleh jumlah sel dalam grid. Secara umum, semakin besar jumlah sel semakin baik akurasi solusi. Baik akurasi solusi dan biaya hardaware komputer serta lama kalkulasi tergantung kepada halusnya/rapatnya grid. Mesh-mesh optimal sering merupakan non-uniform : lebih rapat pada area di mana variasi-variasi banyak terjadi dari poin ke poin dan lebih jarang pada region dengan perubahan yang sedikit. Kemampuan teknik (self) adaptive meshing telah membantu pengembangan CFD guna otomatikal penghalusan grid untuk area dengan variasi yang padat. Sekitar 50% waktu proyek CFD di industry tercurah pada pendefinisian geometri domain dan penyusunan grid. Guna meningkatkan produktivitas pengguna code-code utama sekarang termasuk interface jenis CAD atau fasilitas import data dari pemodelan surface dan meshing seperti PATRAN dan I-DEAS. Pre-prosesor hingga saat ini juga membantu kita mengakses data library properties fluida umum dan fasilitas memasukkan model proses fisikal dan kimikal (model turbulence, perpindahan kalor radiatif, pembakaran) bersama persamaan aliran fluida utama.
Solver
Terdapat 3 macam teknik solusi numerik : beda hingga (finite difference), elemen hingga (finite element) dan metode spectral. Kerangka utama metode numerik untuk dasar sebuah solver terdiri dari langkah :
- Aproksimasi variabel-variabel aliran yang tidak diketahui dengan fungsi-fungsi sederhana.
- Diskretisasi dengan substitusi aproksimasi ke dalam persamaan atur aliran dan manipulasi matematis lanjut.
- Solusi persamaan-persamaan aljabar. Perbedaan utama di antara ketiga macam teknik adalah pada cara aproksimasi variabel-variabel aliran dan proses diskretisasi.
Metode Beda Hingga
Menggambarkan variabel tidak diketahui Φ sebuah problem aliran dengan cara sampel-sampel titik pada titik-titik nodal sebuah grid dari garis koordinat. Ekspansi Deret Taylor terpotong sering dipakai untuk membangun aproksimasi-aproksimasi beda hingga derivative Φ dalam suku-suku sampel-sampel titik Φ di masing-masing titik grid dan tetangga terdekat. Derivatif tersebut muncul dalam persamaan atur digantikan oleh beda hingga menghasilkan persamaan aljabar untuk nilai-nilai Φ di setiap titik grid.
Metode Elemen Hingga
Menggunakan fungsi-fungsi potong (piecewise) sederhana (misalnya linier atau kuadratik) pada elemen-elemen untuk menggambarkan variasi-variasi lokal variabel aliran yang tidak diketahui Φ. Persamaan atur terpenuhi secara tepat oleh solusi eksak Φ. Jika fungsi-fungsi aproksimasi potong untuk Φ disubstitusikan ke dalam persamaan, terdapat sebuah ketidak pastian hasil (residual) yang didefinisikan untuk mengukur kesalahan. Kemudian residual (kesalahan) diminimalkan melalui sebuah pengalian dengan sebuah set fungsi berbobot dan mengintegrasikannya. Hasilnya diperoleh sekumpulan persamaan aljabar untuk koefisien-koefisien tak diketahui dari fungsi-fungsi aproksimasi. Teori elemen hingga awalnya dikembangkan untuk analisis tegangan struktur.
Metode Spektral
Mengaproksimasikan variabel Φ dengan deret Fourier terpotong atau deret Polinomial Chebyshev. Aproksimasi tidak secara lokal namun valid di semua domain komputasional, mengganti tak diketahui dalam persamaan atur dengan deret-deret terpotong. Batasan yang membawa ke persamaan aljabar untuk seluruh koefisien deret Fourier dan Chebyshev diberikan oleh konsep residual berbobot mirip dengan elemen hingga atau membuat fungsi aproksimasi serupa dengan solusi eksak pada sebuah nilai dari titik-titik grid.
Metode Volume Hingga (Finite Volume)
Awalnya dikembangkan untuk special formulasi beda hingga, algoritma numerik terdiri dari langkah :
- Intergrasi persamaan atur aliran fluida di seluruh volume atur (hingga) dari domain solusi
- Diskretisasi dengan substitusi beragam aproksimasi beda hingga untuk suku-suku persamaan terintegrasi proses aliran seperti konveksi, difusi dan sumber. Akan dikonversikan persamaan integral menjadi sebuah istem persamaan aljabar.
- Solusi persamaan-persamaan aljabar dengan metode iterative
Langkah awal, integrasi volume atur, membedakan metode volume hingga dari seluruh teknik CFD. Hasilnya menggambarkan konservasi (eksak) properties relevan di setiap sel ukuran hingga. Relasi yang jelas antara algoritma numerik dan prinsip konservasi fisis dasar memberikan sebuah ketertarikan dan konsep yang lebih mudah. Konservasi variabel umum aliran Φ contohnya sebuah komponen kecepatan atau entalpi, dalam sebuah volume hingga dapat digambarkan sebagai keseimbangan di antara bermacam proses berkecenderungan menambah atau mengurangi.
Post-processor
Hasil penghitungan modul solver berupa nilai-nilai numerik (angka-angka) variabel-variabel dasar aliran seperti komponen-komponen kecepatan, tekanan, temperatur dan fraksi-fraksi masa. Dalam modul post-processor nilai-nilai numerik ini diolah agar pengguna dapat dengan mudah membaca dan menganalisis hasil-hasil penghitungan CFD. Hasil-hasil ini dapat disajikan dalam bentuk grafis-grafis ataupun kontur-kontur distribusi parameter-parameter aliran fluida. Selain itu juga, modul post-processor menghitung parameter-parameter desain seperti koefisien gesek, Cd, Cl, Fluks panas , Gaya-gaya yang dikembangkan aliran fluida, Torsi, Daya dan lain sebagainya. Salah satu software CFD adalah Comsol Multiphysics, yang lebih dikenal dengan Finite Elemnent Method Laboratory (FEMLAB). Di mana pada software Comsol ini metode yang digunakan adalah metode elemen hingga (Finite element method).








PUSTAKA

Sulaiman, A. Constructing Navier Stokes Equation using Gauge
Field Theory Approach. Tesis S2. (2005).
Sulaiman, A. Large Amplitude of The Internal Motion of DNA Immersed
in Bio-uid. arXiv:physics/0512206.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar