BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Hutan adalah sebuah kawasan yang
ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di
wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida (carbon dioxide sink), habitat
hewan,
modulator arus hidrologika, serta
pelestari tanah,
dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Indonesia sebagai salah satu Negara yang memiliki
sumber daya hutan terbesar kedua sedunia ini merupakan paru-paru dunia. Lebih
kurang 4000 jenis tumbuhan yang tumbuh pada berbagai formasi hutan dan tipe
hutan telah diketahui (terutama di Hutan Hujan Tropis) dan sekitar 400 jenis
pohon telah diketahui nilai komersial kayunya.
Kebakaran merupakan salah satu fenomea yang
menggangu aktivitas manusia, baik dari segi ekologi, sosial, budaya, ekonomi
maupun kerusakkan lingkungan dan lain-lain. Hanya saja wawasan masyarakat akan
pentingnya pengetahuan penyebab, dampak, proses, pencegahan dan penanggulangan
dinilai masih cukup kurang bahkan tidak ada rasa kepedulian sama sekali.
Walaupun sudah diteapkan peraturan dan perundangan tentang kehutanan (UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999
TENTANG KEHUTANAN) tetap saja
masyarakat belum mengetahui isi keseluruhan peraturan tersebut.
Berawal dari masalah tersebut penyusunan makalah ini dissun dan dipublikasikan. Agar
masyarakat lebih mengetahui dengan cara sosialisasi seputar kebakaran hutan.
Karena dengan cara tersebut kebakaran hutan dapat dicegah.
1.2
Landasan Teori
A. Jenis Hutan Di Indonesia
Indonesia
adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di dunia. Luas hutan
tersebut dulu mencapai 113 juta hektar dan terus berkurang drastis akibat
kebodohan oknum pemerintah dan penjahat yang selalu haus uang dengan membabat
dan menggunduli hutan demi mendapat keuntungan yang besar tanpa melihat dampak
bagi lingkungan global.
Berikut di
bawah ini adalah pembagian macam-macam atau jenis-jenis hutan yang ada di
Negara Kesatuan Republik Indonesia disertai arti definisi dan pengertian :
1.
Hutan Bakau
Hutan bakau
adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai berlumpur. Contoh : pantai timur
kalimantan, pantai selatan cilacap, dll.
2. Hutan
Sabana
Hutan sabana
adalah hutan padang rumput yang luas dengan jumlah pohon yang sangat sedikit
dengan curah hujan yang rendah. Contoh : Nusa tenggara.
3. Hutan
Rawa
Hutan rawa
adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan tumbuhan nipah tumbuh di hutan
rawa. Contoh : Papua selatan, Kalimantan, dsb.
4. Hutan
Hujan Tropis
Hutan hujan
tropis adalah hutan lebat atau hutan rimba belantara yang tumbuh di sekitar
garis khatulistiwa (ekuator) yang memiliki curah hujan yang sangat tinggi.
Hutan jenis yang satu ini memiliki tingkat kelembapan yang tinggi, bertanah
subur, humus tinggi dan basah serta sulit untuk dimasuki oleh manusia. Hutan
ini sangat disukai pembalak hutan liar dan juga pembalak legal jahat yang
senang merusak hutan dan merugikan negara trilyunan rupiah. Contoh : hutan
kalimantan, hutan sumatera, dsb.
5. Hutan
Musim
Hutan musim
adalah hutan dengan curah hujan tinggi namun punya periode musim kemarau yang
panjang yang menggugurkan daun di kala kemarau menyelimuti hutan.
Di samping itu hutan terbagi atau
dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu :
1. Hutan
Wisata
Hutan wisata
adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan untuk melindungi
tumbuh-tumbuhan serta hewan / binatang langka agar tidak musnah / punah di masa
depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu dialih fungsi
sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi orang dan
tempat penelitian.
2. Hutan
Cadangan
Hutan
cadangan merupakan hutan yang dijadikan sebagai lahan pertanian dan pemukiman
penduduk. Di pulau jawa terdapat sekitar 20 juta hektar hutan cadangan.
3. Hutan
Lindung
Hutan
lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga ketaraturan air dalam
tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk
mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai penanggulang pencematan udara
seperti CO2 (karbon dioksida) dan CO (karbon monoksida). Hutan
lindung sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan membabibuta yang
umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai.
4. Hutan
Produksi atau Hutan Industri
Hutan
produksi yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan sesuatu yang
bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi dua golongan yakni
hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah hutan yang alami sedangkan
hutan budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang biasanya terdiri
dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia harus
menebang pohon denga sistem tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup umur
dan ukuran saja agar yang masih kecil tidak ikut rusak.
B. Fungsi Hutan Di Indonesia
Hutan
berfungsi sebagai:
·
penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink)
karbondioksida
diketahui sebagai salah satu gas yang dapat menyebabkan efek rumah kaca.
Karbondioksida dihasilkan dari hasil pernapasan makhluk hidup, dalam hal ini
manusia dan hewan, dan dari sisa buangan industri dan kendaraan bermotor.
Lain halnya
dengan tumbuhan dan pepohonan. Tumbuhan dan pepohonan memerlukan gas
karbondioksida untuk dapat hidup. Fungsi hutan sebagai penampung karbondioksida
ini erat kaitannya dengan keberadaan tumbuhan dan pepohonan di tempat tersebut.
Seperti yang telah kita ketahui bersama pohon dan tumbuhan akan mengkonversi
gas karbondioksida menjadi gas oksigen melalui proses fotosintesis. Gas oksigen
diketahui sebagai gas yang sangat diperlukan oleh manusia untuk melangsungkan
hidupnya.
Reaksi konversi
gas karbon dioksida menjadi gas oksigen adalah sebagai berikut :
12 H2O + 6 CO2 + cahaya → C6H12O6
(glukosa) + 6 O2 + 6 H2O
Pada hasil
reaksi terdapat glukosa yang digunakan oleh tumbuhan dan pohon sebagai energi
untuk tumbuh dan berkembang. Proses fotosintesis ini berlangsung pada daun dari
tumbuhan dan pepohonan. Laju fotosintesis ini dipengaruhi dari luas permukaan
dari daun tumbuhan dan pepohonan. Semakin luas permukaan daun, semakin tinggi
laju fotosintesis yang berarti semakin tinggi laju penyerapan gas
karbondioksida.
·
habitat hewan
Habitat
adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak. Pada
dasarnya, habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling populasi suatu spesies yang
mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut. Menurut Clements dan
Shelford (1939),
habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau
populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas. Hutan
merupakan salah satu contoh habitat hewan.
·
modulator arus hidrologika
siklus
atau arus hidrologika adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan
kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air
samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologika tersebut dapat berjalan
secara kontinu.
Fungsi
dari hutan dalam arus hidrologika ini sendiri adalah sebagai modulator, yaitu
salah satu tempat pemodifikasian dari uap air ke air begitu seterusnya tidak
berhenti. Dan jika arusnya dihentikan dengan terbakarnya hutan dapat mengganggu
siklus atau arus tersebut.
·
pelestari tanah
Terjadinya
bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah
tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang
disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya
lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi
unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan.
Akar-akar
dari pohon di hutan berfungsi sebagai unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya. Sehingga
peristiwa seperti diatas tidak terjadi.
· merupakan salah satu aspek biosfer
Bumi yang paling penting
Biosfer
adalah bagian luar dari planet Bumi, mencakup udara, daratan, dan air, yang memungkinkan kehidupan dan
proses biotik
berlangsung. Dalam pengertian luas menurut geofisiologi, biosfer adalah
sistem ekologis global yang menyatukan seluruh makhluk hidup dan hubungan
antarmereka, termasuk interaksinya dengan unsur litosfer
(batuan), hidrosfer
(air), dan atmosfer
(udara) Bumi. Bumi
hingga sekarang adalah satu-satunya tempat yang diketahui yang mendukung
kehidupan. Salah satu contoh biosfer yang paling penting adalah hutan.
C. Pengertian Kebakaran Hutan
Kebakaran liar, atau juga kebakaran hutan,
kebakaran vegetasi, kebakaran rumput, atau kebakaran semak, adalah sebuah
kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi dapat juga
memusnahkan rumah-rumah atau sumber daya pertanian. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia,
dan pembakaran.
Musim kemarau dan pencegahan kebakaran
hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar.
Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api
liar" yang berasal dari sebuah sinonim dari Api Yunani,
sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa Pertengahan
sebagai senjata maritim.
D. Jenis Kebakaran Hutan
Jenis Kebakaran Hutan dikategorikan
menjadi tiga tipe, yaitu Surface Fire,
Crown Fire dan Ground Fire. Atau
dapat diuraikan sebagai berikut:
- Surface Fire
Api
dapat membakar hutan terutama di permukaan, menyebar melalui serasah, ranting dan rumput kering di
sepanjang permukaan tanah dan ditelan oleh api yang menyebar.
- Crown Fire
Jenis
lain kebakaran hutan adalah Crown Fire
di mana mahkota pohon dan semak terbakar, seringkali ditopang oleh api
permukaan. Api mahkota terutama sangat berbahaya di hutan jenis konifera karena
bahan resinous diberikan dari pembakaran kayu membakar marah. Pada lereng
bukit, jika api mulai menurun, menyebar dengan cepat seperti udara dipanaskan
berdekatan dengan lereng cenderung mengalir ke atas lereng penyebaran api
bersama dengan itu. Jika api mulai menanjak, ada kemungkinan kurang dari itu
menyebar ke bawah.
- Ground Fire
kebakaran
pemukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan, kemudian
api menyebar tidak menentu secara perlahan dibawah permukaan
E. Proses Terjadinya Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan
dan lahan gambut merupakan kebakaran pemukaan dimana api membakar bahan bakar
yang ada di atas permukaan, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan
dibawah permukaan, membakar bahan organik melalui pori-pori gambut dan melalui
akar semak belukar/pohon yang bagian atasnya terbakar. Dalam perkembangannya,
api menjalar secara vertical dan horizontal membentuk kantong asap dengan
pembakaran tidak menyala (soldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih
saja yang tampak di atas permukaan. Mengingat peristiwa kebakaran terjadinya
didalam tanah dan hanya asapnya saja yang muncul ke permukaan, maka kegiatan
pemadaman akan mengalami banyak kesulitan.
BAB
II
PENYEBAB
DAN AKIBAT TERJADINYA KEBAKARAN HUTAN
2.1
Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan
Penyebab
kebakaran hutan dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor ulah
tangan dan kecerobohan manusia. Dapat diuraikan sebagai berikut:
A.
Faktor
Alam
·
sambaran
petir
petir
memiliki energi yang berubah menjadi percikan api yang apabila terkena pada
dedaunan dan kayu kering dapat menimbulkan titik api yang lebih besar.
·
benturan
longsuran batu
Satu batu
dengan batu lainnya apabila bergesekkan akan menimbulkan energi yang dapat
berubah menjadi oercikan api yang sproses selanjutnya sama seperti di atas.
·
singkapan
batu bara
Batubara
merupakan salah satu bahan bakar, apabila iklim suhu terlalu tinggi dapat
membakar batu bara dengan sendirinya.
·
tumpukan daun kering
Sama seperti hal di atas.
·
fenomena
iklim El-Nino
El Nino
adalah fenomena alam dan bukan badai, secara ilmiah diartikan dengan
meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang
ekuator dari nilai rata-ratanya dan secara fisik El Nino tidak dapat dilihat. Fenomena
El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang,
tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino
tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua
maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El
Nino.
El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan
berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya kebakaran
hutan dan asap yang ditimbulkannya.
·
dll.
B.
Faktor
Ulah Tangan Dan Kecerobohan Manusia
• Sistem perladangan
tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-pindah.
Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian
tradisional di kawasan hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan
cara pembakaran karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan untuk
perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali karena telah
mengikuti aturan turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar mungkin terjadi
karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa dari penebang liar yang memanfaatkan
jalan HPH dan berada di kawasan HPH.
• Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) untuk insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk
pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal yang cukup
luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaran merupakan
alternatif pembukaan lahan yang paling murah, mudah dan cepat. Namun metoda ini
sering berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk
pengembangan tanaman industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung,
hutan produksi dan lahan lainnya.
• Kecerobohan dengan merokok dan membuang puntung rokok di hutan.
Sikap waspada di hutan dengan tidak menyalakan
sumber api sembarangan sangat di perlukan, karena menghindari terjadinya
sambaran api dari sumber api ke dedaunan atau kayu kering yang ada dihutan.
• Membiarkan bara api setelah berkemah, dll.
Bara api
yang tidak dipadamkan secara benar-benar padam dapat tertiup udara bebas dan
akhirnya menimbulkan nyala api yang lebih besar dan menyambar ke dedaunan atau
kayu kering yang ada dihutan.
2.2
Akibat Terjadinya Kebakaran Hutan
Dampak atau
akibat terjadinya kebakaran hutan dikategorikan menjadi empat faktor yaitu:
A.
Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan
·
Tercemarnya
udara, oleh gas CO dan CO2.
Reaksi
oksidasi yang terjadi pada proses
pembakaran zat organik pada kayu atau daun kering akan menghasilkan gas CO dan
CO2, terutama gas CO2 yang akan membuat suhu bumi
meningkat.
·
Hilangnya sejumlah spesies
flora & fauna,
Kebakaran bukan hanya meluluh lantakkan
berjenis-jenis pohon namun juga menghancurkan berbagai jenis habitat satwa
lainnya. Umumnya satwa yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan
sulitnya jalan keluar karena api telah mengepung dari segala penjuru. Belum ada
penelitian yang mendalam seberapa banyak spesies yang ikut tebakar dalam
kebakaran hutan diIndonesia.
·
Ancaman erosi
Kebakaran yang terjadi di lereng-lereng
pegunungan ataupun di dataran tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang
juga berfungsi menahan laju tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi erosi.
Pada saat hujan turun dan ketika run off terjadi, ketiadaan akar tanah - akibat
terbakar - sebagai pengikat akan menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke
bawah yang pada akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan hanya erosi tetapi
juga longsor.
·
Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan,
Hutan sebelum terbakar secara otomatis
memiliki banyak fungsi. Sebagai catchment area, penyaring karbondioksida maupun
sebagai mata rantai dari suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga
keseimbangan planet bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment area
tersebut juga hilang dan karbondioksida tidak lagi disaring namun
melayang-layang diudara. Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari tidak
dapat terserap dengan baik karena hilangnya fungsi serapan dari hutan yang
telah terbakar tersebut.
Hutan itu sendiri mengalami perubahan
peruntukkan menjadi lahan-lahan perkebunan dan kalaupun tidak maka ia akan
menjadi padang ilalang yang akan membutuhkan waktu lama untuk kembali pada
fungsinya semula.
·
Penurunan kualitas air,
Kebakaran hutan memang tidak secara
signifikan menyebabkan perubahan kualitas air. Kualitas air yang berubah ini
lebih diakibatkan faktor erosi yang muncul di bagian hulu. Ketika air hujan
tidak lagi memiliki penghalang dalam menahan lajunya maka ia akan membawa
seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai-sungai yang
ada. Akibatnya adalah sungai menjadi sedikit keruh. Hal ini akan terus berulang
apabila ada hujan di atas gunung ataupun di hulu sungai sana.
·
Terganggunya ekosistem terumbu karang,
Terganggunya ekosistem terumbu karang lebih
disebabkan faktor asap. Tebalnya asap menyebabkan matahari sulit untuk menembus
dalamnya lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan beberapa
spesies lainnya menjadi sedikit terhalang untuk melakukan fotosintesa.
·
Sedimentasi di aliran sungai.
Tebalnya
lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di bagian hilir sungai.
Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai bersangkutan akibat erosis yang
terus menerus.
B.
Dampak
Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi
·
Hilangnya
sejumlah mata pencaharian masyarakat yang tinggal di pinggiran dan sekitar
hutan,
Sejumlah masyarakat yang selama ini
menggantungkan hidupnya dari hasil hutan tidak mampu melakukan aktivitasnya.
Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sedikit banyak mengganggu
aktivitasnya yang secara otomatis juga ikut mempengaruhi penghasilannya.
Setelah kebakaran usaipun dipastikan bahwa masyarakat kehilangan sejumlah areal
dimana ia biasa mengambil hasil hutan tersebut seperti rotan, karet dsb.
·
Terganggunya
aktivitas sehari-hari,
Adanya gangguan asap secara otomatis juga
mengganggu aktivitas yang dilakukan manusia sehari-hari. Misalnya pada pagi
hari sebagianorang tidak dapat melaksanakan aktivitasnya karena sulitnya sinar
matahari menembus udara yang penuh dengan asap. Demikian pula terhadap banyak
aktivoitas yang menuntut manusia untuk berada di luar ruangan. Adanya gangguan
asap akan mengurangi intensitas dirinya untuk berada di luar ruangan.
·
Peningkatan
jumlah hama,
Sejumlah spesies dikatakan sebagai hama
bila keberadaan dan aktivitasnya mengganggu proses produksi manusia. Bila tidak
“mencampuri” urusan produksi manusia maka ia akan tetap menjadi spesies sebagaimana
spesies yang lain.
Sejumlah spesies yang potensial untuk
menjadi hama tersebut selama ini berada di hutan dan melakukan interaksi dengan
lingkungannya membentuk rantai kehidupan. Kebakaran yang terjadi justru
memaksanya terlempar dari rantai ekosistem tersebut. Dan dalam beberapa kasus
‘ia’ masuk dalam komunitas manusia dan berubah fungsi menjadi hama dengan
merusak proses produksi manusia yang ia tumpangi atau dilaluinya.
Hama itu sendiri tidak harus berbentuk kecil. Gajah dan beberapa binatang bertubuh besar lainnya ‘harus’ memorakmorandakan kawasan yang dilaluinya dalam upaya menyelamatkan diri dan dalam upaya menemukan habitat barunya karena habitat lamanya telah musnah terbakar.
·
Terganggunya
kesehatan masyarakat (karena asapnya),
Peningkatan jumlah asap secara signifikan
menjadi penyebab utama munculnya penyakit ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan.
Gejalanya bisa ditandai dengan rasa sesak di dada dan mata agak berair. Untuk
Riau kasus yang paling sering terjadi menimpa di daerah Kerinci, Kabupaten
Pelalawan (dulu Kabupaten Kampar) dan bahkan di Pekanbaru sendiri lebih dari
200orang harus dirawat di rumah sakit akibat asap tersebut.
·
Produktivitas
masyarakat menurun,
Munculnya asap juga menghalangi
produktivitas manusia. Walaupun kita bisa keluar dengan menggunakan masker
tetapi sinar matahari dipagi hari tidak mampu menembus ketebalan asap yang ada.
Secara otomatis waktu kerja seseorangpun berkurang karena ia harus menunggu
sedikit lama agar matahari mampu memberikan sinar terangnya.
Ketebalan asap juga memaksa orang
menggunakan masker yang sedikit banyak mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
·
Menurunnya
devisa negara.
Turunnya produktivitas secara otomatis
mempengaruhi perekonomian mikro yang pada akhirnya turut mempengaruhi
pendapatan negara.
C.
Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara
Asap yang ditimbulkan
dari kebakaran tersebut sayangnya tidak mengenal batas administratif. Asap
tersebut justru terbawa angin ke negara tetangga sehingga sebagian negara
tetangga ikut menghirup asap yang ditimbulkan dari kebakaran di negara
Indonesia. Akibatnya adalah hubungan antara negara menjadi terganggu dengan
munculnya protes keras dari Malaysia dan Singapura kepada Indonesia agar kita
bisa secepatnya melokalisir kebakaran hutan agar asap yang ditimbulkannya tidak
semakin tebal.
Yang menarik, justru
akibat munculnya protes dari tetangga inilah pemerintah Indonesia seperti
kebakaran jenggot dengan menyibukkan diri dan berubah fungsi sebagai barisan
pemadam kebakaran. Hilangnya sejumlah spesies dan berbagai dampak yang
ditimbulkan ternyata kalah penting dibanding jeweran dari tetangga.
D.
Dampak terhadap Perhubungan dan Pariwisata
Tebalnya asap juga mengganggu transportasi
udara. Sering sekali terdengar sebuah pesawat tidak bisa turun di satu tempat
karena tebalnya asap yang melingkungi tempat tersebut. Sudah tentu hal ini akan
mengganggu bisnis pariwisata karena keengganan wisatawan untuk berada
di tempat yang
dipenuhi asap.
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN
3.1 Pencegahan Kebakaran Hutan
3.1.1
Sosialisasi kepada
masyarakat tentang pengelolaan hutan
yang lebih baik.
Sosialisasi merupakan media yang baik
bagi masyarakat, karena dengan adanya sosialisasi bagaimana cara mengelola
hutan yang baik, cara menindaklanjuti jika terjadi kebakaran hutan, mulai dari
pengenalan, proses pengelolahan, dan pencapaian hasil
3.1.2
Memperkecil jumlah titik api
Suatu kebakaran dapat terjadi karena
adanya titik api yang di area hutan. Dengan adaya gas oksigen dan alat yang
mudah terbakar membantu berkembangnya api. Api yang bermula hanya titik atau
berupa sumber dengan adanya faktor pendukung maka terjadilah kobaran api yang
besar.
3.1.3
Mengembangkan sistem
peringatan dini (early warning system)
Pemberitahuan kepada masyarakat
tentang kemungkinan terjadinnya kebakaran hutan, atau untuk mencegah agar tidak
terjadi kebakaran hutan perlu diberikan peringatan dan aturan-aturan yang
berkaitan dengan penyebab kebakaran hutan dan dampak bagi masyarakat sekitar.
3.1.4
Membangun satuan-satuan
pemadam kebakaran hutan (brigade kebakaran) di tiap daerah yang rawan gangguan
kebakaran hutan dengan dukungan dana, sarana dan prasarana yang memadai.
3.1.5
Mengadakan kampanye
penanggulangan kebakaran hutan.
3.2 Penanggulangan Kebakaran Hutan
·
Pembangunan jejaring kerja antar daerah dalam upaya
penanggulangan kebakaran hutan yang efektif dan sinergis.
·
Dalam jangka panjang penanggulangan kebakaran hutan
dilaksanakan dengan membangun kelembagaan daerah dengan dukungan pusat yang
melibatkan peran aktif masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
·
Melakukan rehabilitasi dan penghijauan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
- Kebakaran hutan di
Indonesia disebakan faktor alam :
sambaran petir, tumpukan srasahan,
iklim El-Nino
- Sedang faktor ulah tangan /kecerobohan manusia
: sistem perladangan tradisional dari penduduk yang berpindah-pindah,
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH untuk insdustri kayu/ perkebunan kelapa
sawit, membuang puntung rokok di hutan, membiarkan bara api setelah
berkemah.
- dampak negatif kebakaran terhadap ekologis ; sosial,
budaya dan ekonomi; hubungan antar negara; perhubungan dan pariwisata.
- Pencegahan kebakaran
hutan : sosialisasi pengelolaan
hutan yang baik, memperkecil jumlah titik api, mengembangkan sistem
peringatan dini , membangun brigade kebakaran di tiap daerah rawan
kebakaran, mengadakan kampanye penanggulangan kebakaran hutan
- Penanggulan terhadap
kebakaran hutan : pembangunan jejaring kerja antar daerah dalam upaya
penanggulangan kebakaran hutan yang efektif dan sinergis, membangun
kelembagaan daerah dengan dukungan pusat yang melibatkan peran aktif
masyarakat di dalam dan sekitar hutan, Melakukan rehabilitasi dan
penghijauan
·
Intensitas kebakaran hutan di Indonesia menurun akibat curah
hujan yang meningkat (Replubika, 2010).
4.2 Saran
- Perbanyaklah pengetahuan
seputar dampak dan penyebab terjadinya kebakaran hutan.
- Cegahlah kebakaran hutan
dengan cara sosialisasi tentang kebakaran hutan, intruksikan pada
pemerintah daerah untuk membangun satuan pemadam, bersikap waspada dalam
menyalakan sumber api di hutan, dll.
·
Jika terjadi kebakaran tetap tenang, dan lakukanlah
penanganan awal dengan cara menghubungi pihak yang berwenang menangani
DAFTAR PUSTAKA
http://air.bappenas.go.id/main/doc/pdf/yang_telah_disahkan/UU_41_1999_KEHUTAAN.html
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/lingkungan/10/11/04/144702-luas-kebakaran-hutan-di-indonesia-menurun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar